Selama pandemi Covid-19, banyak pola hidup yang berubah karena kita harus lebih banyak berada di dalam rumah. Pemerintah juga menerapkan kebijakan physical distancing sebagai upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 yang berdampak pada pola pembatasan aktivitas manusia dalam berbagai kehidupan.
Physical distancing adalah salah satu cara yang direkomendasikan WHO untuk mengurangi penyebaran Covid-19 yang begitu cepat.
pandemi Covid-19 menimbulkan perubahan pada jenis aktivitas fisik yang dilakukan oleh masyarakat di seluruh dunia. Secara keseluruhan, bersepeda dalam ruangan (indoor cycling) jadi aktivitas fisik terpopuler di berbagai negara selama pandemi berlangsung. Negara Indonesia sendiri termasuk salah satu negara di mana indoor cycling mengalami peningkatan terbesar.
Selain indoor cycling, pandemi Covid-19 memicu perubahan revolusi bersepeda. Pada bulan Juli 2020, Institute for Transportation dan Development Policy (ITDP) mendata jumlah pesepeda yang berlalu lintas di Jakarta saja meningkat hingg 1.000%. Tidak hanya untuk berolahraga kini banyak masyarakat yang menggunakan sepeda untuk alat transportasi dan dijadikan sebagai trend dimasa pandemi sekarang.
Pada Oktober 2019, ITDP melapor hanya ada 21 pesepeda di Jakarta. Namun, per Juni 2020 lalu, pengguna sepeda di Jakarta menyentuh angka 235.
“Banyak pesepeda yang sebelumnya mengguakan transportasi umum. Tapi sekarang, mereka butuh sebuah alternative,“ ujar Mara. “Sebelum ada Covid-19, kami mempunyai 1.000 pesepeda (di jalan utama perbelanjaan), tetapi sekarang ada 7.000.”
Saat PSBB, pembatasan jumlah penumpang dan rasa khawatir masyarakat akan penularan Covid-19 di dalam kendaraan umum pun membuat mereka harus “memutar otak”. Salah satu solusi ditambah adanya trend olahraga terbaru, bersepeda menjadi jalan yang dipilih sebagian besar masyarakat.
Kembali lagi, jadi sebenarnya bersepeda di tengah pandemi adalah sebuah fenomena yang memiliki beragam sisi. Semua tergantung darimana kita memandang fenomena bersepeda yang sedang banyak digandrungi para pemuda khususnya.
Jika melihat dari sisi baiknya, bersepeda memberikan banyak manfaat positif di tengah pandemi, sehingga para ahli berpendapat positif mengenai trend bersepeda. Namun di sisi lain, jika melihat bahayanya, sepeda juga rentan mengalami kecelakaan. Hal tersebut terjadi lantaran kurang patuhnya para pesepeda ketika di jalan raya dan kurangnya fasilitas yang memadai untuk bersepeda.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Badai Bert Lumpuhkan Irlandia dan Inggris: Ribuan Rumah Tanpa Listrik, Transportasi Lumpuh
-
Carut Marut Angkutan Logistik, Pengamat: Hanya Presiden yang Bisa Bereskan
-
Penerbangan Ditutup, Alternatif Transportasi di Wilayah NTT Bisa Gunakan Kapal Laut
-
Rute Transportasi Umum ke GBK untuk Menonton Timnas Indonesia vs Jepang, Gratis!
-
Solusi Monitoring Indonesia dan Geotab Kolaborasi Optimalkan Manajemen Armada
Kolom
-
Seni Menyampaikan Kehangatan yang Sering Diabaikan Lewat Budaya Titip Salam
-
Indonesia ke Piala Dunia: Mimpi Besar yang Layak Diperjuangkan
-
Wapres Minta Sistem Zonasi Dihapuskan, Apa Tanggapan Masyarakat?
-
Ilusi Uang Cepat: Judi Online dan Realitas yang Menghancurkan
-
Dukungan Jokowi dalam Pilkada Jakarta: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Terkini
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua