Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Sisiliana
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti saat menghadiri acara Pisah-Sambut Menteri Kelautan dan Perikanan di Ballroom Mina Bahari III Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Rabu (23/10). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Di Indonesia kita sudah tidak asing lagi dengan istilah pemimpin adalah seorang pria. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan lahirnya emansipasi wanita membuat wanita memiliki persamaan kesempatan dan hak dengan seorang pria. Wanita tidak bisa dianggap remeh lagi karena wanita juga dapat melakukan pekerjaan yang sama seperti seorang pria. Salah satu contohnya adalah Susi Pudjiastuti yang pernah menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan dalam Kabinet Kerja periode 2014-2019 di Indonesia.

Susi Pudjiastuti lahir pada 15 Januari 1965 di Pangandaran, Jawa barat. Ia berasal dari keluarga yang cukup sukses dibidang bisnis. Namun hal itu tidak lantas membuatnya tumbuh menjadi perempuan yang manja dan hanya berada di zona nyaman saja.

Pada saat menempuh pendidikan di SMA, Susi memutuskan untuk berhenti sekolah karena berpikir sekolah tidak cocok untuk dirinya. Setelah mengambil keputusan itu, dengan bermodalkan uang Rp.750.000 Susi membuka usahanya sendiri dan bisnisnya berkembang menjadi PT ASI Pudjiastuti Marine Product yang bergerak dalam bidang ekspor hasil-hasil perikanan.

Tidak sampai disitu, dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla Susi Pudjiastuti berhasil diangkat menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan.

Selama masa kepemimpinannya, Susi Pudjiastuti cenderung menggunakan gaya kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang lebih memfokuskan pada pengembangan para bawahannya dengan cara mengubah kesadaran bawahan untuk menyelesaikan masalah dengan cara-cara baru, membangkitkan dan mengeluarkan tindakan lebih untuk mencapai tujuan organisasi (Robbins & Judge, 2008).

Dalam memimpin, Susi dikenal sebagai orang mempunyai sifat yang tegas dan memiliki jiwa yang maskulinitas serta menerapkan cara-cara baru untuk menyelesaikan segala permasalahan yang ada seperti pada kasus illegal fishing ia menggunakan cara penenggelaman kapal. Namun, sebelum kapal tersebut ditenggelamkan untuk mencegah pencemaran laut kapal-kapal yang akan ditenggelamkan dibersihkan terlebih dahulu dan mesin serta bahan bakarnya dipisahkan.

Kebijakan serta program yang dibuat oleh Susi dinilai efektif dan bukan hanya gertakan semata. Selain memberikan efek jera bagi pelaku, hal itu juga membuat masyarakat dunia patuh dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Susi dibidang kelautan dan perikanan seperti pengeboman kapal asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia.

Kebijakan penenggelaman kapal asing tersebut juga dinilai menguntungkan Indonesia khususnya para nelayan karena pada tahun 2014 pertumbuhan perikanan Indonesia meningkat 8,7%, kemudian pada tahun 2015 meningkat menjadi 8,96%.

Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), dibandingkan dengan November 2014 nilai tukar nelayan hanya 104,2% sedangkan pada 2015 nilai tukar nelayan mengalami peningkatan mencapai 106,12% (BBC news, 2016). Hal tersebut merupakan perubahan yang sangat drastis dilakukan oleh seorang Menteri Kelautan dan Perikanan, karena meskipun kondisi ekonomi baik sektor perikanan sebelumnya tidak pernah melebihi 6% (Balkis, A. H. 2020).

Susi Pudjiastuti dikenal sebagai salah satu menteri perempuan yang cerdas, berani, tegas dan memiliki keunikan tersendiri. Hal itu terlihat dari beberapa kebijakan yang diambilnya saat menjabat. Salah satunya yaitu kebijakan penenggelaman kapal asing. Sebab, pada masa kepemimpinan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan sebelum Susi, belum ada yang berani menindak secara tegas terhadap pencuri ikan dengan cara tersebut.

Dengan keunikan dan ketegasan Susi dalam memimpin, membuat dirinya meraih beberapa penghargaan. Salah satunya yaitu penghargaan dari Foundation for International Human Rights Reporting Standards(FIHRRST). Penghargaan tersebut diraih karena Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah Kementerian pertama yang berhasil mengimplementasikan terobosan norma hak asasi manusia (HAM) dalam kebijakan pemerintah.

Selain itu, pedoman pelaksanaan HAM yang dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia juga sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan oleh PBB. Selain berhasil menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti juga menjadi salah satu Menteri yang sudah memberikan kuliah umum tentang kemaritiman Indonesia di Amerika.

Susi Pudjiastuti berhasil menjadi sosok contoh dan inspirasi bagi perempuan lain di Indonesia untuk terus maju dan membawa perubahan positif bagi sekitarnya. Kinerja yang luar biasa bagus dari kepemimpinan Susi Pudjiastuti berhasil menampik stereotip bahwa perempuan tidak bisa melakukan pekerjaan yang sama dengan laki-laki. Dengan gaya kepemimpinan transformasionalnya yang cenderung tegas dan bersifat sebagai penggerak membuatnya berhasil memperoleh penghargaan yang belum pernah diraih oleh pemimpin sebelumnya.

Referensi:

  • Astrie Anindya Sasri, Aji Hendra Pradana, Nurwy, Rendi Pratama . (2019). Analisis Jenis Dan Gaya Kepemimpinan Susi Pudjiastuti. 1-20.
  • Balkis, A. H. (2020). Gaya Kepemimpinan Perempuan Dalam Instasi Publik: Studi Pada Kepemimpinan Susi Pudjiastuti. Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Vol. 8, No. 1, 79-88.
  • BBCnews. (2016, Maret 5). Susi Pudjiastuti: pemerintah harus berani buat moratorium reklamasi. . Retrieved from BBC : Juni 6, 2021 https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/03/160303_indonesia_transkrip_susi_ging.
  • Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2008). Perilaku Organisasi Edisi ke-12.Jakarta: Salemba Empat.
  • Veronica Sitompul,Budi Purnomo,Anny Wahyuni. (2021). Meneladani Tokoh Susi Pudjiastuti Wanita Cerdas Yang Menginspirasi Perempuan Indonesia Sebagai Sumber Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Dan Sains, Vol.2, No.1, 66-80.

Sisiliana