Setelah sedikit mereda, muncul suara pemecatan lagi terhadap Shin Tae-yong. Kali ini suara muncul dari mantan pemain nasional tahun 1970-an, Anjas Asmara.
Suara itu muncul saat mantan pemain nasional ini di dalam akun instagram Tommy Welly, @bungtowel8.
“Apa yang dikerjakan STY selama empat tahun ini? Minta naturalisasi, sudah diberikan. Tapi permainan membosankan. Malah parkir bus. Dia enggak bisa membuat anak-anak kita bikin gol. Malah kebobolan gol yang banyak,” ungkapnya.
Anjas Asmara sendiri bukan orang sembarangan. Pada eranya, pemain timnas nasional ini pernah hampir membawa Indonesia tembus Olimpiade Montreal 1976. Namun karena kalah adu penalti dengan Korea Utara harus gagal.
Ucapan Anjas Asmara jelas sangat memojokkan dan mengecilkan apa yang dilakukan Shin Tae-yong. Barangkali hal ini terjadi karena lawan bicaranya adalah Tommy Welly yang notabene ant Shin Tae-yong.
Ketika dia mengatakan Shin Tae-yong minta naturalisasi, tidak salah apa yang diucapkan. Namun mungkin mantan pemain ini tidak menyadari urgensi keberadaan para pemain tersebut.
Sebab tanpa mengecilkan arti pemain lokal, rasanya sulit untuk berbiara di ajang sebesar Piala Asia 2023. Jangankan berprestasi, untuk lolos dari fase grup pun sangat sulit. Perlu diingat Indonesia baru 2 kali tampil di ajang besar ini.
Tahun 2007 karena berstatus sebagai tuan rumah. Sedangkan tahun 2023 karena mampu lolos dari babak kualifikasi. Apakah ini bukan sebuah prestasi? Dan dalam Piala Asia 2023, timnas Indonesia lolos babak 16 besar.
Demikian pula dengan taktik parkir bus yang dituduhkan. Dalam laga menghadapi Australia, timnas Indonesia tampil agresif sejak awal. Ketika mereka harus bertahan semata-mata karena tekanan lawan yang begitu kuat.
Jangankan Shin Tae-yong, seorang Jose Mourinho pun pernah lakukan hal ini atas nama sebuah strategi. Hal ini menunjukkan bahwa parkir bus itu bukan strategi yang diharamkan dalam sepak bola.
Demikian pula dengan menyebut hanya menang dari tim kacangan ASEAN. Ungkapan ini menunjukkan bahwa Anjas Asmara memandang Vietnam sebagai tim kacangan.
Anggapan yang sangat keliru mengingat dominasi Vietnam di Asia Tenggara selama ini. Bahkan di level Asia pun Vietnam mempunyai kelas tersendiri.
Akhirnya mendengar apa yang disampaikan Anjas Asmara sebagai pendukung timnas Indonesia patut prihatin. Betapa penuh dilandasi rasa kebencian apa yang diucapkan mantan pemain nasional ini.
Bagi Shin Tae-yong sendiri tidak perlu tanggapi semua ini. Persiapkan timnas untuk ajang Kualifikasi Piala Dunia 2026 dan Piala Asia U-23 2024 jauh lebih penting. Tunjukkan pada para pengkritiknya dengan pencapaian sempurna di 2 ajang tersebut.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Dilengserkan dari Kursi Pelatih, Nasib Jesus Casas Mirip Shin Tae-yong
-
3 Hal yang Membuat Prestasi Timnas Indonesia U-17 Layak Mendapat Apresiasi
-
Tanpa Gustavo Almeida, Persija Jakarta Hadapi Madura United FC di Bangkalan
-
Jamu CAHN FC, PSM Makassar Optimis Mampu Tembus Babak Final ACC 2025
-
Gegara Belum Pulih Cedera, Anthony Ginting Harus Absen Lagi dari Badminton Asia Championships 2025
Artikel Terkait
-
Ole Romeny Dihantui Nasib Sial Setelah Ditonton Patrick Kluivert
-
Erick Thohir Singgung Patrick Kluivert Dibantai Australia 5 Gol: Ketika Yakin Imbang, Kami Kalah
-
Kabar Tak Enak Ragnar Oratmangoen, Bakal Senasib dengan Nathan Tjoe-A-On?
-
Karma Wasit Ahmed Al Kaf Usai Rugikan Timnas Indonesia, Didepak FIFA
-
Naturalisasi Merajalela, Bojan Hodak: Fokusnya Pembinaan Pemain Muda, Ini Masalah
Hobi
-
Asnawi Mangkualam Perkuat ASEAN All Stars, Erick Thohir Singgung Kluivert
-
PSSI Segera Rekrut Direktur Teknik, Makin Serius Cari Talenta Potensial
-
3 Keuntungan bagi Indonesia saat Jadi Tuan Rumah Gelaran AFF Cup U-23 2025
-
Jadwal F1 GP Arab Saudi 2025: Lando Norris Percaya Diri Raih Hasil Positif
-
Bali United Kalah Tipis di Bandung, Stefano Cugurra Umumkan Perpisahan
Terkini
-
Cinta dalam Balutan Hanbok, 4 Upcoming Drama Historical-Romance Tahun 2025
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Stray Kids Raih Sertifikasi Gold Keempat di Prancis Lewat Album HOP
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien