Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | zahir zahir
Pertandingan Serbia vs. Swiss Di Piala Dunia 2018 (fifa.com)

Mungkin sebagian pengamat sepakbola dalam gelaran piala dunia 2022 yang dilangsungkan di negara Qatar akan beranggapan bahwa grup B yang dihuni oleh Inggris, Amerika Serikat, Wales dan Iran merupakan grup neraka yang sarat akan muatan geopolitik negara-negaranya. Akan tetapi, ada satu rivalitas antar kedua negara yang mungkin saja terlupakan dalam gelaran piala dunia kali ini, yakni rivalitas Swiss dan Serbia yang berada di grup G.

Sejatinya mungkin beberapa kalangan masih ingat apa yang terjadi pada gelaran piala dunia 2018 yang dilakukan di Russia. Saat itu Swiss dan Serbia juga harus bertemu di fase grup. Hal yang menarik yakni laga tersebut bisa dibilang sangat panas karena nuansa geopolitik antara keduanya.

BACA JUGA: Pelatih Polandia Sindir Lionel Messi: Kalau Lewandowski di Timnas Argentina, Dia Sudah Cetak 5 Gol!

Tentu beberapa kalangan saat itu tidak akan lupa selebrasi two-head eagle yang dilakukan oleh Granit Xhaka dan Xherdan Shaqiri yang notabene merupakan pemain Swiss sukses memicu amarah publik Serbia kala itu, bahkan hal tersebut membuat beberapa pihak melayangkan protes terhadap kedua pemain tersebut ke FIFA.

Dipicu Dendam Konflik Masa Lalu yang Belum Usai

Pengungsi Kosovo-Albanian Pada Perang Yugoslavia (wikipedia)

Lazimnya mungkin rivalitas antar kedua negara dalam dunia sepakbola dipengaruhi oleh gesekan antar negara yang bertetangga. Namun, dalam kasus rivalitas antara Swiss dan Serbia justru dipicu oleh dendam masa lalu yang dianggap sebagian orang belum terselesaikan. Dilansir dari situs historia.id, tim nasional Swiss memang terkenal diisi oleh beberapa pemain berdarah Balkan seperti Granit Xhaka yang merupakan keturunan Albania dan Xherdan Shaqiri yang merupakan keturunan Kosovo-Albania.

Kedua pemain tersebut beralasan sangat emosional ketika bertemu dengan Serbia yang dianggap sebagai pemicu terjadinya perang Yugoslavia (Yugoslav War) yanh terjadi pada kurun waktu 1991-2001. Perang tersebut bisa dibilang merupakan aksi genosida terburuk yang pernah terjadi pada akhir abad ke-20 yang dimana ribuan orang yang kebanyakan berasal dari etnis Kosovo dan Albania harus rela meregang nyawa imbas dari konflik tersebut. Belum lagi ratusan ribu orang yang harus rela mengungsi keluar dari Yugoslavia saat itu dan berpindah ke negara lain, salah satunya adalah Swiss yang dikenal memiliki banyak warga keturunan Balkan.

BACA JUGA: Bukannya Turun, Pertamina Justru Naikkan Lagi Harga BBM

Belum lagi di era sekarang Serbia masih menolak mengakui kemerdekaan Kosovo yang telah diproklamasikan sejak 2008, meskipun banyak negara yang telah mengakui kemerdekaan bekas negara di era Yugoslavia tersebut, akan tetapi Serbia masih mengaggap Kosovo adalah wilayahnya dan seringkali berkonflik dengan negara tersebut. Sontak, hal ini menimbulkan kemarahan banyak warga Swiss yang dahulunya memiliki memori kelam atas konflik di era Yugoslavia dan tidak jarang pula sangat membenci Serbia yang dianggap sebagai biang keladi peristiwa pembantaian yang terjadi lebih dari 20 tahun silam tersebut.

Xhaka dan Shaqiri sejatinya adalah sebagian kecil hasil eksponen dari apa yang telah terjadi di masa lalu tentang diri dan keluarga mereka. Tentu mereka memiliki alasan emosional yang cukup kuat ketika bertemu dengan Serbia meskipun kini mereka membela negara Swiss sebagai “rumah baru”. Belum lagi kebencian banyak warga Swiss yang merupakan warga pengungsi dari konflik tersebut membuat laga yang akan dilaksanakan Sabtu 3 Desember 2022 pukul 02.00 WIB tersebut tentunya akan dipastikan menyajikan laga yang sarat gengsi dan emosi. Meskipun dalam gelaran kali ini psywar antara kedua belah fans maupun pemain tidak sepanas gelaran piala dunia 2018 silam.

Video yang Mungkin Anda Suka.

zahir zahir