Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Dea Pristotia
Bendera korea Selatan [Unsplash/Daniel Bermard]

Apa yang terlintas di benak kalian ketika membaca tentang judul ini? Senang? Atau pernah membaca judul berita lain yang menggunakan tajuk 'Introvert di Korea Selatan dapat Tunjangan untuk Hangout'.  

Apakah kalian membayangkan bagaimana jika kalian di posisi tersebut? Tapi hal tersebut sebenarnya bukan kabar gembira. Kebijakan tersebut justru muncul akibat krisis yang dihadapi anak muda di Korea Selatan karena menyendiri secara ekstrem. Bagaimana bisa? 

Kebijakan Baru untuk Penyendiri

Melansir The Guardian, Rabu (10/1/2024) kebijakan baru yang disahkan oleh Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga. Kebijakan tersebut menawarkan kepada generasi muda yang menyendiri dengan tunjangan hidup bulanan sebesar 650.000 won atau setara dengan 7,6 juta rupiah. 

Hal ini dilakukan pemerintah Korea Selatan untuk mendorong mereka keluar rumah dan kembali ke kehidupan sosial.  

Ketentuan Mendapatkan Tunjangan

Tidak hanya asal introvert, namun ada ketentuan yang mengatur tersebut. Yang pertama remaja tersebut berasal dari keluarga berpenghasilan di bawah median pendapatan nasional Korea Selatan, yaitu sekitar 5,4 juta won. 

Penerima tunjangan adalah berusia antara 9 hingga 24 tahun. Penerima juga mengalami penarikan diri dari aktivitas sosial secara ekstrem, atau dalam istilah Jepang disebut hikikomori. 

Menurut penelitian yang dilakukan Pemerintah Korea Selatan, penarikan diri dari sosial ini memiliki latar belakang. Seperti kesulitan keuangan, memiliki gangguan mental, atau masalah keluarga. Bahkan dampak COVID-19 juga dianggap menjadi pemicu seseorang berdiam di rumah dan enggan keluar. 

Berawal Introvert, Berujung Menarik Diri Ekstrem

Menurut Institut Kesehatan dan Sosial Korea, sekitar 350.000 dari kelompok usia 19 hingga 39 tahun dianggap terisolasi. Tren menarik diri dari sosial ini pada dasarnya banyak merugikan. Tidak hanya bagi diri sendiri, keluarga, tapi akan mempengaruhi stabilitas suatu negera. 

Terdapat studi kasus tentang seorang siswa yang saat muda mengalami masalah kesehatan mental. Saat remaja ia kesulitan bersosialisasi. Ketika di perguruan tinggi, ia berusaha untuk menyesuaikan diri namun kesulitan. Pada akhirnya justru tidak menghadiri kelas dan semakin menarik diri.  

Jika dibiarkan perilaku menarik diri secara ekstrem tentu dapat mempengaruhi negara bukan? Bayangkan semakin banyak orang-orang yang tidak memiliki kemampuan sosial? Bagaimana interaksi dapat terjadi?  

Bukan Berita Gembira, Tapi Krisis yang Miris

Memang iming-iming uang 7,6 juta rupiah terdengar menggiurkan bukan? Namun ternyata kebijakan tersebut sebenarnya merupakan upaya pemerintah Korea Selatan untuk menjaga stabilitas dan masa depan bangsanya. 

Membaca judul berita tersebut memang mengembirakan. Tapi fakta sebenarnya adalah Korea Selatan sedang menghadapi krisis yang harus segera ditanggulangi.  

Setelah membaca sampai akhir ternyata 'tunjangan untuk hangout' tidak lagi sesuatu yang menakjubkan. Justru miris setelah mengetahui suramnya masalah dan kehidupan yang dialami remaja di Korea Selatan hingga harus menarik diri dari kehidupan sosialnya.  

Dea Pristotia