Pesatnya perkembangan K-Pop di kalangan anak muda saat ini memang tidak bisa dimungkiri. Ditambah dengan adanya pandemi covid-19 yang mengharuskan mereka untuk lebih sering berdiam diri di rumah dengan tujuan memutus rantai penyebaran virus tersebut selama kurang lebih dua tahun belakangan. Saat di rumah para remaja akan lebih banyak melakukan kegiatan dengan smartphone milik mereka daripada dengan teman-teman mereka. Mengapa demikian?
Masalah yang dihadapi remaja saat pandemi justru lebih banyak didapatkan dari orang-orang terdekat mereka saat di rumah. Terlebih lagi wabah covid ini sempat menyulitkan orang tua untuk bekerja. Banyaknya PHK yang menyebabkan lapangan pekerjaan akan semakin sempit dan sulit. Cemas dan stres menjadi makanan utama apabila para orang tua tidak bisa mengendalikan emosi mereka secara stabil. Bahkan, emosi yang tidak stabil ini pula bisa menjadi salah satu alasan orang tua melakukan tindak kekerasan pada anak. Perbedaan generasi juga menyebabkan adanya kesenjangan dalam berpikir mengenai permasalahan kesehatan mental. Banyak orang tua yang masih belum paham dalam menghadapi emosional yang ada.
Dikutip dari data kemenPPPA pada tahun 2019 ke 2020 dengan adanya lonjakan kasus kekerasan anak hingga 11.278 yang diantaranya mulai dari kekerasan fisik sebanyak 2.737 kasus, kekerasan seksual 6.980 kasus, eksploitasi 133 kasus, TPPO 213 kasus, penelantaran 864 kasus, dan kasus kekerasan lain mencapai 1.121. Anak yang mendapatkan kekerasan fisik bahkan psikis dari kedua orang tuanya tentu akan lebih sering menjauh dari ayah dan ibu mereka. Adanya pengalaman buruk dari orang tua mereka merupakan mimpi buruk bagi sang anak.
Smartphone di zaman sekarang yang sudah seperti kebutuhan primer akan lebih terasa seperti teman. Belum lagi pesatnya perkembangan K-Pop akhir akhir ini sangat kuat membuat para remaja menjadikan idol mereka sudah seperti rumah kedua. Ramainya lagu lagu yang easy listening dan mudah dihapal serta banyak artis yang menarik mata membuat mereka semakin betah bertahan memaikan ponsel. Banyaknya penggemar yang didominasi anak muda dan juga kecanggihan smartphone serta berbagai aplikasi yang disuguhkan untuk para penggemar, membuat mereka merasa jika idola kesayangan yang digemari para remaja saat ini terasa lebih dekat dan lebih mengerti akan keadaan mereka.
Perbedaan jarak dan waktu tentu tidak menjadikan alasan untuk berhenti mendukung idola melalui layar canggih tersebut. Para remaja saat ini bahkan rela melakukan apapun demi melihat kebahagiaan sang artis. Mereka rela menghabiskan waktu yang lama untuk menonton MV idola mereka atau bisa juga bertukar kabar melalui aplikasi berbayar, bubble.
Media sosial sekarang menjadi tempat pelarian terbaik saat sedang mengalami hal hal yang kurang mengenakkan di rumah. Mendapatkan kabar dari idola sudah menjadi pereda stress tersendiri untuk mereka.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Tanpa Song Min Ho, Winner Umumkan Konser Baru di Bulan Juli Mendatang
-
YOUNITE Rock Steady: Nuansa Retro Funky Jamaika dalam Lagu K-Pop Terbaru
-
Dari Dongeng ke Scrolling: Hilangnya Sentuhan Orang Tua dalam Tumbuh Kembang Anak
-
Bukan Sekadar Cerdas: Saatnya Bentuk Karakter Anak yang Tangguh dan Peka di Era Digital
-
Kolaborasi Mewah Antara Lisa BLACKPINK dan Maroon 5 di MV Bertajuk Priceless
Kolom
-
AI Masuk ke Kurikulum, Peluang atau Masalah?
-
Conscientious tapi Terluka, Saat Ketekunan Justru Menjadi Beban Kerja
-
Baca Artikel Member Lain di Yoursay Sebelum Nulis Sendiri, Ini Urgensinya
-
Kecemasan Digital: Bagaimana Algoritma Politik Membentuk Pikiran Kita?
-
Ekonomi 'Sehat' Versi Pemerintah vs Dompet Tipis Rakyat: Siapa yang Bohong?
Terkini
-
Terinspirasi Satu Sama Lain, Perjalanan Deku dan Bakugo di My Hero Academia
-
Sinopsis Drama Truck Girl 2, Dibintangi Sakura Endo dan Ayumu Mochizuki
-
Bukan Cuma Berburu Poin, Pertarungan Lawan China Juga Bisa Jadi Laga Pemupus Harapan
-
Review Film The Surfer: Semacam Studi Karakter yang Suram
-
Nasihat Ashanty dan Anang Hermansyah di Pernikahan Luna-Maxime: Harus Bisa Saling Jaga dan Mengerti