Ketimpangan penerimaan sebuah pengetahuan di kota dan desa sudah bukan berita baru. Hal ini seakan tidak lagi dianggap sebagai sebuah masalah, namun sebuah 'risiko' kehidupan kota dan desa. Dalam perkembangan digitalisasi juga, sangat terlihat adanya ketimpangan.
Sederhananya seperti dalam penggunaan smartphone. Di desa cenderung lebih terlambat dibandingkan di kota. Begitu juga dengan penggunaan media sosial. Media sosial saat ini hidup berdampingan dengan manusia. Banyak kegiatan manusia yang membutuhkan media sosial. Seperti untuk saling berkabar. Begitu juga berita, penyebaran berita kini lebih cepat di media sosial dibandingkan media elektronik lain seperti tv, radio, atau telepon kabel.
Media sosial sangat membantu dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Namun, di pelosok desa masih berbeda. Banyak warga yang masih awam tentang media sosial. Padahal banyak sekali informasi penting sebagai seorang warga negara di sosial media. Apakah itu bukan termasuk sebuah keterbelakangan?
Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan sosial bermasyarakat di desa masih sangat erat, namun seharusnya hal ini bisa diimbangi dengan perkembangan zaman ini. Sering kali mereka hanya terpacu pada apa yang terjadi dalam lingkungan mereka, namun tidak tahu apa yang terjadi di daerah lain karena kurangnya pemanfaatan digital.
Salah satu dari masyarakat harus melakukan gebrakan, agar masyarakaat yang lain juga bisa mengikutinya. Mengikuti oerkembangan digitalisai itu sangat penting, karena semakin lama kehidupan manusia sangat melekat dengan digitalisasi. Kehidupan sosial bermasyarakat akan lebih baik jika bisa diimbangi dengan pemanfaatan kemajuan. terutama dalam bidang digitalisasi
Kehidupan di desa tidaklah selamanya buruk, tetapi apabila ada yang bisa diperbaiki sudah seharusnya kita mencoba untuk memperbaiki itu. Sebagai warga negara, memastikan kesetaraan sesama warga merupakan sebuah kewajiban. Agar kita bisa hidup berdampingan dengan damai, aman, dan sentosa. Tanpa adanya ketimpangan sosial diantara semua kalangan masyarakat.
Sebagai masyarakat desa, kita harus menyadari bahwa perkembangan digitalisasi juga bagian dalam perkembangan kehidupan. Mari kita ikuti perkembangan zaman, tanpa melupakan apa yang sudah menjadi kebudayaan.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Akankah Film Jumbo Menumbangkan Film KKN di Desa Penari?
-
10 Film Kiki Narendra yang Raih Box Office, Termasuk Jumbo dan KKN di Desa Penari
-
Fenomena Brain Fog: Kesulitan Fokus Akibat Sering Konsumsi Konten Receh
-
Detik-Detik Luna Maya Nangis Lihat Lukisan Ayahnya Dijadikan Gaun Pernikahan: Ini untuk Ibu...
-
Menilik Program, Konten, dan Viralitas: Semakin Viral, Semakin Tak Bermoral
Kolom
-
Menjadi Guru di Zaman Serba Cepat: Antara Ideal dan Realita
-
Swipe Suka, Hati Luka: Menelisik Lelah Emosional dari Dunia Kencan Digital
-
Wajah Baru Gaming dan Gambling di Era Digital: Antara Hiburan dan Kecanduan
-
Seni Merajut Citra Diri Mahasiswa untuk Masa Depan Lewat Personal Branding
-
Desir Layar! Pesona ASMR untuk Jiwa Gen Z yang Gelisah
Terkini
-
Film Jodoh 3 Bujang, Angkat Cerita Cinta yang Unik
-
5 Scalp Ampoule Terbaik untuk Dukung Pertumbuhan Rambut Sehat, Wajib Coba!
-
Review Film A Desert: Tontonan Sunyi yang Bikin Gelisah Sepanjang Durasi
-
Misi Selamat dari Zona Degradasi, Thom Haye Harus Berharap Tuah Indonesian Connection
-
Sinopsis Film Gundik, Ketika Perampokan Berujung Menjadi Teror Mistis