Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Darynaufal Mulyaman
Ilustrasi Pembangunan Berkelanjutan.[Guillaume de Germain/Unsplash.com]

Hubungan Asia Timur dan Asia Barat merupakan hubungan yang jarang dibahas dalam konteks kerja sama internasional. Saudara satu benua ini tidak seerat bagaimana masing-masing kawasan berinteraksi dan benua lain, seperti Asia Barat dan Afrika serta Asia Timur dan Amerika Utara. Tentu, hal ini merupakan rahasia yang umum jika kita mengingat bagaimana kerja sama Liga Arab misalnya yang terpampang mulai dari Afrika Utara hingga Timur Tengah atau Asia Barat. Kemudian ada Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik atau APEC misalnya yang beranggotakan negara-negara di Asia Timur, Asia Tenggara, Pasifik, Amerika Utara, hingga Amerika Selatan.

Menurut Silverburg (1996) inisiatif yang dilakukan oleh negara-negara di Asia untuk saling berinteraksi dengan kawasan Asia (atau benua) lainnya adalah sebuah hal yang menunjukkan frekuensi yang semakin meningkat seiring perkembangan teknologi dan globalisasi. Bahkan, Zelcer-Lavid dan Evron (2020) mengungkapkan bahwa intensifikasi ini tidak hanya terjadi di kalangan aktor pemerintah, tapi juga aktor non-negara Asia Timur dan Asia Barat, bahkan dari Afrika, yang saling berinteraksi.

Hubungan antar kawasan memang bukan hal yang baru dalam percaturan Hubungan Internasional. Hubungan Asia Barat-Afrika dan Asia Timur yang jarang dibahas tadi menjadi menarik bila ternyata banyak kajian yang bisa kita peroleh dari isu ini. Salah satu hal yang menarik dari sudut pandang di isu ini bagaimana Korea Selatan, sebuah negara di Asia Timur, melakukan diplomasi yang berbeda dari biasanya, yaitu diplomasi pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia Barat dan sekitarnya. Hal yang menjadi menarik adalah, menurut data Bank Dunia atau World Bank (2012) Korea Selatan adalah salah satu negara pertama di dunia yang menjadikan pertumbuhan hijau menjadi salah satu strategi perkembangan dan pertumbuhan nasional. Lee (2014) menyatakan bahwa, negara-negara Asia Barat dan Afrika merupakan negara-negara dengan peran yang signifikan dan vital bagi industrialisasi di Korea Selatan. Hal ini tentu saja tidak lepas dari komoditas utama negara-negara Asia Barat dan Afrika, yaitu sumber-sumber energi, seperti minyak.

Korea Selatan melakukan salah satu diplomasi pembangunan berkelanjutan di Asia Barat, yaitu tepatnya di Kuwait, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Yordania, lalu di Afrika ada antara lain Mozambique, Uganda, dan Burkina Faso. Melalui Global Green Growth Institute (GGGI) sebuah organisasi inter-govermental bentukan pemerintah Korea Selatan, Korea Selatan (GGGI, 2021) melakukan proyek-proyek untuk pembangunan berkelanjutan di Asia Barat, seperti pengelolaan air laut menjadi air baku untuk industri dan konsumsi di Uni Emirat Arab (UEA) serta asistensi pembangunan hijau dan berkelanjutan di negara-negara Asia Barat dan Afrika. Diplomasi ini tentu saja berkaitan erat dengan pemenuhan diversifikasi ekonomi dan industri yang dibutuhkan oleh negara-negara di Asia Barat dan Afrika serta kebutuhan energi Korea Selatan.

Langkah Korea Selatan ini tentu saja menarik bila kita tarik mengenai hal apa dan bagaimana cara membantu dengan negara sasarannya di Asia Barat. Diversifikasi industri dan ekonomi menjadi salah satu celah yang dimanfaatkan oleh Korea Selatan untuk berdiplomasi di kawasan Asia Barat. Lee (2014) mengungkapkan bahwa diversifikasi industri dan ekonomi ditambah dengan keamanan energi menjadi basis tersendiri bari hubungan Korea Selatan dengan negara-negara di kawasan Asia Barat dan Afrika. Korea Selatan dengan cermat mengambil celah yang mereka kuasai untuk mengamankan kepentingan mereka. Selain itu, intensifikasi hubungan antara Asia Timur dan Barat serta inter-regionalisme Asia dan Afrika pada masa sekarang tidak menjadi monoton dengan hanya satu atau dua komoditas yang menghiasi dinamikanya. Peluang intensifikasi hubungan antar Asia dan kawasan lainnya memang memang terbuka dengan sangat lebar, terlebih dengan inovasi teknologi dan globalisasi, dan hal ini adalah sesuatu yang perlu dan harus dikembangkan, termasuk oleh negara kita, Indonesia.

Darynaufal Mulyaman, S.S., M.Si.
Dosen Prodi HI FISIPOL UKI dan Research Fellow di INADIS

Darynaufal Mulyaman