Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Bingar Kenaya Puri
ilustrasi KRL (Unsplash/Rafael Atantya)

Surabaya, sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, memiliki populasi yang semakin meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk yang pesat ini, ditambah dengan perluasan wilayah perkotaan, membuat Surabaya semakin padat dan kemacetan semakin parah. Sebagai solusi untuk mengurangi kemacetan, penggunaan kereta api menjadi opsi yang semakin menarik untuk dipertimbangkan.

Kereta Rel Listrik (KRL) adalah salah satu bentuk transportasi massal yang efektif dan efisien untuk mengurangi kemacetan di kota-kota besar. Jakarta sudah menjadi contoh yang baik dalam penggunaan KRL sebagai sarana transportasi massal. Namun, di Surabaya, penggunaan KRL masih terbatas dan belum optimal. Sebagai kota yang memiliki pertumbuhan penduduk yang pesat dan semakin padat, Surabaya butuh KRL.

KRL bukan hanya membantu mengurangi kemacetan di kota, tetapi juga memberikan banyak manfaat lainnya. Dibandingkan dengan kendaraan pribadi, KRL memiliki kapasitas yang lebih besar, sehingga mampu mengangkut lebih banyak penumpang dalam satu waktu. KRL juga lebih ramah lingkungan karena mengurangi jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan, sehingga emisi gas buang dapat dikurangi.

Penggunaan KRL di Surabaya juga akan memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat. KRL memungkinkan orang untuk bekerja atau beraktivitas di pusat kota tanpa harus tinggal di pusat kota. Ini akan membuka aksesibilitas ke pusat kota bagi masyarakat yang tinggal di daerah sekitarnya. Dengan demikian, KRL juga akan membuka peluang ekonomi baru untuk daerah-daerah di luar pusat kota, dan membuka lapangan pekerjaan baru.

Namun, meskipun KRL menawarkan banyak manfaat, penggunaannya di Surabaya masih terbatas. Saat ini, penggunaan kereta api di Surabaya hanya terbatas pada kereta api lokal dan jarak pendek, dan masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut agar lebih efektif dan efisien. Di samping itu, biaya pembangunan infrastruktur KRL juga cukup besar, sehingga perlu adanya investasi yang cukup besar dari pemerintah.

Maka dari itu, sebagai kota yang semakin padat dan berkembang, Surabaya perlu mempertimbangkan penggunaan KRL sebagai salah satu alternatif transportasi massal untuk mengurangi kemacetan. Pemerintah setempat harus mulai memikirkan rencana untuk mengembangkan infrastruktur KRL, baik dari segi jaringan rel, stasiun, maupun armada kereta itu sendiri.

KRL adalah solusi yang tepat dan berpotensi besar dalam mengurangi kemacetan dan membuka peluang ekonomi baru di Surabaya. Sudah saatnya Surabaya bergerak menuju era transportasi yang lebih modern dan efektif, dan KRL adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Selain itu, adopsi KRL di Surabaya juga dapat membawa dampak positif bagi lingkungan. Dengan memilih transportasi umum yang lebih ramah lingkungan seperti KRL, jumlah kendaraan pribadi yang beroperasi di jalan raya akan berkurang, sehingga mengurangi emisi karbon dioksida yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat membantu mengurangi polusi udara dan menjaga kualitas udara di kota Surabaya.

Namun, tentu saja adopsi KRL di Surabaya juga harus diiringi dengan infrastruktur yang memadai, seperti jalur KRL yang terpisah dari jalan raya dan perbaikan stasiun-stasiun yang sudah ada. Pemerintah dan operator KRL harus bekerja sama untuk memastikan bahwa fasilitas KRL di Surabaya dapat beroperasi dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan transportasi warga.

Dalam rangka memperjuangkan adopsi KRL di Surabaya, masyarakat juga dapat berperan aktif dengan mengkampanyekan pentingnya transportasi umum yang ramah lingkungan dan menuntut pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur KRL di kota ini. Kita semua harus berkomitmen untuk mengurangi polusi dan menjaga kualitas udara yang baik di kota Surabaya, dan adopsi KRL adalah salah satu langkah yang dapat kita ambil untuk mencapai tujuan tersebut.

Bingar Kenaya Puri