Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Ridho Hardisk
Ilustrasi ospek. (Instagram/platinum.unama)

Pengenalan lingkungan kampus merupakan masa di mana mahasiswa baru diberikan edukasi mengenai kehidupan kampus. Sebuah kegiatan yang dilaksanakan setiap penerimaan mahasiswa baru di seluruh perguruan tinggi di Indonesia yang mestinya sesuai norma yang ada. Tetapi, kenyataannya ada beberapa perguruan tinggi yang mahasiswa seniornya membuat tindakan tercela yang menodai citra pendidikan.

Dari berbagai sumber yang saya dapatkan, tercatat ada beberapa universitas yang di mana terjadi kejadian memilukan yang dialami mahasiswa baru di sana. Universitas Khairun, Universitas Hasanudin, IPDN dan STIP adalah universitas menyelenggarakan ospek tidak manusiawi terhadap mahasiswa baru. Ada diantaranya mahasiswa baru dianiaya, disuruh meminum air ludah, disiksa bahkan ada yang sampai tewas.

Ini adalah peristiwa yang harus menjadi perhatian pemerintah dalam dunia pendidikan untuk dievaluasi dan jangan sampai menjadi budaya yang melekat ke depannya. Pemerintah juga perlu mempertimbangkan untuk memberikan sanksi kepada universitas tersebut karena membiarkan mahasiswa seniornya melakukan perbuatan seperti itu. Selain itu, pihak universitas juga harus bertanggung jawab dalam aspek penjagaan mental mahasiswa yang bisa berakibat fatal ketika sudah menjalani kehidupan kampus.

Dalam menanggapi kejadian ini, saya akan menjelaskan beberapa poin penting mengenai edukasi yang baik mengenai kaderisasi yang seharusnya berlandaskan asas kemanusiaan dan kesetaraan pada ospek mahasiswa baru. Mari simak pembahasannya.

Memahami esensi dari ospek

Ilustrasi kegiatan ospek. (unsplash.com/Sam Balye)

Orientasi studi dan pengenalan kampus atau yang lebih akrab dikenal sebagai ospek merupakan sebuah tahap yang di mana mahasiswa baru diperkenalkan ke dunia perkuliahan. Tentunya ada aktivitas seperti sosialisasi mengenai kegiatan belajar mengajar dalam perkuliahan. Jadi, hal yang harus diedukasi kepada mahasiswa baru adalah bagaimana caranya mereka bisa beradaptasi dengan lingkungan kampus.

Edukasi yang diberikan bisa mengenai pembekalan yang berisi budaya dan etika yang ada di kampus. Mahasiswa senior juga bisa berkreativitas dalam menyelenggarakan event tersebut yang bisa memancing keterampilan dan cepat tanggap mahasiswa baru dalam memahami semua itu. Namun, yang perlu ditekankan adalah caranya harus sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dan tidak boleh adanya kekerasan secara verbal atau pun fisik.

Memahami tentang kaderisasi

Ilustrasi kaderisasi. (unsplash.com/Jaime Lopes)

Kaderisasi ini bertujuan untuk melatih dan mengembangkan individu dalam rangka mempersiapkan menjadi pengelola dan penggerak roda organisasi yang ada di kampus. Hal yang mesti diedukasi terhadap mahasiswa baru adalah aktivitas dan event yang nantinya akan diadakan pada organisasi kemahasiswaan. Para mahasiswa senior juga harus tahu bagaimana mengajarkan mahasiswa baru mengenai pentingnya kehidupan organisatoris yang bisa menunjang keterampilan mereka sebelum memasuki dunia kerja.

Edukasi mengenai peran mahasiswa

Ilustrasi peran mahasiswa dalam sosial. (unsplash.com/Joel Muniz)

Seorang mahasiswa memiliki berbagai peran dalam kehidupan masyarakat luas. Terdapat beberapa peran mahasiswa yaitu:

  1. Agent of change
  2. iron stock
  3. moral force
  4. social control
  5. guardian of value

Itulah 5 peran mahasiswa ini harus disosialisasikan dan dibuat contoh nyata agar mereka bisa menerima dengan baik. mulai dari agent of change yang berarti mahasiswa sebagai agen perubahan ke arah yang lebih baik dengan ilmu pengetahuan sebagai senjatanya. Lalu ada iron stock yang bermakna mahasiswa merupakan aset bangsa yang akan meneruskan perjuangan negara. Selanjutnya ada moral force yang di mana mahasiswa yang memiliki intelektual tinggi diselaraskan dengan nilai moral yang nantinya akan menjadi panutan bagi masyarakat.

Selanjutnya ada social control yang berarti mahasiswa sebagai pengendali sosial terhadap semua permasalahan yang ada di masyarakat yang di mana mereka mampu menawarkan kritik dan solusi kepada masyarakat untuk kehidupan sosial yang lebih baik. Terakhir, guardian of value yang berarti mahasiswa harus menjaga nilai-nilai yang tertanam pada bangsa seperti kejujuran, keadilan, empati dan lain sebagainya untuk melindungi hak masyarakat.

itulah beberapa poin penting yang harus kita sama-sama pahami bahwa edukasi yang baik harus diterapkan kepada mahasiswa baru sebagaimana poin di atas. Kita harus menolak adanya kekerasan dalam proses edukasi mengenai pengenalan lingkungan kampus karena sejatinya itu bukan identitas negara kita Indonesia. Mari kita sama-sama memahami ini dan realisasikan dalam kehidupan kampus.

Ridho Hardisk