Sekarang ini ada beragam bentuk self improvement untuk membantu banyak orang mengembangakan diri dan mengatasi berbagai masalah mereka. Seperti namanya, self improvement atau pengembangan diri bertujuan untuk membantu orang-orang untuk berkembang melalui motivasi yang disampaikan. Self impovement tersebut sudah banyak bentuknya seperti buku, podcast, video ataupun seminar. Sekilas hal ini terlihat positif dan tak ada yang salah, tapi ternyata ada beberapa hal yang perlu diulas mengenai fenomena ini.
Mengutip dari kanal Youtube Satu Persen, sebanyak 75% konsumen self improvement merupakan generasi milenial. Melihat data tersebut ternyata banyak generasi milenial yang merasa memerlukan self improvement bagi dirinya. Hal ini tidak mengherankan karena generasi milenial ini kebanyakan berada di fase Quarter Life Crisis yang membuat mereka berusaha membentuk diri lebih baik untuk meraih tujuannya.
Masih mengutip dari kanal YouTube Satu Persen, produk self improvement seringkali membuat kita merasa rendah diri, insecure dan kurang realistis. Mengapa? Mengambil contoh dari self improvement berupa buku motivasi membuat kita berpikir untuk menjadi tokoh yang dituliskan di buku tersebut. Kita lalu membandingkan dengan keadaan kita dan berpikir jika kita mengikuti jejak mereka maka kita juga akan sukses. Intinya kita akan menganggap kita juga bisa sukses seperti mereka.
Hal tersebut mungkin ada benarnya. Namun, kesuksesan seseorang pastilah berbeda dalam setiap prosesnya. Nasib kita tidak akan saklek dengan buku self improvement yang kita baca. Ada banyak fakor yang berperan dalam sebuah kesuksesan yang setiap orangnya berbeda.
Terlepas dari fenomena self improvement di atas, tidak salah jika kita mempelajari berbagai hal untuk self improvement. Lebih lanjut, self improvement juga bukan hal buruk karena masih banyak manfaat positif lainnya. Sebenarnya yang buruk mengenai self improvement ini adalah jika kita sudah belajar berbagai hal mengenai self improvement tapi tidak melakukannya dan tidak ada perubahan besar pada diri kita.
Demikian ulasan mengenai fenomena self improvement. Jadi, asalkan self improvement ini bisa membuat diri lebih baik tidak ada masalahnya. Asalkan kita tak lantas harus bisa seperti tokoh idola yang sukses dengan perjuangan mereka. Perlu diingat kembali, setiap orang memiliki proses yang berbeda-beda.
Baca Juga
-
Makan Ramah Lingkungan dengan Tadisi Lama, Cara Kembali Menyayangi Bumi
-
Tidak Perlu Krim Mahal, Pakai 5 Bahan Alami Ini untuk Hilangkan Flek Hitam
-
Ingin Terapkan Less Waste saat Travelling? Berikut 4 Tipsnya!
-
5 Langkah Sederhana Less Waste, Yuk Coba Terapkan!
-
Mulai Sustainable Living dari Mana? 5 Kebiasaan Ini Bisa Kamu Terapkan
Artikel Terkait
-
Sama-sama Eksis di Medsos, Ini Beda Penghasilan YouTube Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil
-
Cara Melihat Jumlah Dislike Video YouTube
-
Fenomena Pengalihan Isu: Senjata Rahasia Elite Politik untuk Lolos dari Kontrol Publik?
-
Menyoal Mentalitas Jangka Pendek di Balik Wisuda Sekolah ala Dedi Mulyadi
-
Jumlah Likes dan Views YouTube Jomplang, Gibran Dicemooh Publik: Hidup Penuh Kepalsuan
Kolom
-
Usulan Pencopotan Gibran: Ironi Nasib Wapres Kontroversial
-
Orang Tua dan Guru: Dua Pilar Pendidikan yang Sering Tak Searah
-
Menyamar dan Merekam: Krisis Integritas di UTBK SNBT 2025
-
Mimpi Pendidikan vs Ancaman Utang: Dilema Kebijakan Student Loan Pemerintah
-
Kafe Bertebaran, Angkringan Bertahan: Kisah Ketahanan Budaya di Jogja
Terkini
-
4 Inspirasi Outfit Harian dari Choi San ATEEZ yang Gampang Buat Kamu Tiru!
-
Belum Pasti Lolos, China Sudah PD Ajukan Diri Jadi Tuan Rumah Kualifikasi Piala Dunia Ronde 4!
-
FIFTY FIFTY 'Pookie' Cerahkan Hari Lewat Sikap Riang dan Penuh Percaya Diri
-
Desa Wisata Jambu, Wisata Edukasi Cocok untuk Acara Outing Class di Kediri
-
Review Film Outside The Wire, Konsep Futuristik Elit tapi Eksekusi Rumit