Max Verstappen kembali menunjukkan kelasnya sebagai juara dunia Formula 1 dengan penampilan dominan yang membawa Red Bull Racing meraih kemenangan pada Grand Prix Italia 2025 di Sirkuit Monza.
Kemenangan itu tidak hanya memperkuat posisinya di klasemen kejuaraan, tetapi juga mempertahankan dominasi Red Bull di balapan yang bergengsi tersebut. Meski sempat mendapat tekanan dari Lando Norris di awal lomba, Verstappen berhasil membalikkan keadaan dan menguasai balapan hingga garis finis.
Antara News mengungkap pada Minggu (7/9/2025), balapan yang menjadi seri ke-16 dari 24 musim ini diawali dengan drama saat tikungan pertama. Max Verstappen yang memulai dari pole position harus merelakan posisi terdepan kepada Lando Norris setelah duel ketat di awal.
Namun, Verstappen tidak butuh waktu lama untuk kembali merebut posisi puncak. Memasuki lap ke-10, sang juara bertahan berhasil mengambil alih kembali pimpinan lomba dari pebalap McLaren tersebut.
Setelah memimpin, Verstappen tampil tak terbendung. Ia terus memperlebar jarak dengan para pesaing, menciptakan gap signifikan yang sulit dikejar. Norris yang sempat tampil impresif harus puas finis di posisi kedua dengan selisih waktu 19,207 detik dari Verstappen, sementara rekan setimnya di McLaren, Oscar Piastri, mengamankan podium ketiga.
Di belakang ketiga besar, Charles Leclerc dari Ferrari tampil solid dan mengamankan posisi keempat, meskipun tidak cukup kompetitif untuk menantang podium. George Russell dari Mercedes melengkapi lima besar, menandai performa yang cukup konsisten dari tim Silver Arrows di tengah musim yang penuh tantangan.
Balapan ini juga diwarnai sejumlah insiden teknis yang memengaruhi hasil akhir. Fernando Alonso dari Aston Martin harus menghentikan balapan pada lap ke-26 karena masalah suspensi. Sementara itu, Nico Hulkenberg bahkan gagal memulai balapan setelah mengalami gangguan teknis pada mobil Kick Sauber miliknya saat formation lap.
Strategi Ciamik dan Kematangan Balap Max Verstappen
Keberhasilan Max Verstappen di Monza kali ini tidak lepas dari strategi tim Red Bull yang sangat presisi. Salah satu kunci utama kemenangan ini adalah manajemen pitstop yang luar biasa efisien. Verstappen melakukan pitstop pada momen yang sangat optimal, memungkinkan dia kembali ke lintasan lebih cepat dan merebut kembali posisi pertama saat dua pesaing utamanya, Norris dan Piastri, masih berada di pit.
Penggunaan ban keras di stint terakhir juga menjadi langkah strategis yang brilian. Dengan pilihan tersebut, Verstappen dapat memaksimalkan performa mobilnya tanpa harus khawatir terhadap degradasi ban yang terlalu cepat. Hal ini memberinya keleluasaan untuk tetap menekan hingga akhir lomba tanpa kehilangan kecepatan.
Tak hanya strategi tim, performa pribadi Verstappen pun patut diacungi jempol. Ia menunjukkan konsistensi luar biasa dan kecepatan tinggi sepanjang balapan. Bahkan, ia sukses mencetak lap tercepat dengan waktu 1 menit 18,792 detik. Tentunya ini merupakan sebuah rekor baru di Monza yang menunjukkan dominasi mutlaknya dalam lomba ini.
Kombinasi antara kecepatan mobil, kematangan Verstappen dalam mengambil keputusan di lintasan, serta eksekusi strategi yang sempurna menjadikan Red Bull Racing tak terhentikan di GP Italia kali ini. Verstappen membuktikan bahwa dirinya masih menjadi kekuatan utama di musim ini.
Sementara itu, Ferrari yang tampil di kandang sendiri harus puas hanya melihat Charles Leclerc finis di posisi keempat. Lewis Hamilton yang kini membela Ferrari juga belum mampu menembus lima besar dan finis di urutan keenam. Performa tim Kuda Jingkrak masih belum cukup tajam untuk menyaingi dominasi Red Bull dan McLaren.
Tim Williams mencuri perhatian lewat Alexander Albon dan Carlos Sainz yang masing-masing finis di posisi ketujuh dan kesebelas. Di sisi lain, debutan seperti Gabriel Bortoleto (Kick Sauber) dan Kimi Antonelli (Mercedes) juga menunjukkan penampilan yang menjanjikan dengan finis di posisi kedelapan dan kesembilan.
Pebalap muda Racing Bulls, Isack Hadjar tampil solid dan mengamankan posisi ke-10, sementara rekan setimnya, Liam Lawson, menutup balapan di urutan ke-14. Di barisan belakang, Pierre Gasly, Franco Colapinto, dan Lance Stroll semuanya harus puas finis satu lap di belakang pemimpin lomba.
Dengan kemenangan ini, Max Verstappen kembali memperkuat dominasinya di musim 2025. Keunggulan strategi dan kemampuan mengatur ritme balapan menjadi fondasi utama keberhasilannya. Red Bull Racing pun semakin dekat untuk mengamankan gelar konstruktor jika terus tampil konsisten dalam delapan balapan tersisa.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Alex Pastoor Kritik Struktur Kompetisi Indonesia yang Belum Terorganisasi
-
Makin Kocak, Taxi Driver 3 Bocorkan Karakter Jang Hyuk Jin dan Bae Yoo Ram
-
G-Dragon Cetak Sejarah, Inilah Para Pemenang Ajang Penghargaan Budaya Korea
-
Kim Hee Sun Cari Jati Diri di Because There Is No Next Life, Ini Perannya
-
Shin Tae-yong Masuk Bursa Pelatih Baru Thailand, PSSI Bakal 'Ketikung'?
Artikel Terkait
-
Ferrari Krisis Podium, Leclerc Andalkan 3 Sirkuit Ini untuk Menang di F1 2025
-
GP Italia 2025: Lando Norris Pimpin Balapan, Max Verstappen Tetap Juara
-
Jadwal F1 GP Italia 2025: Pembuktian Ferarri di Hadapan Publik Sendiri
-
Yuki Tsunoda Akhirnya Pecah Telur, Raih Poin Spesial di GP Belanda
-
Dominasi Gila di GP Belanda, Piastri Mulai Disejajarkan dengan Schumacher
Hobi
-
Coach Justin Sentil Erick Thohir: Jangan Mundur, Saatnya Ambil Keputusan!
-
Piala Dunia U-17 dan Pemilihan Lawan Uji Coba yang Sudah Sangat Tepat bagi Garuda Muda!
-
Meski Belum Punya Pelatih, Timnas Indonesia Harus Tetap Bermain di FIFA Matchday Bulan November!
-
Dear Erick Thohir, Fans Timnas Indonesia Bakal Otomatis Move On dari STY Jika Anda Lakukan Hal Ini!
-
Alex Pastoor Kritik Struktur Kompetisi Indonesia yang Belum Terorganisasi
Terkini
-
4 Inspirasi Look OOTD Ryujin ITZY Buat yang Suka Tampil Modis dan Sat-Set!
-
Gaet J-Hope BTS, Le Sserafim Tampil Nyentrik di Single Terbaru 'Spaghetti'
-
Galau Maksimal! Ini 3 Lagu Raisa yang Bikin Hati Nyesek
-
Menutup Akhir Tahun dengan Stranger Things: Catat Jadwal Tayangnya!
-
Bahasa Asing di Sekolah: Portugis untuk Diplomasi, Mandarin untuk Ekonomi?