Hikmawan Firdaus | M. Fuad S. T.
Mees Hilgers saat memperkuat Timnas Indonesia melawan China di babak kualifikasi Piala Dunia 2026 leg pertama (the-afc.com)
M. Fuad S. T.

Situasi yang cukup pelik kini tengah dialami oleh center back Timnas Indonesia, Mees Hilgers. Permasalahan sang pemain dengan klubnya saat ini, FC Twente ternyata semakin hari semakin bertambah rumit.

Mees Hilgers yang sampai saat ini bersikukuh untuk pergi dari tim dan enggan untuk meneken kontrak baru dengan pihak klub, kini mendapatkan perlakuan yang tak mengenakkan.

Sepertimana informasi yang dirilis oleh laman Suara.com (24/9/2025), pihak FC Twente tak sudi untuk memainkan Mees Hilgers di pertandingan-pertandingan yang dijalani klub, hingga setidaknya sang pemain mau untuk kembali menandatangani kebersamaannya dengan klub asal Belanda tersebut.

Sontak saja, hal ini menarik atensi khalayak ramai. Bahkan, Louis Everard yang menjabat sebagai Direktur VVCS alias Asosiasi Pemain Sepak Bola Profesional Belanda berkomentar, apa yang dilakukan oleh Twente terhadap Hilgers adalah sesuatu yang telah melampaui batas, dan menyalahgunakan posisinya yang lebih dominan.

Bahkan dalam komentarnya terkait polemik Hilgers dan FC Twente, Everard sampai menegaskan bahwa pihak klub telah melakukan bullying kepada pihak pemain.

Cara yang Salah untuk Mengakui Kualitas Mees Hilgers

Namun, jika dilihat dari sisi lain, apa yang dilakukan oleh FC Twente kepada Mees Hilgers tersebut sejatinya adalah sebuah pengakuan terhadap kualitas sang pemain, namun dengan cara yang salah.

Tak dimainkannya Hilgers oleh pihak Twente sendiri berakar dari keinginan sang pemain untuk pergi dari klub di akhir musim ini. Namun, karena pihak klub masih membutuhkan kualitasnya, maka keinginan dari sang pemain pun dihalang-halangi, hingga pada akhirnya muncul polemik seperti saat ini.

Jika melihat dari dasar yang memantik adanya permasalahan ini, tentunya kita sepakat bahwa semuanya berakar dari tak maunya FC Twente kehilangan pemain sekaliber Hilgers. 

Dengan kata lain, di mata Twente, Hilgers adalah sosok pemain penting dan berpengaruh dalam permainan tim, sehingga mereka akan melakukan cara apapun untuk mencegah Hilgers meninggalkan klub. 

Namun sayangnya, cara Twente untuk menunjukkan betapa pentingnya keberadaan Hilgers di tim mereka cenderung salah. Alih-alih melakukan pendekatan personal-humanis berbasis profesionalisme, yang ada, Twente justru menggunakan superioritasnya atas Hilgers untuk melakukan tekanan dengan tujuan agar sang pemain tetap bertahan bersama mereka.

Ah, sepertinya kualitas seorang Mees masih diharapkan oleh pihak klub, tapi mereka malu untuk mengakuinya ya!