Perjalanan Timnas Indonesia untuk meneruskan capaian manis di gelaran Piala Asia U-23 edisi tahun lalu kini sudah dimulai. Pasca menampilkan performa yang sensasional di Qatar tahun 2024 lalu, kini Timnas Indonesia U-23 bersiap untuk kembali beraksi di Arab Saudi tahun 2026 mendatang.
Namun, sebelum bertarung di putaran final gelaran, Pasukan Muda Merah Putih harus berjuang terlebih dahulu di babak kualifikasi, yang menurut laman AFC akan dimulai pada bulan September mendatang.
Pada proses drawing pembagian grup yang dilakukan oleh AFC pada Kamis (29/5/2025) di The AFC House Kuala Lumpur, Pasukan Garuda Muda berada di grup J.
Bertindak sebagai tuan rumah, Marselino Ferdinan dan kolega harus bertarung melawan raksasa sepak bola benua Asia selevel Korea Selatan. Selain itu, mereka juga harus bertarung melawan Laos, sesama tim asal Asia Tenggara yang kini tengah menanjak permainannya, dan tim Macau yang berasal dari kawasan Asia Timur.
Menghadapi tim sekelas Korea Selatan di babak kualifikasi, tentunya akan menjadi sebuah hal yang tak mudah. Terlebih lagi, jika kita mengulik aturan yang ditetapkan oleh AFC, di mana dari 11 grup yang ada, nantinya hanya juara grup saja yang lolos otomatis ke putaran final Piala Asia U-23 di Arab Saudi, maka sudah pasti Korea Selatan lah yang lebih diunggulkan.
Meskipun Timnas Indonesia akan bertindak sebagai tuan rumah, namun bagi tim sekelas Korea Selatan, bertanding di mana pun bukanlah sebuah masalah. Bahkan, untuk kawasan benua Asia, mereka kerap menjadi juara turnamen, meskipun event tersebut dimainkan di luar negaranya.
Dalam format babak kualifikasi yang telah ditetapkan oleh induk sepak bola benua Asia, selain 11 negara yang sudah pasti lolos karena menjadi juara grup, nantinya juga akan ada empat negara lainnya yang akan lolos dari skema runner-up terbaik. Sehingga nantinya, akan ada 15 negara yang lolos dari babak kualifikasi, dan bergabung dengan Arab Saudi yang bertindak sebagai tuan rumah.
Jikapun Indonesia tak bisa lolos otomatis dari jalur juara grup karena terbentur dengan kokohnya permainan Korea Selatan, mereka sejatinya memiliki peluang yang cukup besar untuk lolos dari jalur runner-up.
Pasalnya, jika melihat konstelasi pembagian grup saat ini, di mana masing-masing grup memiliki peserta yang seimbang, maka nantinya tidak akan ada reduksi hasil pertandingan melawan tim terbawah untuk menyamakan poin dengan grup-grup lainnya.
Dalam artian, semua poin, semua gol dan semua hasil pertandingan yang dimainkan oleh Timnas Indonesia akan dihitung, tidak ada pengurangan seperti jika komposisi grup memiliki perbedaan jumlah kontestan.
Dan ini adalah sebuah keuntungan tersendiri bagi Timnas Indonesia. Semisal mereka (amit-amit dan jangan sampai) kalah dari Korea Selatan, dan menang di dua laga lainnya, maka nantinya mereka akan tetap mendapatkan enam poin beserta jumlah gol yang didapatkan.
Berbeda halnya jika jumlah kontestan masing-masing grup berbeda. Misal di grup A terdiri dari 3 negara dan grup B terdiri dari 4 negara, Maka AFC akan "menghilangkan" hasil pertandingan tim runner-up grup B melawan tim peringkat keempat grup tersebut, untuk menerapkan asas keadilan dengan grup-grup lainnya.
Dalam laman history AFC sendiri beberapa tim sudah menjadi korban atas dijalankannya skema ini. Seperti misal, di babak kualifikasi Piala Asia U-23 edisi 2024 lalu, tim raksasa Iran harus tersingkir karena perhitungan ini.
Di klasemen akhir grup E, Iran sejatinya menduduki posisi runner-up grup dengan koleksi 6 poin dan selisih gol 6. Namun karena di grup lain ada yang hanya berisikan 3 kontestan, maka hasil pertandingan Iran melawan tim peringkat keempat yang ditempati oleh Hong Kong tidak dihitung oleh AFC.
Sehingga dalam pertarungan memperebutkan tiket runner-up terbaik, Iran hanya memiliki modal 3 poin saja, dan akhirnya kalah dari Malaysia yang sejatinya hanya memiliki selisih gol 5 di klasemen akhir grup H.
Jadi, dengan meratanya jumlah kontestan di setiap grup pada babak kualifikasi Piala Asia U-23 kali ini, Timnas Indonesia setidaknya sudah mengantongi sedikit rasa ayem, karena bukan tak mungkin di dua laga melawan Laos dan Macau, mereka bisa berpesta sekaligus mengumpulkan modal untuk menjadi salah satu runner-up dari empat terbaik.
Tapi, kalau bisa jadi juara grup, tentunya malah akan lebih baik lagi bukan?
Baca Juga
-
FIFA Matchday 2025, China Taipei dan Kembalinya Penyakit Lama Timnas Indonesia
-
FIFA Matchday 2025: Pesta Gol Lawan China Taipei yang Sejatinya Tak Terlalu Membanggakan
-
China Taipei, Gelontoran 6 Gol dan Kembali Bersinarnya para Pemain yang Sempat Tertepikan
-
Indonesia vs China Taipei: Pesta Gol yang Masih Dibayangi Bocornya Lini Pertahanan
-
FIFA Match Day Kontra Taiwan dan Potensi Debut para Pemain Anyar Pasukan Garuda
Artikel Terkait
-
Tengah Dipantau Intensif, Ada 2 Alasan Karier Jay Idzes Bakal Menanjak di Nerazzuri
-
Ada Pemain Timnas Indonesia yang Dipulangkan? PSSI Tanya Patrick Kluivert
-
Jadi yang Terakhir Gabung Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Ini Tak Bakal Dimainkan Lawan China
-
Joey Pelupessy Cs Asyik Main Kartu Remi, Udah Kayak di Pos Ronda
-
Patrick Kluivert Singgung Hari Buruk STY: Kami Tak Dapat Hasil, Saya Bukan Pelatihnya
Hobi
-
FIFA Matchday 2025, China Taipei dan Kembalinya Penyakit Lama Timnas Indonesia
-
FIFA Matchday 2025: Pesta Gol Lawan China Taipei yang Sejatinya Tak Terlalu Membanggakan
-
Menang dari Taiwan Tak Jadi Tolak Ukur Kekuatan Timnas Indonesia, Mengapa?
-
China Taipei, Gelontoran 6 Gol dan Kembali Bersinarnya para Pemain yang Sempat Tertepikan
-
Eliano Reijnders Diplot Jadi Bek Kanan Utama Persib Bandung, Siapa yang Tersingkir?
Terkini
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Pestapora Minta Maaf soal Freeport, Gestur Kiki Ucup Dihujat: 'Minimal Tangan Jangan di Saku!'
-
Classy & Cozy, 4 OOTD Street Style Hyunjin STRAY KIDS yang Bisa Kamu Tiru
-
4 Toner Lotus Kaya Antioksidan untuk Kulit Glowing Alami dan Bebas Kusam