Pelecehan seksual yang ada di Indonesia ini semakin banyak, terutama perempuan yang saat ini banyak mendapatkan pelecehan seksual di ruang publik. Sementara katanya pelecehan seksual hanya terjadi pada perempuan yang sedang sendiri dimalam hari ditempat sepi dan berbusana mini.
Nyatanya lokasi yang paling banyak menjadi latar terjadinya pelecehan seksual, yaitu jalan umum, transportasi umum, sekolah, dan kampus. Semuanya adalah ruang publik dan diruang publiklah kasus pelecehan seksual ternyata paling tinggi. Kekerasan seksual terjadi bukan hanya dimalam hari melainkan juga terjadi disiang hari. Ditambah lagi jenis pakaian yang dipakai korban secara statistik bukanlah faktor signifikan.
Jadi jangan selalu menghakimi sang korban. Faktanya siapapun bisa menjadi korban pelecehan, disini tidak hanya berbicara tentang sentuhan, tetapi juga apa yang disebut catcalling, melakukan paksaan kencan, pertanyaan yang terlalu pribadi atau sederet lainnya. Juga ada pelecehan melalui dunia maya, yaitu komentar-komentar yang tidak sepatutnya.
Pelecehan seksual di ruang publik ini bukan sebatas berapa angka korban tetapi juga sebagai batu sandungan sepak terjang perempuan. Kita perempuan harus dibatasi ruang geraknya, diciutkan nyalinya, dipasung ekspresinya, dibuat bertanya-tanya “ apakah diri kita ini berharga?”. Ini semua terjadi di ruang publik dimana seharusnya kita merasa terlindungi karena tertolong kata publik.
Bahkan terkadang hal tersebut terjadi dihadapan kita, sementara kita hanya menjelma sepasang bola mata yang terpaku dan membatu, mungkin terlalu terkejut, takut, bimbang atau karena kita tidak tahu harus berbuat apa. Padahal kita sebagai manusia yang berperan aktif seharusnya bisa membantu dan memberikan perbedaan.
Sama halnya dengan kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang publik figur yang ada di Indonesia. Pro dan kontra akan selalu ada disetiap masalah, termasuk masalah pelecehan seksual yang dilakukan seorang publik figur ini. Berdasarkan data di twitter korban, korban mengatakan bahwa ia telah dilecehkan pada saat di ruang publik yaitu sebuah acara yang mengundang sang publik figur tersebut, lalu ia mengatakan pada saat itu ia dikelilingi orang banyak tetapi orang-orang tersebut malah mendukung sang pelaku. Dengan begitu dapat dipahami bahwa faktanya pelecehan seksual itu bisa terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja.
Dari masalah tersebut masih terlihat sebagian komentar pun di sosial media sang korban justru malah menghujat sang korban dan bahkan tidak mempercayainya, hanya karena sang pelaku merupakan seorang publik figur. Jadi kita sebagai manusia harus melindungi seorang yang mengalami pelecehan seksual dengan cara ditegur, dialihkan, dilaporkan, ditenangkan, dan direkam.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Diduga Lecehkan Keponakan, Eks Anggota TNI Dilaporkan ke Polda Metro Jaya
-
7 Pendidikan Seksual yang Wajib Diberikan Orang Tua pada Anak Sejak Dini
-
Viral Video Perempuan Berikan Ciri-Ciri Lelaki Idaman yang Sulit Ditemui
-
Tata Cara Bacaan Doa Niat Mandi Wajib Setelah Haid Bagi Perempuan
-
Perludem Minta DPR Wujudkan 30 Persen Keterwakilan Perempuan
Kolom
-
Mengenal Lebih Dalam Dunia Film Surealis yang Aneh tapi Memikat
-
Seragam vs Streetwear! Pencarian Diri di Antara Aturan dan Kebebasan
-
Di Balik Dinding Akademik: Kampus dan Luka yang Tak Terlihat
-
Luka Psikologis yang Tak Terlihat di Balik Senyum Ibu Baru
-
Mindful Eating atau Makan Sambil Scroll? Dilema Makan Sehat dan Screen Time
Terkini
-
Netflix Buka Suara Soal Yeji ITZY Gabung Alice in Borderland Season 3
-
4 Klub Unggas Sudah Berjaya di Tahun 2025, tapi Masih Ada Satu Lagi yang Harus Dinantikan!
-
Haechan akan Merilis Lagu The Reason I Like You, OST Second Shot At Love
-
Film Animasi KPop Demon Hunters Umumkan Jajaran Pengisi Suara dan Musik
-
Wacana BRI Liga 1 Tambah Kuota 11 Pemain Asing, Ini 3 Dampak Negatifnya