Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Fitra Mahendra
Ilustrasi Arsitek (pixabay/haer_breizh)

Keterbatasan lahan saat ini menjadi sebuah tantangan yang dihadapi bersama. Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk, maka banyak orang yang berbondong-bondong untuk memiliki lahan. Karena permintaan yang semakin banyak, tetapi lahan semakin menyempit, maka terciptalah sebuah masalah baru, yaitu semakin mahalnya harga tanah terutama yang berada di tengah kota.

Oleh sebab itu, saat ini banyak masyarakat kesulitan untuk memiliki hunian yang layak. Sebab, semakin mahalnya tanah dan keterbatasan lahan. Untuk menyiasati keterbatasan lahan ini, tercetuslah sebuah gagasan bersama yang bertujuan untuk memaksimalkan lahan yang ada. Salah satu adalah para arsitek ditantang untuk dapat membuat sebuah hunian yang nyaman dan fungsional walaupun dibangun di lahan kecil serta sempit. Namun, lahan itu diharapkan bisa memenuhi aktivitas pengguna dengan baik.

Membuat lingkungan yang sehat dengan berbagai tantangan

Di sisi lain, para arsitek juga dituntut untuk dapat membuat sebuah hunian yang sehat. Dengan semakin sesaknya sebuah populasi, maka secara kesehatan lingkungannya tentu saja tidak sebaik kondisi lingkungan yang asri. Dari sinilah para arsitek berangkat untuk memikirkan sebuah ide yang cemerlang agar dapat membuat lingkungan dalam hunian yang sehat.

Segi bukaan dan vegetasi menjadi hal-hal intim untuk menunjang sebuah bangunan yang sehat. Seperti contohnya di saat pandemi seperti ini, aktivitas banyak yang dilakukan dari rumah. Maka dari itu, diperlukan sebuah hunian yang dapat menyehatkan penggunanya agar tidak terkesan seperti terbelenggu di dalam ruangan. Adanya bukaan-bukaan besar yang menyinari dalam ruang sangat diperlukan agar tidak lembab dan penggunanya dapat mendapat paparan cahaya matahari sesuai kebutuhannya.

Ditambah lagi dengan sesaknya suatu pemukiman, maka akan membuat lingkungan terasa pengap. Dari situlah kreatifitas seorang arsitek diperlukan. Walaupun lahan bangunan sempit, tetapi ketika pengguna berada di dalam bangunan penggunanya harus tetap mendapat sirkulasi udara yang baik. Dari segi lain, penambahan vegetasi di bagian luar dan dalam rumah juga dapat membantu meningkatkan kualitas udara. Terutama di masa pandemi, ada baiknya rumah memiliki bukaan yang dapat langsung menyinari sebagian besar ruangan, terutama saat pagi hari. Karena cahaya matahari pagi sangat sehat untuk memenuhi vitamin D pada tubuh sehingga stabilitas tubuh terjaga dan seisi rumah dapat sehat.

Kreativitas untuk menjawab tantangan

Kreativitas seorang arsitek ditantang ketika mendesain sebuah hunian. Sebab, ia harus membuat sebuah bangunan yang bisa mengakomodir kebutuhan penggunanya, membuat lingkungan yang sehat dalam bangunan, dan menciptakan sebuah estetika bangunan dari segi luar dan dalam bangunan.

Tantangan lahan yang menyempit ini menciptakan sebuah gaya baru dalam arsitektur yang disebut compact house. Bisa diartikan sebagai rumah modern minimalis di lahan sempit. Compact house dapat menjadi alternatif utama bagi rumah-rumah di Indonesia, terutama di pulau Jawa, di dekat ibukota. Karena permintaan tanah dekat pusat kota semakin meningkat, compact house sangat cocok untuk menjadi hunian di jalan yang sempit dan padat.

Saat ini banyak usaha bisnis yang lahir dari keresahan orang-orang untuk memiliki rumah di pusat kota dengan lahan terbatas dan harga cukup murah. Ada juga alternatif lain yang sudah sering kita temukan seperti apartemen. Namun, untuk milenial saat ini lebih banyak yang memilih compact house karena merasa lebih mendapat privasi dan akses yang lebih mudah.

Arsitek harus bisa mencari jalan keluar ketika lingkungan di sekitar bangunan kurang memadai. Seperti halnya di Indonesia, ada banyak sekali tempat tinggal yang berada di gang dan padat penduduk sehingga menjadi faktor utama lingkungan menjadi tidak sehat. Maka dari itu, sebagai seorang arsitek harus dapat menemukan solusi meskipun lahan penempatannya masih jauh dari standar lingkungan sehat. Ada beberapa alternatif yang dapat menjadi solusi untuk arsitek menjawab tantangan tersebut, seperti pada bentuk bangunan, material, penempatan bukaan, dan juga penambahan vegetasi. 

Penambahan vegetasi adalah salah satu solusi yang bukan hanya memberi estetika pada lingkungan sekitarnya, tapi juga membuat lingkungan sekitar menjadi lebih asri. Namun, untuk penambahan vegetasi biasanya para arsitek terhambat karena keterbatasan lahan pada daerah sekitarnya. Sehingga, menjadi tantangan bagi para arsitek untuk melakukan penambahan vegetasi di lahan yang terbatas. Maka dari itu, ada beberapa jenis vegetasi yang cukup fleksibel untuk ruang yang terbatas. Bisa dengan tanaman rambat atau tanaman dalam pot. Namun, sebaiknya tetap ada ruang yang disediakan khusus untuk menanam pohon walaupun tidak terlalu besar. Baik di bagian depan rumah maupun di pekarangan  belakang rumah jika tersedia.

Dari segi dalam bangunan, arsitek juga dapat mengimplementasikan idenya pada bangunan agar terasa nyaman dan lapang.  Karena tugas seorang arsitek adalah mencari jalan keluar dari sebuah masalah. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menjawab tantangan bangunan yang kecil. Yaitu dengan membuat atap atau langit-langit yang tinggi agar ruangan terasa  lebih lapang. Kemudian menggunakan konsep bangunan terbuka yang diterapkan dengan minimnya sekat dalam bangunan. Lalu yang termudah yaitu dengan memilih warna cat yang cerah agar bangunan memiliki kesan lapang dan bersih. Pada intinya upaya ini bertujuan agar rumah yang mungil pun dapat dinikmati secara maksimal oleh penggunanya dan bisa mengakomodir keperluan pengguna terutama di masa work from home seperti sekarang.

Fitra Mahendra