Tidak ada salahnya memiliki ekspektasi pada orang lain. Namun, memaksa orang lain untuk mewujudkan ekspektasi kita, itulah yang bermasalah.
Sebagai perempuan, kita mungkin tidak asing dengan berbagai ekspektasi dan tuntutan dari lingkungan sekitar. Mulai dari harus jago masak, pandai bersih-bersih rumah, tidak banyak mengeluh, dan beragam tuntutan lainnya.
Akhirnya, banyak perempuan pun percaya bahwa dengan mewujudkan tuntutan itulah standar kesuksesan sebagai perempuan diukur.
BACA JUGA: Realitas Wanita di Era Generasi Z: Mengubah Paradigma Perempuan
Bahkan di era modern saat ini pun, masih banyak ekspektasi tidak realistis yang harus perempuan terima. Lalu realitas seperti apa saja yang harus perempuan hadapi saat ini?
Masih sulit mendapat ruang aman
Kamu mungkin pernah membaca berita tentang terjadinya kekerasan seksual yang korbannya rata-rata adalah perempuan. Bahkan beberapa waktu lalu, kasus serupa terjadi menimpa perempuan saat berada di transportasi umum. Hal ini membuktikan bahwa di ruang publik pun perempuan masih sulit untuk mendapat ruang aman.
3M sudah tidak relevan
Pernah mendengar bahwa kodrat perempuan hanya 3 hal, yaitu macak, masak, lan manak atau bisa diartikan merias diri, memasak, dan melahirkan anak.
Perempuan harus pintar merawat dirinya, mampu menjaga kebersihan dan memiliki sikap rajin. Perempuan harus pintar memasak. Perempuan ditakdirkan untuk melahirkan anak.
Jika salah satu dari ketiga hal itu tidak diwujudkan, maka perempuan akan menerima sanksi sosial. Seperti dilabeli sebagai perempuan yang gagal.
Peran ganda bukan multitasking
Pernah tidak kamu melihat seorang perempuan pekerja, yang ketika pulang Ia masih harus mengurus semua pekerjaan rumah, mengurusi kebutuhan pasangan, hingga anak-anaknya. Tanpa pembagian tugas dengan pasangan.
Sebagian orang bahkan mengatakan, bahwa perempuan hebat, karena Ia mampu melakukan berbagai pekerjaan sekaligus. Padahal dengan beban ganda yang ditanggungnya itulah yang membuat perempuan rawan mengalami stress.
Bekerja dan mengurus rumah merupakan tugas yang berat, apalagi jika dibebankan ke satu orang. Maka dari itu, perlu adanya pembagian tugas antar pasangan. Tugas domestik sebaiknya ditanggung bersama-sama. Tidak dibebankan pada perempuan saja.
BACA JUGA: Mewujudkan Generasi Bangsa yang Pandai Melalui Literasi
Oleh karena itu, menuju perayaan International Women's Day tahun ini, kita sebagai perempuan kembali diingatkan, bahwa kita adalah perempuan yang utuh dan berdaya.
Kita mampu melepas ekspektasi tidak realistis yang sering melekat pada diri perempuan. Bersama-sama, mari kita wujudkan cita-cita yang selama ini kita impikan!
Baca Juga
-
Dijamin Lezat! Inilah 5 Jenis Pie Paling Populer, Favoritmu yang Mana?
-
4 Makhluk Mitologi Jepang Terpopuler, Jadi Inspirasi Banyak Anime
-
6 Es Jadul Bikin Nostalgia, Favoritmu yang mana?
-
5 Hal Terbaik yang dapat Dilakukan di Takayama, Kotanya Pencinta Sejarah
-
5 Fakta Menarik Teru-teru Bozu, Boneka Penangkal Hujan Asal Jepang
Artikel Terkait
-
Apakah Hari Kartini Menjadi Tameng Emansipasi oleh Kaum Wanita?
-
Rayakan Hari Kartini: 4 Perempuan Tangguh Menjawab Tantangan Era Digital
-
Dilarang Sekolah, Bocah Perempuan Afghanistan Dipaksa Jadi Penenun Karpet
-
Review Novel 'Jane Eyre': Ketika Perempuan Bicara soal Harga Diri
-
Ulasan Novel Perempuan di Titik Nol: Membongkar Dunia Patriarki bagi Wanita
Kolom
-
Perantara Melalui Sang Dewantara: Akar Pendidikan dan Politik Bernama Adab
-
Benarkah 'Kerja Apa Aja yang Penting Halal' Tak Lagi Relevan?
-
Ngopi Sekarang Bukan Lagi Soal Rasa, Tapi Gaya?
-
Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Kebiasaan Pakai AI: Kemajuan atau Ancaman?
-
Komitmen Relawan Mahasiswa, Sekadar Formalitas atau Pilihan Hati?
Terkini
-
5 Rekomendasi Film Baru Sambut Akhir Pekan, Ada Pengepungan di Bukit Duri
-
Mengenal Chika Takiishi, Antagonis Wind Breaker Terobsesi Kalahkan Umemiya
-
4 Tampilan OOTD ala Tzuyu TWICE, Makin Nyaman dan Stylish!
-
Banjir Cameo, 4 Karakter Hospital Playlist Ini Ramaikan Resident Playbook
-
The Help: Potret Kefanatikan Ras dan Kelas Sosial di Era Tahun 1960-an