Sebuah keputusan yang penuh dengan harap ditempuh oleh penyerang muda Timnas Indonesia, Rafale Struick beberapa waktu lalu.
Setelah terlunta-lunta dalam pengembaraannya di kompetisi sepak bola Eropa dan Australia, penyerang berusia 22 tahun tersebut pada akhirnya memutuskan untuk kembali ke tanah leluhurnya, Indonesia.
Meskipun disayangkan oleh beberapa kalangan, namun langkah pemain andalan Shin Tae-yong di lini serang Timnas Indonesia tersebut sudah bulat untuk meniti karier di Indonesia Super League dengan bergabung bersama Dewa United yang berkompetisi di kasta tertinggi persepakbolaan negeri ini.
Dengan asumsi awal kualitas Liga Indonesia yang tak segarang pertarungan di Eropa maupun Australia, tentunya banyak yang berpendapat Rafael akan cukup modal untuk bisa bersinar di liga. Dengan kualitas menterang yang dimilikinya, tentu saja banyak yang memprediksi pemain yang kerap dilabeli dengan julukan El Klemer tersebut relatif mudah untuk bisa setidaknya eksis di liga, jika kata "menaklukkan" dipandang terlalu tinggi untuk disematkan.
Namun sayangnya, asumsi awal yang penuh dengan optimisme tersebut, justru tak terlihat di tiga laga awal yang telah dijalani oleh sang pemain. Dalam catatan laman transfermarkt, Rafael Struick memang selalu dimainkan oleh Dewa United di pertarungan melawan Malut United, Semen Padang dan Persik Kediri.
Namun perlu digarisbawahi, apa yang ditunjukkan oleh Struick di tiga laga tersebut, sangat jauh dari apa yang dibayangkan, atau bahkan apa yang diharapkan oleh para penggemarnya di Timnas Indonesia.
Bagaimana tidak, dalam tiga laga yang telah dijalani itu, Struick total hanya mencatatkan 96 menit bermain saja dari potensi 270 menit bermain yang bisa didapatkannya.
Bukan hanya itu, jika statistik itu dipecah-pecah lagi, dari tiga pertandingan yang dijalani tersebut, Struick hanya bisa melepaskan tiga tembakan saja, di mana masing-masing diarahkannya saat bersua ketiga lawan yang dihadapinya tersebut.
Selebihnya? Tak ada yang istimewa, masih tanpa gol dan tentu saja masih tanpa assist dalam tiga laga awal yang mewarnai capaian minor sang pemain di klub barunya tersebut.
Panggilan Timnas Indonesia Kian Terasa Menjauh
Belum stabilnya permainan yang ditunjukkan oleh Rafael Struick bersama Dewa United tentunya mengancam posisi sang pemain di skuat Timnas Indonesia.
Sudah bukan sebuah rahasia lagi memang, jika sang pemain sedikit demi sedikit mulai tersisih dari skuat pasca dilengserkannya Shin Tae-yong dari kursi pelatih Timnas Indonesia di awal tahun 2025 lalu.
Nakhoda yang baru, Patrick Kluivert, sejauh ini lebih memilih pemain yang secara statistik memiliki bukti nyata di lapangan, alih-alih pemain yang sesuai dengan tipikal permainan yang dikembangkan.
Sehingga, dalam beberapa kesempatan, kesempatan Rafael Struick untuk bisa bertarung bersama Pasukan Merah Putih pun menjadi terkikis, sebelum kemudian menghilang seperti dalam pemanggilan terakhir.
Capaian minor yang dicatatkan oleh Struick dalam tiga pertandingannya bersama Dewa United, tentunya menjadi sebuah alasan besar bagi Kluivert untuk tak lagi memasukkan sang pemain dalam skuat yang dipersiapkannya untuk FIFA matchday di bulan September mendatang.
Bukan karena sang pelatih tak suka dengan gaya permainan dari El Klemer, namun lebih ke statistik yang ditunjukkan oleh sang pemain. Pasalnya, di Timnas Indonesia sendiri saat ini juga ada pemain-pemain yang memiliki gaya permainan yang mirip dengan Struick seperti Lilipaly, Oratmangoen, Eliano Reijnders atau mungkin bahkan Yakob Sayuri.
Namun, karena mereka saat ini dinilai lebih siap dan memiliki catatan yang lebih apik daripada Struick yang masih angin-anginan, maka slot di Timnas Indonesia pun diberikan Kluivert kepada mereka.
Dan ironisnya lagi adalah, jika situasi minor yang dialami oleh El Klemer ini terus berkelanjutan, maka akan sangat mungkin panggilan ke Timnas Indonesia akan kian menjauh bagi seorang Rafael Struick.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Bantai-Bantai Awal Musim Klub Calvin Verdonk dan Modal Perjalanan Semu Menuju Titel Juara
-
Masuk Loan List, Sebuah Pembelajaran yang Mahal bagi Elkan Baggott untuk Berproses
-
Timnas U-17 Jangan Terlalu Jumawa, Uzbekistan yang Mereka Kalahkan Bukanlah Tim Juara Asia
-
Sandy Walsh Gabung Buriram, Liga Thailand Kian Disesaki para Defender Timnas Indonesia
-
Nasib Sandy Walsh dan Tak Ramahnya Tanah Matahari Terbit bagi Pesepak Bola Indonesia
Artikel Terkait
-
Kata-kata Bojan Hodak Isu Thom Haye ke Persib Bandung
-
Calvin Verdonk: Saya Bisa Jadi Bek Kiri Terbaik di Belanda!
-
Bukti Pratama Arhan Gugat Cerai Azizah Salsha
-
Talak Cerai Azizah Salsha, Pratama Arhan Diramal Hard Gumay Cepat Dapat Pangganti
-
Jay Idzes Komentari Kehebatan Emil Audero yang Permalukan AC Milan
Hobi
-
Futsal sebagai Cerminan Ekonomi Mikro di Lingkup Generasi Muda
-
Bantai-Bantai Awal Musim Klub Calvin Verdonk dan Modal Perjalanan Semu Menuju Titel Juara
-
Masuk Loan List, Sebuah Pembelajaran yang Mahal bagi Elkan Baggott untuk Berproses
-
Alami Peningkatan, Pecco Bagnaia Senang Walau Finis di Urutan Kesembilan
-
Di Lapangan Futsal, Kami Belajar Menjadi Tim Sejati
Terkini
-
5 Cara Menghilangkan Flek Hitam agar Wajah Kembali Cerah Tanpa Noda
-
Demo Chaos di Senayan: Kronologi dari Saling Sindir Sampai Hujan Bambu di Jalan Tol
-
3 Seiyuu Baru Bergabung di Anime Kaiju No. 8 Season 2, Disambut Hangat!
-
Bijak Berpakaian: Merdeka dari Fast Fashion Demi Bumi yang Lebih Lestari
-
Di Sini Kawin Lari Cuma Bikin Ortu Ngambek, di Pakistan Bisa Berakhir Ditembak Mati