Rencana Thailand untuk merubah format pertandingan sepak bola di ajang SEA Games 2025 tampaknya mendapatkan sorotan dari para negara tetangganya, terutama Vietnam.
Selain media kenamaan Soha.vn yang mengulas terkait ambisi tim tuan rumah untuk bisa mengembalikan medali emas SEA Games ke negara mereka, salah satu media lainnya, yakni thethaovanhoa.vn juga melakukan hal serupa.
Dalam sebuah artikelnya baru-baru ini, media asal Vietnam tersebut menyoroti tiga keputusan aneh yang dibuat oleh Thailand.
Pada artikel berjudul "Thailand hadirkan rencana 'unik' untuk bersaing memperebutkan medali emas sepak bola putra SEA Games", media Vietnam tersebut menuliskan, hingga saat ini pihak Thailand telah merencanakan tiga hal untuk memuluskan langkah mereka itu.
Kalau kita bedah, kira-kira apa saja ya, rencana "unik" yang kini tengah digodok oleh Thailand demi bisa berdiri di podium tertinggi cabang sepak bola SEA Games nanti?
1. Membatasi Usia Pemain di Angka 22 Tahun
Sejatinya, pembatasan usia pemain di ajang SEA Games ini bukanlah sebuah masalah dan perkara baru. Pasalnya, semenjak gelaran SEA Games tahun 2001, para pemain yang dikirimkan oleh masing-masing negara maksimal hanya boleh berusia 23 tahun, sebelum kemudian dimudakan lagi menjadi 22 tahun pada 2017.
Namun perlu digarisbawahi, meskipun usia pemain dibatasi di angka 23 atau bahkan 22 tahun, setiap kontestan masih diperkenankan untuk memasukkan 2 hingga 3 pemain senior dalam tim.
Dan yang menjadi gebrakan dari Thailand kali ini adalah, mereka benar-benar membatasi pemain yang bertarung di SEA Games dengan angka 22 tahun saja, atau dengan kata lain, tak ada pemain berusia lebih dari 22 tahun yang boleh mengikuti cabang sepak bola SEA Games kali ini.
2. Membagi Kontestan Menjadi 3 Grup
Hingga gelaran SEA Games Kamboja tahun 2023 lalu, seluruh kontestan yang turut serta di gelaran, selalu dibagi menjadi 2 grup.
Namun untuk gelaran kali ini, Thailand berencana untuk membagi para peserta menjadi tiga grup. Dengan estimasi peserta sejumlah 11 negara, maka nantinya setiap grup akan berisikan tiga atau empat peserta saja, relatif lebih sedikit daripada gelaran sebelumnya di mana setiap grup bisa berisikan hingga enam kesebelasan.
Dengan format baru ini, nantinya empat negara yang berhak untuk masuk dalam fase semifinal terdiri dari tiga juara grup, dan dilengkapi satu tim yang berasal dari jalur runner-up terbaik.
3. Memilih Grup yang Paling Minim Pesaing
Bukan hanya membagi para peserta menjadi dua grup, thethaovanhoa juga menyoroti akal licik tuan rumah yang menyetting tempat mereka di grup dengan kontestan paling sedikit.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dalam skema tiga grup, nantinya akan ada grup yang berisikan tiga tim, dan ada juga yang berisikan empat tim.
Nah, Thailand selaku tuan rumah sudah mengatur tempat di mana mereka akan menempati grup yang memiliki tiga peserta saja.
"Tuan rumah Thailand diunggulkan di Grup A – grup yang hanya berisi 3 tim, yang berarti mereka hanya akan memainkan 2 pertandingan babak penyisihan grup dan jika mereka mencapai final, mereka hanya harus memainkan maksimal 4 pertandingan di seluruh turnamen." tulis thethaovanhoa.
Hal ini tentunya menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi Thailand. Pasalnya, dengan hanya memainkan dua pertandingan di fase grup, mereka akan lebih mudah dalam berhitung peluang untuk melaju ke fase semifinal, sekaligus mendapatkan waktu istirahat yang lebih banyak daripada kontestan lain yang berada di grup dengan empat kontestan.
Kalau menurut teman-teman pembaca, apa yang dilakukan oleh Thailand ini sudah keterlaluan atau masih dalam tahap yang wajar nih?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ironisme PSSI, Semua Syarat Pelatih Anyar Ternyata Sudah Dipenuhi oleh STY yang Mereka Pecat!
-
Nama John Herdman Mengemuka untuk Latih Timnas, Bakal Jadi Patrick Kluivert Jilid II?
-
Semakin Dekat ke Timnas Indonesia, 3 Gaya Melatih John Herdman Ini Ternyata Mirip dengan STY!
-
Kemenangan Dianulir FIFA, Status Kelolosan Malaysia ke Piala Asia 2027 di Ujung Tanduk!
-
Bakal Tentukan Pelatih Anyar dalam Waktu Dekat, PSSI Harus Belajar dari Kasus STY dan Indra Sjafri
Artikel Terkait
-
Tiga Kelas, Enam Pembalap, Satu Tujuan: AHRT Siap Rebut Panggung Asia di ARRC 2025
-
Thailand Kecewa: Lembaga Amerika Serikat Mengakui Lompatan Produksi Beras Indonesia
-
Ikuti Jejak Doan Van Hau, Bintang Thailand Kena Karma Usai Senggol Timnas Indonesia?
-
Cyrus Margono Dipantau Langsung, Media Vietnam: Tambahan Penting bagi Timnas Indonesia U-23
-
Media Asing Ramal Cyrus Margono Perkuat Timnas Indonesia di Piala AFF U-23 2025
Hobi
-
4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
-
Ironisme PSSI, Semua Syarat Pelatih Anyar Ternyata Sudah Dipenuhi oleh STY yang Mereka Pecat!
-
Membaca, Menulis, Merangkai Diri: Kisah Perempuan di Puan dan Bukunya
-
Nama John Herdman Mengemuka untuk Latih Timnas, Bakal Jadi Patrick Kluivert Jilid II?
-
Semakin Dekat ke Timnas Indonesia, 3 Gaya Melatih John Herdman Ini Ternyata Mirip dengan STY!
Terkini
-
Mengunjungi Thaif: Napak Tilas Spiritualitas Rasulullah di Kota di Atas Awan
-
Lebih dari Sekadar Angkat Senjata, Ini Cara Bela Negara di Kehidupan Sehari-hari
-
Mencari Keseimbangan Kehidupan di Era Sibuk: Panduan Praktis Work-Life Balance
-
Seruan Tak Bertuan: Pekikan Gaib Usai Lantunan Ayat Suci
-
4 Rekomendasi Tote Bag Stylish untuk Ngantor dan ke Kampus, Harga Mulai Rp100 Ribuan