Tulisan ini kukirim khusus untukmu, Yoursay. Sebagai bentuk terima kasih karena kamu sudah menemani perjalananku hingga kini.
Berkatmu, lebih dari empat ratus tulisanku berhasil dipublikasi. Dibaca oleh puluhan ribu orang. Karena hal itu pula, aku menjadi lebih dihargai oleh orang lain. Siapa sangka, bahwa dari keisengan belaka bisa membawaku kepada hal yang tak disangka.
Seandainya kamu adalah manusia, sudah kurangkul dan kujabat tanganmu dengan erat dan bangga. Berkatmu, tulisan sederhana yang kurangkai dengan peralatan yang sangat sederhana, bisa diterima. Satu persatu, hingga kini berjalan di angka empat ratus.
Empat ratus bukan jumlah yang sedikit jika mengingat betapa bahagianya dulu ketika mendapatimu menerima tulisan pertamaku.
Lambat laun, aku rela begadang tiap malam demi menyelesaikan beberapa tulisan, demi mencoba konsisten dan keluar dari zona nyaman.
Ternyata, menjadi ibu rumah tangga tidak membatasi langkahku untuk berprestasi dan menjadi produktif. Semua ini berkatmu.
Ternyata, ceritaku tentang keseharian yang sederhana dan tak mendapat cukup perhatian di dunia nyata, bisa tersampaikan kepada puluhan ribu orang yang entah siapa. Selalu teriring doa, semoga tulisan itu bisa menjadi manfaat dan memberikan dampak yang baik untuk pembacanya.
Terima kasih atas peluangmu yang tak terbatas, Yoursay. Tidak memandang siapa aku, bagaimana latar belakangku, pendidikan yang kutempuh, status sosialku, dan banyak hal lainnya. Kamu tetap membuka pintu dan menerimaku menjadi salah satu manusia kecil yang turut berkontribusi untukmu.
Kemarin, surat yang kukirim dalam perlombaan bisa memperoleh juara. Kini, kembali ku tulis surat tulus untukmu, tanpa mengharap apapun. Sekadar menjadi penyalur ungkapan terima kasih yang tak terhingga.
Aku teramat bangga menjadi bagian darimu. Betapa bersyukurnya aku ketika kamu memberiku centang biru, sebuah apresiasi yang sangat kuhargai. Semoga dengan kepercayaan yang kamu beri, aku bisa menyuguhkan ragam cerita yang kian menarik dan menjadi inspirasi.
Aku bukan orang yang sempurna, Yoursay. Bahkan aku hanya berani bersuara lewat jemariku saja. Kala kemarin kamu memintaku untuk mengirim video testimoni, aku kalap bukan main. Minder setengah mati!
Semoga dengan segala hal yang sudah berjalan sejauh ini, aku bisa tetap konsisten dalam mengatur waktu. Sehingga tulisan-tulisan sederhana milikku, bisa terus tersebar ke seluruh penjuru kota dan membuat beberapa orang tidak memandangku sebelah mata.
Terima kasih, Yoursay. Semoga kamu terus bertumbuh menjadi lebih baik, pun juga denganku beserta teman-teman lainnya.
Baca Juga
-
Dari Flu hingga Leptospirosis: 8 Penyakit Musim Hujan yang Harus Diwaspadai
-
Bencana yang Berulang, Apakah Kita Benar-Benar Siap Menghadapi Hujan Deras?
-
Suara Ibu Rumah Tangga di Tengah Ketidakadilan: 5 Alasan Harus Didengar!
-
Cuma Butuh HP, 5 Aplikasi Ini Bisa Bantu Catat Keuangan Usaha Sendiri
-
Fenomena Mager di Pertengahan Ramadan, Ini 4 Penyebabnya!
Artikel Terkait
Kolom
-
Aksara Nusantara, Antara Digitalisasi dan Ancaman Kepunahan
-
TNI dan Batas Peran dalam Ranah Sipil: Dari Barak ke Timeline
-
Dear PSSI, Tolong Kembalikan Antuasiasme Kami pada Timnas Indonesia
-
Di Balik Akun Anonim dan Ironi Perundungan di Ruang Digital
-
Avishkar Raut: Ketika Suara Belia Mengguncang Kekuasaan Tua
Terkini
-
Review Film Operation Hadal: Aksi Militer Tiongkok yang Penuh Adrenalin!
-
Erika Carlina Pilih Biayai Hidup Anak Sendirian, DJ Panda ke Mana?
-
4 Toner Kakao Kaya Antioksidan untuk Jaga Elastisitas Kulit dan Cegah Kerutan
-
Ulasan Novel The Lover Next Door: Ketika Jodoh Tak Akan Pergi ke Mana-mana
-
Ijazah Gibran Digugat Rp125 T, Jokowi Tunjuk 'Orang Besar' di Baliknya