
Senior, apa yang ada di pikiranmu kalau dengar kata-kata ini? Jago, lebih tua, atau takut? Senior yang aku tahu selama ini bukan sosok suri tauladan, tapi orang gila hormat yang menindas orang lain.
Percaya deh, aku pun kalau dengar kata itu masih keinget sama kejadian aku dan teman-temanku disuruh mandi lumpur waktu orientasi organisasi di sekolah dulu.
Di Indonesia budaya senioritas yang 'norak' ini masih sering terjadi, entah itu di sekolah, organisasi, juga tempat kerja. Mereka yang udah lama atau duluan di tempat itu otomatis jadi 'Si Paling' pas ada anak baru.
Enggak tau kenapa, budaya ini seolah-olah dinormalisasi, padahal orang-orang juga tahu kalau sekarang itu udah enggak jamannya nakutin anak baru lagi.
Atau mungkin mereka sengaja nutup mata karena merasa seru pas lihat ada anak baru yang masih ngang-ngong dibully?
Di dunia kerja misalnya, enggak sedikit, lho, orang yang malas kerja karena teman atau seniornya galak, tetanggaku salah satunya.
Dia ngerasa enggak nyaman di tempat kerja, teman atau seniornya enggak mau bimbing, justru malah marah-marah pas dia tanya dan kerjaannya salah. Belum lagi penampilannya dinyinyiri heboh dan sok seleb, padahal dia dandan normal dan sopan.
Aku bayangin betapa sedih jadi dia, udah susah cari kerja, effort penuh buat ngelamar, interview, dan lain sebagainya, tapi usahanya sia-sia cuma karena pihak yang enggak bertanggung jawab.
Orang jadi malas kerja bukan hanya karena gaji yang enggak sesuai harapan atau kerjaan yang bikin kepala pusing, tapi senior yang nyebelin.
Sekarang, orang enggak cuma mandang kerjaan dari gajinya aja, tapi gimana lingkungan yang ada disana, gimana teman-temannya, gimana atasannya, rasanya percuma kalau kerja dapat uang banyak, tapi tiap hari makan hati, ya, enggak?
Nyatanya, sampai saat ini budaya senioritas masih terus ada dan ini jadi salah satu kenyataan pahit yang mesti kita terima dan hadapi.
Buat kamu yang mungkin sekarang lagi di masa awal-awal kerja dan struggle sama senior galak yang ada di sana, jangan dengerin omongan yang enggak bener, fokus kerja, dan percaya deh kalau disana pasti masih ada orang baik yang mau bantu pas kamu butuh.
Baca Juga
-
Sprint Race MotoGP Mugello 2025: Marc Marquez Buat Penonton Deg-Degan!
-
Peluang Marc Marquez di GP Mugello 2025, Lawan Tangguh Pecco Bagnaia?
-
Dapat Peningkatan dari Tes Aragon, Enea Bastianini Mantap Hadapi GP Mugello
-
Jadwal MotoGP Mugello 2025: Statistik Mentereng, Pecco Bagnaia Bakal Juara?
-
Kontrak Habis Akhir Musim, Jack Miller Bertahan di Pramac atau ke WorldSBK?
Artikel Terkait
Kolom
-
Mie Ayam, Bukti Cinta Ibu untuk Anak di Perantauan: Jangan Lupa Makan, Nak!
-
Rendang Kiriman Ibu: Sepiring Rindu di Tanah Perantauan
-
Klub Baca: Ruang Aman Gen Z untuk Bersuara Tanpa Takut Dihakimi
-
Epilog Sendu Semangkuk Mie Ayam dan Segelas Es Teh di Bawah Hujan
-
Generasi Urban Minimalis: Kehidupan Simpel untuk Lawan Konsumerisme
Terkini
-
Marselinus Ama Ola Luput dari Panggilan Gerald Vanenburg, Akui Kecewa?
-
Nyaris Sempurna! Ini Alasan Samsung Galaxy S24 FE Wajib Masuk Wishlist Kamu
-
Review Film Jalan Pulang: Teror Sosok Misterius yang Penuh Dendam
-
Mandiri Jogja Marathon 2025 Jadi Event Sport Berbalut Kampanye Lingkungan dan Kearifan Lokal
-
Mandiri Jogja Marathon 2025 dan Misi Keberlanjutan Mandiri Looping for Life