Pembangunan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pembangunan fisik, insani, maupun ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai macam sudut pandang. Pembangunan fisik biasanya ditandai dengan pembangunan infrastruktur yang dikonstruksikan di target pembangunan. Sementara itu, pembangunan insani, dilakukan dengan pembenahan fasilitas yang menunjang sumber daya manusia, seperti peningkatan kapasitas kesehatan dan pendidikan. Lalu, pembangunan ekonomi biasanya diarahkan pada perumusan kebijakan guna menyiapkan instrumen-instrumen yang mendukung ekonomi agar bergerak maju dan meningkat.
Asumsi dasar pembangunan berubah seiring berjalannya waktu. Asumsi yang paling dasar dan paling sering dipakai di banyak negara adalah pembangunan diarahkan melalui pertumbuhan ekonomi, sehingga industrialisasi secara masif adalah resep wajib yang harus diambil oleh setiap negara yang menginginkan pembangunan.
Kendati demikian, asumsi seperti ini acap kali tidak mengindahkan sektor-sektor lain di luar ekonomi, seperti lingkungan, kesehatan, dan lain sebagainya. Maka dari itu, sering didapati guna menunjang pertumbuhan ekonomi yang masif, alam dieksploitasi dan tidak diperhatikan dengan seksama, sehingga timbul polusi, bencana, bahkan perubahan iklim.
Lantas, haruskah pembangunan harus dilakukan dengan model seperti itu selalu? Sepertinya tidak juga, karena pada masa sekarang banyak model pembangunan lain yang menawarkan alternatif agar tidak harus selalu mengeksploitasi alam demi pembangunan.
Negara seperti Korea Selatan, menawarkan pola industri baru yang tidak harus merusak alam untuk mengejar pertumbuhan ekonomi. Industri kreatif berbasis budaya populer adalah solusi yang coba ditawarkan Korea Selatan pada dunia. Melalui industri budaya seperti musik, film, dan industri kreatif lainnya, negara dapat maju dan membangun masyarakat agar lebih berkembang. Grup musik BTS misalnya, dalam industri musik K-Pop, BTS dan grup musik sejenis memberikan dampak yang cukup signifikan pada ekonomi Korea Selatan sehingga pembangunan negara dapat berjalan tidak melalui pembangunan yang berasal dari eksploitasi alam.
Jika direfleksikan dengan kondisi Indonesia, bagaimana Indonesia dapat mencontoh Korea Selatan dalam melaksanakan pembangunan tanpa harus mengeksploitasi alam? Budaya Indonesia jauh lebih beragam dan kaya bila dibandingkan dengan kondisi demografi Korea Selatan. Jumlah suku dan bahasa yang banyak, seharusnya membuat Indonesia tidak kehabisan bahan untuk industri kreatif berbasis budaya. Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang seharusnya dapat dimobilisasi untuk menggerakkan pembangunan negara.
Sama halnya dengan industri kreatif berbasis budaya asal Korea Selatan, seperti musik, film, dan aspek budaya lainnya yang dijadikan komoditas ekspor, Indonesia dengan segudang warisan budaya seharusnya tidak akan kehabisan akal untuk mencari budaya yang dapat dijadikan komoditas. Budaya seperti Ti'ti misalnya yang dianggap sebagai seni tato tertua di dunia, ternyata berasal dari Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat. Budaya ini dapat dijadikan salah satu bahan yang dapat dipakai untuk industri kreatif Indonesia dan dijadikan konten/komoditas budaya yang dapat diekspor ke negara lain.
Bila tato dianggap terlalu ekstrem, mungkin dapat dilakukan dengan budaya maritim yang memang sudah menjadi dna bangsa Indonesia. Berselancar, memancing ikan, berlayar, membuat perahu, dan lain sebagainya merupakan kearifan lokal bangsa Indonesia yang sejatinya sudah mendunia.
Pantai-pantai di Mentawai, Bali, atau Banyuwangi, menawarkan ombak yang tiada duanya di dunia dan dapat dijadikan tempat terbaik untuk berselancar. Dunia sudah mengakui hal ini, hanya Pemerintah Indonesia perlu mengemasnya agar lebih relevan dan dapat diterima pangsa pasar global. Melalui kebudayaan, pembangunan yang lebih mengedepankan keberlanjutan seharusnya dapat dijalani dan memberikan dampak yang besar bagi masyarakat.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Target Ekonomi 8% Terancam? Kebijakan Kemasan Rokok Dinilai Bunuh Industri Tembakau
-
Indonesia dan Lunturnya Budaya Malu, dari "Jam Karet" hingga Korupsi
-
Borobudur Writers and Cultural Festival 2024 Bakal Digelar 19 - 23 November di Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi
-
Prabowo Lantik Tim Ekonomi Pilihan Luhut, Target Ekonomi 8 Persen Bakal Tercapai?
-
Ikonik! Lagu APT Rose BLACKPINK dan Bruno Mars Berhasil Melejit Posisi 2 di Chart Inggris
Rona
-
Fesyen Adaptif: Inovasi Inklusif di Dunia Mode untuk Penyandang Disabilitas
-
KILAS dan Edukasi G-3R di Cimenyan: Membangun Kesadaran Pengelolaan Sampah
-
Vera Utami: Pionir Inklusivitas Pakaian Adaptif bagi Penyandang Disabilitas
-
Ekoregion Pembangunan Wilayah di Papua sebagai Solusi Pembangunan Berkelanjutan
-
Rahma dan Segudang Prestasinya, Kisah Inspiratif Dalang Perempuan Melestarikan Budaya
Terkini
-
Intip 4 Look OOTD Trendi ala Danielle NewJeans, Ideal untuk Daily Wear!
-
Bintang Laga, Milla Jovovich Bergabung dalam Film Protector
-
Film Orphan 3 Resmi Produksi, Kembali Gandeng Isabelle Fuhrman
-
Ulasan Buku TAN: Menelusuri Jejak Kehidupan Tan Malaka Seorang Pejuang
-
Soroti Pernyataan Mendikti, Alumni LPDP Tidak Harus Pulang, Setuju Tidak?