Seperti yang diketahui, kejuaraan beregu bulu tangkis akan segera dilaksanakan mulai 26 September. 2021 mendatang. Kurang dari seminggu, rombongan skuad Indonesia akan berlabuh di Vantaa.
Namun, hal yang diinginkan oleh para penggemar bulu tangkis pun selalu terjadi. Kurang ketatnya peraturan PBSI bagi para pemain bulu tangkis di masa pandemi membuat semua pihak terheran-heran.
Para atlet keluar masuk di Pelatnas dengan mudah. Bahkan, mereka pun terlihat bersanda gurau dengan orang luar Pelatnas. Namun hal tersebut seperti dianggap 'lumrah' oleh para atlet.
Beberapa kali atlet tertangkap basah sedang berada di luar Pelatnas. Bahkan mereka dengan enjoy memposting momen berkelananya itu di sosial media miliknya sendiri.
Tidak hanya itu, bahkan ada beberapa yang kerap tidak memakai masker dalam berfoto. Dua hari sebelum keberangkatan pun, mereka masih melakukan hal yang sama. Tidak ada rasa was-was, bahkan rasa segan pun tidak tertanam dalam dirinya.
Mungkin sebagian atlet bulu tangkis memiliki banyak alasan untuk keluar saat beberapa hari menjelang keberangkatan. Alasan keluar pun akan terbagi menjadi dua poin, yaitu sudah menggunakan prokes yang ketat serta sudah antigen/pcr.
Namun, apakah kalian tidak mengerti bahwa virus tidak terlihat? Siapa yang akan menjamin jika kalian akan bebas? Bahkan jika di dalam Pelatnas pun, kalian bisa terserang. Lalu bagaimana jika keluar Pelatnas?
Apapun alasannya, tidak tepat jika kalian harus bertemu dengan orang luar Pelatnas, terlebih lagi itu bukan keluarga dan tidak ada kepentingan di dalamnya. Hal tersebut tidak menunjukkan sikap profesional sebagai atlet.
Kurangnya kesadaran para atlet membuat para penggemar kecewa. Pasalnya, tepat di tahun lalu, PBSI mengundurkan diri dari kejuaraan besar Thomas Uber Cup dengan dalih khawatir dengan terpaparnya Covid-19 kepada para atlet dan official.
Kata-kata tersebut pun bagaikan boomerang untuk PBSI. Melihat kenyataan yang terjadi, PBSI dianggap lalai dalam membina para atletnya saat pandemi.
Rasanya kritik para penggemar hanyalah sebuah angin, yang dapat dirasakan dengan cepat, tetapi tidak terlihat. Regulasi yang tidak berjalan dengan baik, jika tidak adanya evaluasi yang signifikan akan terus membusuk seperti ini.
Jika nantinya hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, apa yang akan dilakukan? Kembali bungkam? Menyalahkan keadaan? Atau bahkan membuat template dengan minta maaf?
Baca Juga
-
Turnamen di Bali, 5 Pemain Bulu Tangkis Luar Negeri Banjir Hadiah dari Fans Asal Indonesia
-
Jelang Turnamen, 5 Pemain Bulu Tangkis Ini Memboyong Keluarga ke Bali
-
3 Durasi Permainan Terlama di Thomas Uber Cup 2020, Ada Jonatan Christie
-
Tajir Melintir, 4 Bisnis Arief Muhammad dari Makanan hingga Properti
-
Profil Fajar Alfian dan Rian Ardianto, Pebulu Tangkis Berprestasi yang Tak Dikenal Menpora
Artikel Terkait
Kolom
-
Marissa Anita dan Perfeksionisme: Tak Ada Ruang untuk Setengah-Setengah
-
Drone Dilarang, Tambang Bebas Jalan: Ada Apa dengan Konservasi Kita?
-
Banjir Sumatra dan Mimpi Indonesia Emas: Mau Lari ke Mana Kalau Lantainya Amblas?
-
Kelapa Sawit: Sama-sama Pohon, tapi Tak Bisa Gantikan Fungsi Hutan
-
Meninjau Ulang Peran Negara dalam Polemik Arus Donasi Bencana
Terkini
-
Hemat Waktu dan Tenaga, Ini 7 Cara Efektif Membersihkan Rumah
-
4 Cleanser Korea dengan Kandungan Yuja untuk Wajah Sehat dan Glowing
-
Menopause Bukan Akhir, tapi Transisi yang Butuh Dukungan
-
Rilis Trailer, Film Alas Roban Kisahkan Teror Mistis di Hutan Angker
-
Totalitas Tanpa Batas: Deretan Aktor yang Rela Ubah Penampilan Demi Peran