Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Ruslan Abdul Munir
Fenomena Cuaca Ekstrim (Pexels/Hunt on Photos Studio)

Cuaca ekstrem merupakan suatu peristiwa yang secara pendekatan dapat dikaji berdasarkan fenomena, parameter, atau dampak (impact). Peristiwa tersebut dapat menyebabkan kerusakan atau kerugian baik pada infrastruktur, ekonomi, kesehatan, atau bahkan kehilangan nyawa. Cuaca ekstrem tidak hanya diukur dari statistik frekuensi kejadian, tetapi juga bisa dari potensi kerusakan yang muncul

Fenomena cuaca ekstirm dapat dianalisis berdasarkan parameter cuacanya. Beberapa parameter cuaca ekstrem yang dapat dikaji antara lain hujan lebat, angin kencang, dan suhu dingin. Beberapa parameter cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, dan suhu dingin memiliki dampak yang berbeda dan karakteristik yang berbeda secara temporal maupun spasial.

1. Hujan Lebat

Pada dasarnya kejadian hujan lebat dapat terjadi karena adanya awan cumulonimbus (Cb). Awan tersebut tergolong kepada jenis awan konvektif atau jenis awan yang berpotensi menurunkan hujan. Ciri-ciri awan konvektif lebih tebal dan cakupan wilayahnya lebih sempit dibandingkan awan-awan stratiform.

Awan-awan ini mudah dikenali sebagai wilayah awan dengan sel-sel yang terpisah-pisah serta permukaan awannya yang tidak rata.  Diperkirakan bahwa 1 Km3 awan cumulus beratnya bisa mencapai 500 ton air, sedangkan awan Cb bisa mencapai 60.000 ton air. Sehingga berpotensi menurunkan hujan lebat.

2. Angin Kencang

Angin kencang (puting beliung, angin ribut dan sebagainya) adalah peristiwa hidrometerologis yang meningkat intensitasnya pada masa peralihan musim, umumnya terjadi di peralihan musim panas ke musim penghujan. Beberapa faktor yang mampu membangkitkan cuaca ekstrem sehingga dapat memicu terjadinya angin kencang diantaranya adalah puting beliung atau funnel cloud, micro burst, serta adanya efek tofografi. 

3. Suhu Dingin

Fenomena suhu dingin jadi pembahasan bagi banyak masyarakat di Indonesia. Tak hanya di suatu wilayah, fenomena suhu dingin ini dirasakan di banyak wilayah di Indonesia. Tercatat fenomena bediding ini dirasakan di pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur. Peristiwa suhu dingin yang sangat ekstrem berpotensi dapat menyebabkan hipotermia dan memicu pembentukan embun es di tanaman.

Faktor utama penyebab suhu dingin ialah pendinginan radiasi di malam hari. Proses pendinginan akan lebih efektif jika dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu seperti cuaca yang cerah, angin yang tenang, serta udara yang kering. Peristiwa suhu dingin biasanya muncul ketika saat musim kemarau. Suhu dingin ekstrem muncul saat musim kemarau karena cuaca nya yang cenderung cerah. 

Itulah tiga parameter cuaca yang mampu menyebabkan fenomena cuaca yang semakin ekstrem.

Ruslan Abdul Munir