Yaman U-17 menjadi korban kedua Pasukan Muda Merah Putih di gelaran Piala Asia U-17 edisi 2025. Bertarung melawan Indonesia di Prince Abdullan Al-Faisal Stadium, Jeddah Arab Saudi, tim asal Asia Barat itu terbantai dengan skor cukup telak 1-4.
Dilansir laman AFC, empat gol Indonesia yang bersarang ke gawang Yaman diciptakan oleh Zahaby Gholy di menit ke-15, Fadly Alberto Hengga di menit ke-25, dan dwigol dari Evandra Florasta pada menit ke-87 dan 89.
Sementara satu-satunya gol hiburan bagi Yaman U-17, diciptakan melalui tembakan penalti oleh Mohammed Al-Garash ketika pertandingan berjalan 52 menit.
Laga melawan Yaman U-17 yang berhasil diakhiri dengan kemenangan telak Pasukan Muda Merah Putih tersebut ternyata juga menjadi ajang pertunjukan kejeniusan Nova Arianto dalam meramu strategi permainan.
Meskipun masih tergolong muda, minim pengalaman dan baru terjun di dunia kepelatihan, namun coach Nova menunjukkan bahwa dirinya memiliki analisa mumpuni dalam meracik sebuah tim maupun ketika menyiapkan kontra strategi terhadap permainan lawannya.
Hal ini terbukti jelas semenjak awal pertandingan dimulai, dan semakin bertambah jelas ketika memasuki babak kedua permainan.
Memasuki babak kedua, coach Nova mungkin sempat membuat para pendukung Timnas Indonesia mengernyitkan dahi dengan menarik keluar Zahaby Gholy dan Fadly Alberto Hengga.
Alasannya pun jelas, karena baik Gholy maupun Fadly Alberto, keduanya merupakan penyumbang gol bagi Indonesia dalam keunggulan dua gol mereka di paruh waktu pertandingan.
Secara permainan pun keduanya terbilang cukup bagus. Sehingga, ketika coach Nova memutuskan untuk mengganti Gholy dengan Rafi Rasyiq dan mengganti Fadly Alberto dengan Fandi Ahmad, beragam pertanyaan pun bermunculan.
Namun ternyata, di sinilah kejelian coach Nova terbuktikan. Secara posisi, Fandi Ahmad sejatinya memang mirip dengan Fadly Alberto, yakni bermain di sisi sayap serang kanan.
Namun yang menjadi pembeda adalah, Fandi Ahmad adalah pemain sayap yang justru ketika bermain, dirinya kerap menusuk masuk ke area tengah permainan.
Sehingga, di sini keberadaan Fandi Ahmad justru memperkuat serangan Timnas Indonesia dari sektor sentral, bukan melulu dari sisi sayap.
Imbasnya adalah, dengan masuknya Fandi Ahmad ini, maka lini tengah Indonesia semakin padat dan overload pemain, karena Fandi berperan ganda selain sebagai sayap serang juga bertindak sebagai gelandang tengah.
Dan hasilnya pun terlihat di babak kedua ini, di mana dirinya beberapa kali berhasil memberikan ancaman melalui area yang tepat lurus di depan gawang Yaman.
Pun demikian dengan masuknya Rafi Rasyiq yang menggantikan Zahaby Gholy. Sebagai pemain yang memiliki off the ball movement cukup baik, coach Nova menginstruksikan Rafi untuk "berkeliaran" di area pertahanan Yaman, tepat di depan para pemain bertahan lawan beroperasi.
Hasilnya terlihat di menit ke-86, ketika pergerakan Rafi membuat Aljedy yang merasa tertekan memberikan back pass tanggung kepada kiper dan terkejar olehnya.
Apakah cukup sampai di sini kejeniusan coach Nova di laga melawan Yaman ini? Tentu saja tidak!
Di akhir pertandingan, coach Nova kembali membuat keputusan untuk menarik Fandi Ahmad yang notabene adalah pemain pengganti di awal babak kedua.
Ternyata, ini adalah bentuk perlawanan mantan asisten pelatih Shin Tae-yong tersebut terhadap keputusan pelatih Yaman yang memasukkan Abdullah Saeed yang seorang gelandang bernaluri menyerang untuk menggantikan Aljedy yang seorang pemain bertahan.
Yaman yang memiliki kelebihan pemain tengah dengan naluri menyerang yang tinggi, dilawan oleh coach Nova dengan memasukkan Ilham Romadhona, seorang gelandang yang memiliki naluri bermain lebih bertahan jika dibandingkan dengan Fandi Ahmad.
Dan hasilnya pun cukup memuaskan. Hingga pertarungan berakhir, serangan-serangan yang dibangun oleh Yaman selalu kandas di kaki para penggawa Garuda Muda.
Baca Juga
-
FIFA Matchday, Timnas Indonesia dan Patrick Kluivert yang Urung Pasang Barisan Bek Mewah
-
Kualifikasi AFC U-23 dan 2 Kaki Timnas Indonesia yang Berdiri Saling Menjauhkan
-
Laga Pamungkas vs Korea Selatan, Bagaimana Kans Lolos Timnas U-23 Melalui Jalur Runner-up?
-
Sukses Tundukkan Korsel, 3 Style Permainan STY Ini Mungkin Bisa Diduplikasi oleh Gerald Vanenburg
-
Lawan Korea Selatan, Gerald Vanenburg Tak Perlu Malu untuk Menyontek Gaya Permainan STY
Artikel Terkait
-
Shin Tae-yong: Setahun ke Depan Saya Tidak Akan Jadi Pelatih
-
3 Faktor Mahal dan Berkelas yang Bikin Timnas Indonesia U-17 Susah Dibendung!
-
Hancurkan Yaman di Laga Ke-2, Nova Arianto Ternyata Lakukan Beberapa Keputusan Aneh
-
Pemain Keturunan Indonesia di J-League: Seberapa Kuat Sih Timnas Indonesia?
-
Bapak Abdi Negara, Anak Jadi Bintang Timnas U-17: Latar Belakang Evandra 'Xavi' Florasta
Hobi
-
Jadwal MotoGP San Marino 2025: Waktunya Pembalap Italia Unjuk Gigi
-
Membahasakan Inklusivitas Sosial Melalui Olahraga Futsal
-
Sebut Timnas Indonesia Bakal Pakai Trik Kotor, Kapten Lebanon Bicara Fakta?
-
Futsal di Era Digital: Dari Lapangan ke Layar Sosial Media
-
Gagal Lolos ke Piala Asia U-23, Jadi Ironi Skuad Garuda saat Jumpa Korea Selatan
Terkini
-
4 Sunscreen Korea Panthenol Rahasia Kulit Terlindungi dan Skin Barrier Kuat
-
Mengapa Kita Perlu Sadar Politik dan Hak-Hak Dasar Warga Negara Sejak Dini?
-
Kasus Makin Kompleks! Intip Trailer Wake Up Dead Man: A Knives Out Mystery
-
Anak Menteri Keuangan Kuliti Ciri Orang Miskin: Pamer ATM Prioritas dan Pakai Jaket Harga Rp9 Juta
-
Lebih Laris dari Hollywood! Inilah Bukti Film Horor Indonesia Kuasai Box Office