Warga RW 03 Desa Cibanteng, Bogor keluhkan tidak bisa leluasa menanam sayuran atau tanaman buah di halaman rumah karena keterbatasan lahan. Lahan memang menjadi faktor utama dalam bercocok tanam, tapi bukan berarti lahan yang sempit tidak bisa dimanfaatkan untuk bertanam.
Tim Program Penguatan Kapasitas (PPK) Ormawa Resources and Environmental Economics Student Association (REESA) IPB University bersama warga RW 03 Desa Cibanteng praktik membuat pot composter dan tabulampot di lapangan bulutangkis RW 03 (09/04).
Pot composter dan tabulampot merupakan salah satu cara bercocok tanam di lahan yang sempit dan bisa membentuk ketahanan pangan bagi rumah tangga. Hal ini juga selaras dengan program Desa Cibanteng yaitu mewujudkan ketahanan pangan. Pot composter secara sederhana diartikan sebagai tempat menanam sayuran di pot yang di dalamnya ada pipa yang berfungsi untuk memasukkan sampah organik, yang akan menjadi sumber nutrisi bagi sayuran. Sementara tabulampot atau tanaman buah dalam pot ini sama halnya dengan menanam tanaman buah pada umumnya yang membedakan adalah tempatnya yang menggunakan pot atau planterbag.
Sayuran yang ditanam di pot composter ada dua macam yaitu pakcoy dan kangkung. Ada beberapa jenis jeruk yang ditanam di tabulampot seperti Jeruk Sunkish, Jeruk Siam, Jeruk Chokun Thailand, Jeruk Geprok Garut, dan Jeruk California.
Ketua RW 03, Yuwarko, mengatakan bahwa kegiatan penghijauan seperti membuat pot composter dan tabulampot dapat membuat lingkungan RW 03 menjadi lebih hijau dan asri. “Para warga khususnya ibu-ibu pasti akan tertarik dengan kegiatan menanam di pot composter atau tabulampot dan harapannya nanti setiap rumah ada pot composter atau tabulampot,” tambah Pak Yuwarko.
“Saya suka dengan pot composter dan tabulampot karena tidak membutuhkan tempat yang luas, terus cara menanam beserta perawatannya mudah,” ujar Epi Sulastri, ibu rumah tangga RW 03.
Pot Composter dan tabulampot menjadi program pembinaan dan pemberdayaan masyarakat, harapannya dapat meningkatkan kesadaran dan aktualisasi masyarakat dalam pengelolaan sampah, pemanfaatan lahan yang efektif serta membentuk kebiasaan green lifestyle melalui prinsip ekonomi sirkular.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Tanaman Kering yang Cantik untuk Dekorasi Interior
-
Kawasan Wakaf Pertanian Produktif Dompet Dhuafa
-
Agroteknologi Belajar Apa? Latar Belakang Pendidikan Melody Laksani Dinilai Cocok Bantu Kementan
-
Kejutan! Anies Baswedan Dukung Pramono-Rano di Pilkada Jakarta
-
Apakah Petani Milenial Digaji? Nominal Menggiurkan Bisa Tembus Double Digit!
Hobi
-
Sudah Dapat Juara Dunia Keempat, Max Verstappen Masih Belum Puas?
-
Petualangan Epik Baru! Game AAA Avatar: The Last Airbender Segera Hadir
-
AFF Cup 2024: Hokky Caraka Berpeluang Jadi Striker Utama Timnas Indonesia?
-
Kepada Media Denmark, Kevin Diks Ungkap Kesan Manis Debut di Timnas Indonesia
-
Calvin Verdonk Ungkap Pengalaman Berkesan di Indonesia: Semua Orang Mengenalimu
Terkini
-
Cha Hak Yeon Menerima Tantangan Berperan di Drama BL 'My Neighbor Killer'
-
Penasaran! 5 Misteri yang Muncul di Episode Awal Drama When The Phone Rings
-
Menang Piala Citra 2024, Ini 4 Rekomendasi Film Terbaik Nirina Zubir
-
Ulasan Novel 'Beautiful World, Where Are You': Menggali Makna Hidup dan Cinta
-
Tolak PPN 12% Viral di X, Apakah Seruan Praktik Frugal Living Efektif?