Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Darynaufal Mulyaman
Ilustrasi SM Entertainment (Unsplash/Joel Muniz)

Pada perkembangan K-Pop, peran agensi hiburan sangatlah penting dalam penyusunan rencana strategis, yang kemudian dieksekusi secara matang, sehingga penyebaran pengaruhnya dapat tersebar di seluruh dunia. Salah satu agensi hiburan terbesar di Korea Selatan yakni SM Entertainment yang menaungi para idola masa kini seperti BoA, TVXQ, Super Junior, Girls Generation, SHINee, EXO, Red Velvet, NCT, dan yang paling terbaru dengan konsep high-tech lewat grup musik Aespa

Melihat reaksi penggemar K-Pop yang seringkali mengikuti gaya idola mereka, agensi SM Entertainment memanfaatkan hal tersebut dengan mengembangkan bisnisnya. Mereka menyebarkan pengaruh tidak hanya membentuk grup idola, tetapi juga memilih untuk ikut berkontribusi dalam pembangunan kesenian, peningkatan tren pada musik, fashion, dan media visual. Kontribusi tersebut kemudian memperlihatkan bahwa SM Entertainment secara langsung mendukung pertumbuhan ekonomi Korea Selatan dan mampu membawanya berekspansi ke berbagai wilayah di dunia. SM Entertainment juga melakukan strategi-strategi yang dilakukan untuk mengembangkan perusahaannya dengan mengelola pemasaran dan konten yang akan didistribusikan.

Melaui kejelian pemasaran, SM Entertainment kemudian memilih Indonesia sebagai negara yang dituju dalam melakukan ekspansi. Diawali dengan kehadiran grup idol K-Pop mereka yang secara massif tampil di Indonesia, hingga kemudian mendirikan representative office di Indonesia dan menjalin relasi kerjasama dengan Trans Media pada 2019. Tidak hanya itu, SM Entertainment juga berusaha mengambil ceruk pasar di Indonesia dengan konten Bahasa Indonesia pada laman YouTube mereka. Bahkan, memilih penyanyi Rossa sebagai featured artist yang berasal dari Indonesia untuk diajak bekerja sama.

Kelebihan dari kerja sama dengan Trans Media inilah yang dilirik oleh SM Entertainment. Pemanfaatan media arus utama di Indonesia serta kemampuan dalam pengembangan wahana hiburan di Indonesia, memiliki audiensi yang besar, dan distribusi ritel yang mampu memenuhi kebutuhan konten K-Pop di Indonesia, khususnya kepada generasi milenial. Hal inilah yang menjadi dasar bagi SM Entertainment untuk terus masuk dan melebarkan sayap di Indonesia.

Perlu digarisbawahi pula jika SM Entertainment merupakan agensi K-Pop besar pertama yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis pasarnya melalui mekanisme tersebut. Lewat kerjasama kedua belah pihak ini, mereka berkomitmen untuk mendukung pengembangan industri K-Pop yang kemudian akan diimplementasikan ke industri musik Indonesian Pop (I-Pop), sehingga mampu mengikuti jejak K-Pop yang telah mendunia.

SM Entertainment memperlihatkan kemampuannya sebagai agen dalam mempromosikan K-Pop di seluruh dunia. Lewat terbangunnya kerjasama bersama salah satu media arus utama di Indonesia, yaitu Trans Media, tentu saja penyebaran konten dan pengaruh K-Pop di Indonesia yang sudah meluas akan semakin dalam dan melebar.

Tidak hanya itu, ketertarikan masyarakat Indonesia pada K-Pop juga akan semakin meningkat dan konsisten. Masyarakat memberikan ruang spesial bagi Korea Selatan. Maka dari itu, kerja sama ini tentu harus diiringi dengan kemampuan pihak Indonesia untuk memanfaatkan fasilitas dan koneksi agar konten Indonesia tidak lagi menjadi konten nomor dua, tetapi dapat dimanfaatkan dan didistribusikan melalui mekanisme kerja sama SM Entertainment di Indonesia. Peluang seperti ini harus dapat dikelola secara maksimal agar memberikan dampak yang lebih membumi, tidak hanya sekedar menikmati konten K-Pop yang semakin menjamur. Konten Indonesia dapat dibuat dan dimodifikasi agar dapat juga tersebar melalui jaringan SM Entertainment yang sudah besar dan luas di dunia.

Oleh karena itu, dari semakin dalamnya penetrasi K-Pop di Indonesia, seperti kerja sama SM Entertainment dan Trans Media, mungkin perlu diperhatikan beberapa pertanyaan berikut yang dapat menjadi refleksi bersama, seperti apakah mekanisme kerja sama konten global di media arus utama lokal harus selalu dilakukan? Jika iya, lantas apakah Indonesia akan selalu menjadi pasar konten dan produk global? Lalu, apakah konten ke-Indonesia-an harus didasari dari konten negara lain? Apakah Indonesia tidak dapat membuat atau menciptakan trennya sendiri?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dimunculkan sebagai pemantik dasar kemajuan yang mungkin baik untuk dipikirkan dibalik decak kagum bahwa terdapat anak bangsa yang berhasil diajak bekerja sama dengan agensi besar dunia K-Pop. Pikiran-pikiran subtle seperti ini pun juga harus diarusutamakan agar menjadi motivasi penggerak masyarakat Indonesia agar tidak hanya berhenti sebagai penikmat dari apa yang disajikan K-Pop selama ini. Hal ini tentu penting agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar tetapi juga inovator kelas dunia yang kelak kontennya juga dapat diproduksi masif di negara-negara lain.

Penyusun:

  • Darynaufal M. (Dosen Prodi HI FISIPOL UKI dan Research Fellow di INADIS)
  • Trinytha N. (Mahasiswa Prodi HI Fisipol UKI)
  • Claudia C.D.N. (Mahasiswa Prodi HI Fisipol UKI)

Darynaufal Mulyaman