Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | M. Fuad S. T.
Pertandingan antara Timnas Malaysia U-23 melawan Vietnam U-23 (the-afc.com)

Tak sampai hitungan satu bulan, gelaran Piala AFF U-23 akan kembali digelar. Berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan oleh induk sepak bola Asia Tenggara, AFF, guliran turnamen kelompok umur dua tahunan tersebut akan mulai dimainkan pada tanggal 15 hingga 29 Juli 2025, dengan Indonesia yang akan bertindak sebagai tuan rumah.

Sudah menjadi sebuah kebiasaan yang cukup umum di kalangan penggemar sepak bola Asia Tenggara, empat tim terbaik kawasan, yakni Indonesia, Thailand, Vietnam dan Malaysia selalu saja masuk dalam bursa favorit juara. Hal itu berlaku di berbagai turnamen level berapapun yang digelar di regional Asia Tenggara ini.

Namun ternyata, untuk gelaran Piala AFF U-23 kali ini, salah satu media Vietnam, yakni Soha.vn hanya menyebutkan tiga negara saja yang memiliki kans besar menjadi juara turnamen. Dalam sebuah artikelnya pada tanggal 17 Juni 2025 kemarin, media yang berbasis di Negeri Paman Ho tersebut menyatakan bahwa hanya Indonesia, Thailand dan Vietnam sajalah yang berpotensi menjadi juara, sementara Malaysia tak disebutkan sama sekali. 

"Di antara 10 tim, tuan rumah Indonesia, Vietnam, dan Thailand masih akan menjadi kandidat paling menjanjikan untuk juara. Fakta bahwa Indonesia telah memanggil sebagian besar pemain dalam negerinya, mengabaikan banyak bintang asing, akan membuka peluang besar bagi lawan-lawannya, termasuk Vietnam U23." tulis Soha.

Lantas, kira-kira mengapa ya Soha ini tak memasukkan Malaysia dalam tim favorit juara di turnamen Piala AFF U-23 kali ini? Sepertinya menarik untuk dibahas alasannya!

1. Malaysia Tergabung di Grup Berat

Alasan pertama mengapa Malaysia tak memiliki peluang besar untuk menjadi juara di Piala AFF U-23 ini adalah, karena mereka tergabung di grup berat. Menyadur laman aseanfootball.org, di turnamen bulan depan, Malaysia berada di grup A bersama Filipina, Brunei Darussalam dan Timnas Indonesia.

Okelah, jika banyak yang berpendapat bahwa kekuatan Malaysia dan Indonesia relatif berimbang. Memang hal itu tidaklah salah, namun yang menjadi pertimbangan adalah, di sini Indonesia bertindak sebagai tuan rumah, sehingga dipastikan bakal bertarung dengan motivasi yang berlipat.

Terlebih lagi, Indonesia saat ini ditangani oleh Gerald Vanenburg yang mana secara teori, pakem permainan yang bakal dibawakan oleh Pasukan Garuda Muda belum bisa dianalisis dengan baik oleh Malaysia di turnamen nanti.

Jadi, akan sangat mungkin Timnas Indonesia yang dihadapi oleh Malaysia di turnamen nanti, akan sangat berbeda dengan yang mereka kalahkan dua tahun lalu.

2. Faktor History Malaysia yang Tak Pernah Sukses di Ajang Ini

Alasan kedua mengapa Malaysia memang layak untuk tak dijagokan untuk menjuarai Piala AFF U-23 ini adalah, karena hingga sejauh ini, ajang kelompok umur 23 tahun milik induk sepak bola Asia Tenggara tersebut tidaklah ramah bagi mereka.

Sepanjang sejarah penyelenggaraan, Malaysia tak pernah sekalipun menapaki partai final kejuaraan, apalagi menjadi juara turnamen. Dalam catatan AFF, pencapaian terbaik tim Harimau Muda ini adalah sebagai semifinalis alias juara keempat, yang mana mereka torehkan di edisi inaugurasi tahun 2005, dan yang kedua di tahun 2023 lalu.

Sejatinya, di dua kesempatan tersebut Malaysia bisa saja finish menjadi tim peringkat ketiga terbaik gelaran. Namun sayangnya, di laga perebutan tempat ketiga tahun 2005, mereka kalah dari Myanmar dan di edisi 2023 lalu mereka kalah dari Thailand yang mana dua-duanya terjadi melalui skema adu tendangan penalti.

Nah, sepertinya dua alasan ini sudah cukup untuk menggambarkan betapa terjalnya jalan Malaysia untuk bisa menjadi juara di turnamen Piala AFF U-23 edisi kali ini, ya!

M. Fuad S. T.