Saat kita ditimpa oleh sebuah masalah, yang membuat tidak nyaman terkadang bukan masalah tersebut. Tetapi perasaan-perasaan yang melingkupinya. Entah itu takut, cemas, khawatir, hingga sedih berkepanjangan.
Untuk mengatasinya, ada beberapa jenis terapi yang bisa dipelajari dalam rangka mengurangi perasaan tidak nyaman tersebut. Salah satunya adalah lewat terapi bernapas.
Jenis terapi ini sebenarnya sudah banyak dibahas dalam beberapa referensi ilmiah. Terkait hal tersebut, buku berjudul 'Rahasia Napas untuk Ketenangan Hidup' yang ditulis oleh oleh Kang Zain dan Kang Hadi ini adalah salah satu buku yang menjelaskan tentang korelasi antara teknik pernapasan dengan ketenangan hati.
Penulis mengungkap secara rinci tentang bagaimana menggunakan terapi bernapas untuk mengatasi berbagai persoalan hidup. Utamanya masalah-masalah yang kerap membuat seseorang cemas dan tidak tenang. Lantas, mengapa harus menggunakan teknik bernapas?
Banyak orang yang tidak menyadari hal ini. Pertanyaan tentang "kapan sih terakhir kali mengingat tentang pentingnya bernapas?" adalah sebuah pertanyaan yang jarang diajukan. Padahal, menyadari setiap helaan napas adalah hal yang penting dalam konsep kesadaran diri.
Seseorang baru akan menyadari tentang pentingnya bernapas ketika dihadapkan dengan situasi-situasi sulit. Misalnya orang yang sedang menderita penyakit asma atau jantung.
Mereka yang merupakan penyintas dari penyakit-penyakit berat adalah golongan orang yang paling memahami bahwa bernapas dengan lancar adalah sebuah anugerah yang amat besar, yang sayangnya tidak disadari oleh banyak orang.
Salah satu hal yang amat menyentil dari buku ini adalah bagaimana penulis mengingatkan tentang pentingnya bersikap mindful terhadap hal-hal internal yang melekat pada diri kita sebagai manusia. Bisa berupa aspek spiritual, kedekatan dengan Tuhan, atau menyadari kehidupan dengan meresapi arti dari setiap helaan napas.
Apa yang membuat kita tidak bahagia adalah ketika kita fokus untuk mencari dan menuntut kebahagiaan itu pada hal-hal yang terjadi di luar diri kita. Yakni kekayaan, penghormatan, hingga status sosial.
"Kualitas hidup seseorang biasanya berbanding lurus dengan hal-hal yang dekat dengan dirinya. Jika kesadarannya ada pada yang jauh dari dirinya, kualitas hidup orang itu akan rendah dan akan sering mengalami penderitaan. (Halaman 3)
Inilah yang menjadi sebab, mengapa ada seseorang yang secara kasat mata terlihat sukses dengan kekayaannya, tetapi secara batin ia menderita. Sebab, ia tidak menemukan ketenangan dari hal-hal yang dekat dengan dirinya.
Pada kasus lain, kita juga kadang menemukan fenomena ketika seseorang tetap merasa hampa, padahal sekilas ia telah sukses meraih tujuannya. Jika kerap merasa seperti ini, terapi bernapas dengan pendekatan spiritual bisa menjadi solusi untuk menemukan ketenangan.
Meskipun topik utama adalah tentang terapi bernapas, tetapi pembahasaannya fokus pada pendekatan Islami. Jadi, buku ini sebenarnya lebih cocok untuk dibaca oleh pembaca muslim.
Beberapa konten di dalamnya memang selalu menyinggung bagaimana ajaran-ajaran Islam yang dikaitkan dengan terapi bernapas. Mulai dari dzikir, silaturahmi, hingga salawat.
Terlepas dari beberapa muatan yang mengandung ajaran Islam, tetapi penulis juga tetap membahas beberapa anjuran kebaikan yang bersifat universal, seperti silaturahmi, memaafkan, bersyukur, dan bersabar.
Secara umum, buku ini cukup insightful. Kekurangannya hanya pada referensi ilmiah yang barangkali butuh ditambahkan mengingat buku ini mengajarkan tentang sebuah terapi. Padahal, terapi bernapas ini sebenarnya sudah banyak dibahas oleh para ilmuwan dan telah banyak bukti ilmiah yang bisa mendukung argumen dari penulis.
Nah, jika pembaca penasaran tentang bagaimana mengaplikasikan terapi bernapas untuk ketenangan hidup, buku ini bisa menjadi salah satu bacaan yang cukup menarik untuk disimak!
Baca Juga
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
-
Polemik Bu Ana, Brave Pink, dan Simbol yang Mengalahkan Substansi
Artikel Terkait
-
Sayang Pada Buku Bukan Berarti Pelit: Memahami Hati Seorang Bibliotaph
-
Tutorial Jadi Orang Keren di Buku "Seni Berbicara" Karya Larry King
-
Buku Anak Jadi Solusi Segar ketika Reading Slump Menyerang
-
Alunan Piano yang Menghubungkan Rasa Cinta dalam Novel A Song For Alexa
-
Ulasan Novel Story of My Life: Tawa, Luka, dan Harapan di Pennsylvania
Ulasan
-
Serunai Maut II, Perang Terakhir di Pulau Jengka dan Simbol Kejahatan
-
Ulasan Buku Journal of Gratitude: Syukuri Hal Sederhana untuk Hidup Bahagia
-
Serunai Maut: Ketika Mitos, Iman, dan Logika Bertarung di Pulau Jengka
-
Review Film Rest Area: Ketika Singgah Jadi Awal Petaka Maut!
-
Review Film Human Resource: Saat Punya Anak Bukan Lagi Hak Personal
Terkini
-
4 OOTD Syifa Hadju Look Hangout Anti Ribet, Dijamin Stylish!
-
Gebrak Menit Awal, SMAN 21 Makassar Tumbangkan SMAN 4 Bantaeng di ANC 2025
-
Nindyan P. Hangganararas, Kiblat Fashion Hijab Anak Muda Masa Kini!
-
Indonesia vs Arab Saudi: Justin Hubner Urung Kembali Adu Otot dengan "Preman" The Green Falcon
-
Rekor Buruk Laga Tandang Warnai Perjalanan Indonesia di Ronde Keempat Kualifikasi