Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Budi Prathama
Ilustrasi pemilu. (Pixabay/@mohamed_hassan)

Dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan tujuan nasional tentu perlu yang namanya pemilihan umum (pemilu) untuk memilih para wakil rakyat dan pemerintahan negara. Pemilihan umum sendiri telah termaktub dalam UUD 1945, sebagai sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang demokratis dengan sesuai pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. 

Mewujudkan itu tentu menjadi tanggungjawab besar dan bukan pekerjaan yang mudah, krisis moral dan kurangnya kesadaran tanggungjawab masih menjadi penyakit dalam sebagian diri individu warga negara atau dalam sekelompok pemerintahan. Namun, bukan berarti semangat harus malah down dalam memperjuangkan kedaulatan rakyat secara demokratis. 

Melalui pemilihan umum mesti mampu menyalurkan suara rakyat secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Hal itu sudah jelas diatur dalam UUD 1945 Pasal 22E Ayat 1 dan UU No. 7 Tahun 2017 Pasal 2 tentang Pemilihan Umum. 

BACA JUGA: Cuma Jadi Runner-up di Piala Dunia 2022, Timnas Prancis Tetap Disambut Meriah di Paris

Lembaga penyelenggara pemilu harus bisa menjadi ujung tombak dan berdiri tegak secara tegas dalam mewujudkan pemilu yang demokratis, mulai dari tingkat nasional hingga ke basis daerah paling ujung harus bisa memegang integritas, kepercayaan, dan tanggungjawab secara baik.

Visi misi untuk bisa menjadi lembaga yang terpercaya dan berintegritas mesti menjadi prinsip yang harus dipegang erat-erat. Jangan sampai kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara pemilu malah memudar. 

Merealisasikan pemilu yang demokratis demi mewujudkan kedaulatan rakyat mesti semua pihak harus bisa ikut berkontribusi. Masalah sosial harus bisa diresapi dan berempati dengannya secara langsung, semua orang mesti terlibat dan merasakan secara detail apa sebenarnya yang terjadi. Dalam pandangan konstruksionis, bahwa makna realitas bisa ditafsirkan secara baik kalau berani terjun di dalamnya. 

Pemilu yang demokratis menjadi tanggungjawab semua warga negara, ikut berkontribusi secara kolektif kolegial harus benar-benar bisa diupayakan secara baik. Masalah dan tantangan dalam mewujudkan itu tentu ada, namun kalau kita apatis melihat itu maka tentu cita-cita bangsa kita makin menjauh. 

BACA JUGA: Marah dan Jutek ke Pelanggan di Karen's Diner Bikin Fuji Capek, Apakah Emosi Segitu Melelahkan?

Mungkin saja terlintas dalam pikiran kita banyaknya problem bangsa ini yang masih sangat kompleks, korupsi dan nepotisme serta penguasaan para oligarki marak terjadi dalam kehidupan kita, sehingga membuat kita malah frustasi dan patah semangat melihat keadaan. Problem itu memang benar adanya dan menjadi bagian penghambat untuk mewujudkan cita-cita bangsa kita. 

Tetapi kita sebagai warga negara gak boleh berhenti berjuang, semangat cita-cita bangsa kita mesti terus diperjuangkan hingga akhir hayat. Entah sampai kapan pun cita-cita itu baru bisa terwujud. Melalui momentum pemilu 2024 nantinya bisa menjadi salah satu alternatif untuk bisa ikut berkontribusi secara langsung dalam mengawal demokrasi yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. 

Misalnya saja ambil bagian sebagai penyelenggara pemilu yang terpercaya dan demokratis, atau bisa juga menjadi warga negara yang ikut memberikan hak suara secara sadar dan penuh tanggungjawab. Artinya memberikan hak suara kepada calon pemimpin yang memang dianggap layak, berintegritas, dan keberpihakannya jelas kepada masyarakat Indonesia pada umumnya.

BACA JUGA: Marah dan Jutek ke Pelanggan di Karen's Diner Bikin Fuji Capek, Apakah Emosi Segitu Melelahkan?

Terlebih lagi para pengambil kebijakan harus bisa menyadari dirinya sebagai pelayan masyarakat, menyadari tanggungjawabnya secara utuh untuk bisa mewujudkan cita-cita bangsa kita. Kalau tidak secara gotong-royong berjuang mewujudkan cita-cita bangsa kita, tentu akan sulit dan mungkin saja gak pernah sampai. 

Problem dalam pemilu yang sudah membudaya total tentunya soal money politik. Walau terbilang sederhana dan sering disepelekan, tetapi efeknya amatlah besar dan bisa merusak sistem demokrasi kita. Sebagai warga negara yang baik dan para pemerintah yang baik, harus bisa sadar bahwa money politik menjadi salah satu problem dalam pemilu kita dari dulu hingga saat ini. Kita semua harus bisa sadar dan berani sama-sama memberantas money politik ini, kalau bukan kita dan bukan sekarang, lalu siapa dan kapan? 

Sebagai warga negara yang masih memiliki hasrat dan semangat yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita nasional, mari semua ambil bagian dalam pemilu ini untuk bisa berjalan secara demokratis. Ambil bagian dalam mewujudkan pemilu yang demokratis menjadi salah satu tanggungjawab sebagai warga negara. 

Video yang Mungkin Anda Suka.

Budi Prathama