Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | jefri adi setiawan
ilustrasi tumpukan buku (pixabay)

Ungkapan yang mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia adalah sesuatu yang benar adanya. Dari dahulu sampai sekarang hampir semua orang setuju dengan ungkapan tersebut. Namun, era digitalisasi yang bergerak dengan kencang sedikit demi sedikit mulai menggeser keberadaan buku sebagai sumber informasi atau ilmu pengetahuan. Jika kita mau jujur, saat kita memerlukan sebuah informasi, apakah buku yang pertama kali ada di pikiran kita? Sepertinya tidak.

Sekarang ini, internet menjadi sumber informasi yang paling dominan. Apapun yang ingin kita ketahui hanya tinggal kita ketikkan di kolom pencarian dan dalam hitungan kurang dari satu detik segala macam informasi akan muncul di hadapan kita. Jika dibandingkan dengan buku, internet menawarkan kecepatan yang luar biasa. Bisa Anda bayangkan jika mencari suatu informasi melalui buku, maka perlu membaca tiap halaman, hingga Anda mendapatkan informasi dicari. Itu tentu saja memakan waktu yang tidak sebentar.

Mungkin karena tuntutan zaman, semuanya menjadi harus serba cepat, dan kita menjadi cenderung menginginkan yang instan. Era digitalisasi menjadikan orang menjadi manja dalam belajar. Orang menginginkan mendapatkan informasi secara cepat, menyenangkan, mudah, dan terhibur. Hal ini bisa Anda lihat bagaimana sekarang orang lebih memilih menonton YouTube, TikTok, atau postingan di media sosial, daripada harus membaca artikel di blog atau sejenisnya.

Jika dilihat dari segi validitas, sebenarnya buku lebih unggul. Sebuah buku mungkin hanya membahas satu topik saja. Namun, untuk membuat buku tersebut, si penulis harus memahami topik yang akan dibahas, melakukan kajian dari berbagai literatur, mencantumkan berbagai pustaka yang digunakannya, dan mengkaji ulang naskahnya sebelum diterbitkan menjadi buku. Jika Anda bandingkan dengan informasi di internet, maka akan berbanding terbalik.

Informasi yang ada di internet tidak semuanya valid. Kkita tidak tahu apakah orang yang membuat informasi tersebut kompeten atau tidak. Kita tidak tahu sumber referensi yang digunakannya. Kita juga tidak tahu apakah yang disampaikannya memiliki dasar yang kuat atau hanya opini pribadi semata. Sayangnya orang mudah menelan segala informasi yang ada di internet .

Disarankan kepada Anda semua apabila ingin memahami atau mempelajari sesuatu, jadikan buku sebagai opsi yang utama, dan internet sebagai pendukungnya. Memang belajar melalui buku tidaklah cepat. Namun, begitu selesai membaca buku, maka pemahaman yang utuh akan Anda dapatkan. Jadikan internet sebagai sumber informasi tambahan, tapi dengan catatan jangan menelannya mentah-mentah dan selalu lakukan cek atas informasi tersebut.

Kenyataan sekarang buku sudah mulai tidak populer, hal ini dapat kita lihat dari berbagai fenomena yang ada di sekitar kita. Jarang kita jumpai orang membaca buku di tempat-tempat umum. Toko-toko buku semakin berkurang, dan jika Anda cek di marketplace jumlah penjualan buku juga tidak terlalu banyak.

Walaupun demikian, saya yakin buku tidak akan hilang, akan selalu ada orang yang menjadi penikmat buku. Walaupun sudah ada buku digital atau ebook, tetapi buku cetak akan tetap ada penikmatnya. Jadi apakah digitaliasi mampu memusnahkan buku dari peredaran? sepertinya tidak dan biarkan waktu yang menjawab.

jefri adi setiawan