Timnas Indonesia U-23 menjadi satu-satunya wakil ASEAN yang berhasil memegang tiket babak semifinal Piala Asia U-23 2024. Semua prestasi yang membuat iri beberapa negara. Pasalnya, Indonesia maju ke ajang paling bergengsi di Asia ini dari urutan terbuncit dalam peringkat FIFA. Wajar jika kehadirannya diremehkan.
Selain itu, ajang Piala Asia U-23 2024 adalah ajang pertama bagi Indonesia, di mana timnas Indonesia U-23 saat itu berhasil lolos dari babak kualifikasi. Namun meski dengan label terendah, nyatanya Indonesia mampu tampil secara mengejutkan.
Namun di balik prestasi tersebut, ternyata ada 2 rekor buruk yang harus disandang timnas Indonesia U-23 hingga saat ini dalam ajang Piala Asia U-23 2024 ini. Hal ini kemudian menjadi bahan ejekan beberapa negara ASEAN, terutama Vietnam.
“U23 Indonesia menerima kartu merah terbanyak dengan 3 pemain didiskualifikasi. Mereka juga berada dalam kelompok tim yang menerima kartu kuning terbanyak, 11 kartu kuning,” tulis soha.vn, Rabu (1/5/2024).
Fakta ini memang tidak terbantahkan. Hingga hari ini, dari 14 kartu merah yang dikeluarkan wasit, 3 di antaranya untuk pemain Indonesia. Sedangkan di bawah Indonesia adalah Kuwait dan Vietnam, masing-masing 2.
Dua kartu merah yang didapat Indonesia terjadi saat laga perdana menghadapi Qatar (15/4/2024). Ivar Jenner dan Ramadan Sananta yang saat itu harus menerima kartu merah. Sedangkan kartu merah ketiga diterima Rizky Ridho saat berhadapan dengan Uzbekistan di babak semifinal (29/4/2024).
Rekor kedua yang juga cukup memalukan adalah rekor gol bunuh diri. Selama ajang Piala Asia U-23 2024 berlangsung, pemain Indonesia telah melakukan 3 gol bunuh diri. Jumlah terbanyak di antara negara peserta lain.
Gol bunuh diri pertama terjadi saat Indonesia menghadapi Korea Selatan (26/4/2024). Bola dari pemain Korea Selatan yang seharusnya tidak berbuah gol, justru berubah arah karena menyentuh badan Komang Teguh.
Justin Hubner menjadi pencipta gol bunuh diri kedua. Momen itu terjadi saat Indonesia menghadapi Yordania (21/4/2024). Upaya Hubner menghalau bola tendangan pemain Yordania justru mengubah arah bola ke gawang Ernando Ari.
Gol bunuh diri ketiga oleh Pratama Arhan, cukup menyesakkan para pemain timnas Indonesia U-23. Upaya Pratama Arhan menghalau bola yang siap ditangkap Ernando Ari, justru membuat bola masuk gawang. Gol ini menjadi krusial karena terjadi di babak semifinal di mana Indonesia sangat membutuhkan kemenangan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Kepala BNPB Ungkap 54 Santri Pondok Pesantrean Al Khoziny Masih Tertimbun
-
AFC Cari Gara-gara Lagi dengan Indonesia dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Lagi, Media Vietnam Puji Penampilan Timnas Indonesia U-17 saat Hadapi Mali
-
Amunisi Baru Timnas Indonesia, Proses Naturalisasi Miliano Jonathans Lanjut
-
Media Vietnam Puji Habis Timnas Indonesia U-17 Kalahkan Uzbekistan 2-0
Artikel Terkait
-
Kapten Timnas Irak U-23 Waspadai Kekuatan Timnas Indonesia U-23
-
Demi Olimpiade Paris 2024, Shin Tae-yong Sampai Harus Minta Tolong AFC
-
Shin Tae-yong Masih Dongkol Soal Wasit Shen Yin Hao: AFC Harus Bantu Kedua Tim Saling Menghormati
-
Jadwal Perebutan Tempat Ketiga AFC U-23, Pencinta Timnas Jangan Sampai Ketinggalan!
-
Hitung-hitungan Timnas Indonesia Bakal Hadapi Lionel Messi Jika Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
Hobi
-
Coach Justin Sentil Erick Thohir: Jangan Mundur, Saatnya Ambil Keputusan!
-
Piala Dunia U-17 dan Pemilihan Lawan Uji Coba yang Sudah Sangat Tepat bagi Garuda Muda!
-
Meski Belum Punya Pelatih, Timnas Indonesia Harus Tetap Bermain di FIFA Matchday Bulan November!
-
Dear Erick Thohir, Fans Timnas Indonesia Bakal Otomatis Move On dari STY Jika Anda Lakukan Hal Ini!
-
Alex Pastoor Kritik Struktur Kompetisi Indonesia yang Belum Terorganisasi
Terkini
-
4 Inspirasi Look OOTD Ryujin ITZY Buat yang Suka Tampil Modis dan Sat-Set!
-
Gaet J-Hope BTS, Le Sserafim Tampil Nyentrik di Single Terbaru 'Spaghetti'
-
Galau Maksimal! Ini 3 Lagu Raisa yang Bikin Hati Nyesek
-
Menutup Akhir Tahun dengan Stranger Things: Catat Jadwal Tayangnya!
-
Bahasa Asing di Sekolah: Portugis untuk Diplomasi, Mandarin untuk Ekonomi?