Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Muhammad Hafizh Ramadhan
Tumpukan sampah memenuhi Sodetan kali yang terbengkalai di Kampung Sumur, Klender, Jakarta Timur, Kamis (1/6/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]

Sampah bisa diartikan sebagai bahan sisa yang tidak bermanfaat bagi manusia, tidak diinginkan, atau proses alam yang berbentuk padat. Setiap hari, mulai bangun tidur hingga tidur lagi kita tidak dapat terlepas dari sampah, contoh sampah yang kita hasilkan setiap hari seperti penggunaan botol air minum, kantong plastik, dan kemasan produk rumah tangga. 

Semua orang pasti bakal menghasilkan sampah setiap harinya, bertambahnya jumlah penduduk dalam sebuah daerah juga akan berdampak pada jumlah sampah yang dihasilkan. Hal ini disebabkan semakin banyak jumlah penduduk tersebut, maka semakin banyak juga barang yang dikonsumsi dan sampah dihasilkan.

Menurut World Population Review, jumlah penduduk Indonesia per 26 Agustus 2023 sebanyak 277,873,494 jiwa. Angka tersebut membuat Indonesia menjadi negara menduduki posisi ke-4 penduduk terbanyak di dunia, dari banyaknya jumlah penduduk yang dimiliki tentu sampah yang dihasilkan pun banyak. 

The Economics Intelligence melansir bahwa Indonesia menjadi negara penghasil sampah makanan terbesar kedua di dunia pada tahun 2021, setelah Arab Saudi dan yang menduduki peringkat ketiga yaitu Amerika Serikat. Indonesia menghasilkan sekitar 118, 1 juta ton sampah makanan, jumlah itu sama dengan 41% dari jumlah sampah yang Indonesia hasilkan.  

Sampah-sampah makanan yang menumpuk bisa berakibat buruk bagi lingkungan, kesehatan manusia, dan ekonomi. Sampah makanan yang membusuk di TPA (Tempat Pembuangan Sampah) bakal menghasilkan gas metana yang dapat menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Selain itu, sampah makanan tersebut juga dapat menarik hama dan penyakit sehingga kesehatan manusia bisa terganggu. 

Sampah yang dibuang dengan sembarangan dapat membuat lingkungan rusak, misalnya banyaknya sampah yang dibuang ke sungai bisa membuat aliran tersumbat sehingga menyebabkan banjir. Untuk mengatasi masalah pembuangan sampah sembarangan, diperlukan adanya pengelolaan sampah dengan baik. 

Alur pengelolaan sampah di Indonesia biasanya masyarakat membuang sampah ke tempat sampah, lalu sampah dikumpulkan oleh petugas kebersihan. Sampah kemudian dibawa ke TPS (Tempat Penampungan Sementara), di sana sampah dipilah sesuai dengan jenisnya. Sampah yang bisa didaur ulang lalu dikirimkan ke Tempat Pengolahan Sampah (TPS) yang memang khusus untuk didaur ulang. 

Sampah yang tidak bisa didaur ulang dikirimkan ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), dari sana sampah yang diolah menjadi produk yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Namun, masih banyak orang-orang yang membuang sampah sembarangan, seperti di pantai, lahan kosong, dan sungai. 

Oleh karena itu, penting untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya membuang sampah sembarangan, hal ini dapat dilakukan dengan mulai dari diri sendiri. Ada 3 prinsip yang dapat digunakan untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dan menjaga lingkungan agar tetap sehat, yakni dengan Reduce, Reuse, dan Recycle.

Reduce adalah usaha untuk mengurangi sampah yang dihasilkan, contohnya menggunakan botol minum pribadi ketika bepergian. Reuse adalah upaya untuk menggunakan lagi barang-barang yang masih bisa digunakan, contohnya menggunakan kertas bekas untuk membuat kerajinan tangan.

Recycle adalah upaya untuk mendaur ulang sampah yang bisa didaur ulang, contohnya membawa sampah yang bisa didaur ulang ke tempat sampah yang sudah disediakan oleh pemerintah. Dengan melakukan sejumlah upaya tersebut, diharapkan bisa mengurangi masalah pembuangan sampah sembarangan di Indonesia. 

Muhammad Hafizh Ramadhan