Sekar Anindyah Lamase | M. Fuad S. T.
Pertandingan antara Timnas Indonesia melawan Irak di ronde keempat babak kualifikasi Piala Dunia 2026 (dok. AFC)
M. Fuad S. T.

Setelah menuai kegagalan dengan beragam spekulasi yang telah dilakukan, Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI kembali memberikan statemen yang memantik keheranan publik.

Sebelumnya, mantan presiden klub Inter Milan tersebut menyatakan bahwa peluang Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia 2026 terbuka sangat lebar, sehingga pada akhirnya dirinya dan federasi melakukan manuver dengan melakukan pergantian pelatih.

Dari berbagai sumber diinformasikan, penggantian STY dengan Patrick Kluivert di bulan Januari lalu memiliki satu tujuan fundamental, yakni memperbesar peluang lolos ke Piala Dunia tahun depan.

Namun sayangnya, tujuan yang digembar-gemborkan itu tak tercapai karena Pasukan Merah Putih terhenti langkahnya di ronde keempat kualifikasi. Selepas itu, upaya-upaya untuk "cuci tangan" pun dilakukan, termasuk memberikan pernyataan bahwa sesungguhnya target lolos Piala Dunia dari PSSI sendiri ada di tahun 2030, bukan edisi kali ini.

Tak cukup sampai di sana, dilansir laman Suara.com (28/10/2025), Erick Thohir bahkan kembali merevisi target kelolosan ke Piala Dunia Timnas Indonesia. Alih-alih menetapkan gelaran Piala Dunia edisi 2030, eks pemilik DC United tersebut bahkan menyatakan bahwa roadmap PSSI adalah meloloskan Skuat Garuda ke Piala Dunia pada tahun 2034.

Sebuah pernyataan yang tentu saja mengundang banyak debatan, mengingat sejatinya peluang Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia sudah sangat terbuka di edisi kali ini.

Bahkan, pernyataan dari Erick Thohir ini juga menimbulkan beragam spekulasi, di mana mungkin saja ada unsur kesengajaan dari federasi untuk melepas kesempatan tampil di Piala Dunia tahun depan meskipun pintu gerbangnya sudah mulai terbuka lebar.

Hal ini sejatinya cukup logis bahkan jika dipikirkan oleh masyarakat awam sekalipun. Dengan berdalih bahwa target kelolosan Piala Dunia masih 8 tahun mendatang, maka tak ada salahnya jika di kualifikasi kali ini PSSI bisa melakukan beragam eksperimen yang meskipun hal itu harus mencederai kepercayaan publik.

Dengan kata lain, pemikiran sederhananya adalah begini, jika sudah tak ada urgensinya untuk meloloskan Timnas Indonesia ke Piala Dunia edisi 2026 ini, mengapa harus dikejar sekuat tenaga?

Bukankah lebih baik waktu-waktu yang tersisa di babak kualifikasi ini dipergunakan untuk melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan "keuntungan" bagi mereka?

Seperti misal, dengan pergantian pelatih. Meskipun keputusan ini sangat nyata perjudiannya, namun tetap diambil oleh PSSI dan Erick Thohir karena jika nantinya pelatih anyar yang mereka datangkan bisa membawa Indonesia ke Piala Dunia, maka tentu nama si pembawa akan turut terangkat tinggi.

Pun demikian halnya jika terjadi yang sebaliknya, yakni berupa kegagalan. Toh, PSSI dan Erick Thohir serta pihak-pihak yang terlibat juga tak ada kerugian apapun, karena mereka bisa berdalih dengan dasar yang kuat, yang mana target sebenarnya lolos Piala Dunia bukanlah di edisi 2026 ini melainkan masih 2 penyelenggaraan lagi.

Kalau sudah begini, sepertinya memang lepasnya peluang ke Piala Dunia 2026 bukan hanya murni ditentukan oleh hasil akhir para petarung di lapangan, namun juga karena ada pihak-pihak yang mungkin saja memiliki tendensi untuk sengaja melepasnya. 

Dan lagi-lagi, pendukung setia Timnas Indonesia lah yang harus menelan kekecewaan karena tendensi penuh kepentingan dari para elite federasi seperti ini. 

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS