Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Athar Farha
Official Poster Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (Instagram/yndlaurens)

Era digital zaman sekarang tampaknya lagi dipenuhi film-film menarik, termasuk dengan "Jatuh Cinta Seperti di Film-Film", yang muncul bak angin segar saat tayang lagi di Netflix sejak 29 Maret 2024. Film berkonsep hitam putih ini disutradarai Yandy Laurens yang pernah bikin Film Keluarga Cemara. 

Bintang-bintang utama dalam film ini mencakup Ringgo Agus Rahman memerankan tokoh Bagus, Nirina Zubir mengambil peran Hana.

Nah, selain keduanya, film ini juga menampilkan Alex Abbad, Sheila Dara Aisha, Dion Wiyoko, Julie Estelle, dan masih banyak lagi dalam peran-peran pendukung. Produksi film ini ditangani serius oleh Imajinari bersama Jagartha dan Trinity Entertainment. 

Inti kisahnya, menggambarkan perjalanan penulis skrip film bernama Bagus. Dia punya skrip, yang baginya sangat brilian dan mungkin saja bakal bisa sukses.

Rupanya skrip itu berkaitan dengan janda, si kawan lama bernama Hana. Kisahnya terus bergulir, hingga Bagus dengan sangat sadar memasuki dimensi baru dalam kehidupan yang penuh drama. 

Konsep film hitam putih bisa dibilang sebagai visual, yang digunakan untuk menyampaikan sisi emosional dan juga menyiratkan berbagai makna.

Nah, dalam "Jatuh Cinta Seperti di Film-Film", penggunaan konsep hitam putih, biarpun digunakan kisaran 90%, rasa-rasanya, setelah aku rewatch beberapa kali di Netflix, konsep yang diusung itu, nggak sekadar estetika semata, tapi jelas terlihat sekali, itu semacam pilihan artistik yang digunakan untuk memperkuat narasi dan menggambarkan keadaan emosi karakter utama, Hana, (merujuk pada penjelasan singkat dalam film terkait mengapa harus hitam putih). Maka dari itu, yuk, kupas lebih dalam lagi. 

Sebelumnya begini, kukasih tahu ya, konsep hitam putih telah lama digunakan dalam sinema sejak era awal perfilman. Dalam masa transisi dari film bisu ke film bersuara, penggunaan warna hitam putih, itu sudah sangat lazim karena keterbatasan teknologi pada saat itu.

Namun, seiring perkembangan teknologi dan kecanggihan sinema, penggunaan warna telah menjadi lebih umum. Biarpun begitu, ada saja sutradara film, pakai konsep hitam putih sebagai salah satu elemen visualnya. 

Rupanya, "Jatuh Cinta Seperti di Film-Film", dengan konsep hitam putihnya, berhasil menciptakan atmosfer lebih dramatis dan melankolis. Ya, konsep ini dipakai untuk mendukung situasi batin Hana, yang mengalami kesedihan mendalam sebagai istri ditinggal mati suami.

Warna hitam putih benar-benar menggambarkan kehidupan Hana jadi lebih kuat, seperti Hana yang mungkin merasa hidupnya nggak berwarna lagi.  

Jadi jelas ya. Konsep hitam putih telah menunjukkan kontras antara kehidupan sebelum dan sesudah peristiwa penting, baik yang dialami Hana maupun Bagus. Dalam film ini, warna hitam putihnya memperkuat masa kini yang penuh dengan kesedihan dan kesepian dialami Hanna. Kontras ini menggambarkan perubahan dramatis dalam kehidupan Hana.

Satu lagi, ini semacam twist, ternyata visual hitam putih yang bergulir sepanjang durasi, itu adalah gambaran film dalam skrip buatan Bagus. Wow!

Oh, iya, tanpa distraksi warna, aku jadi dapat lebih fokus pada esensi cerita dan emosi yang ingin disampaikan. Aku juga melihat, filmnya seperti jadi lebih elegan dan terkesan klasik, tapi juga indah.

Selain itu, konsepnya juga memperkuat elemen visual, seperti komposisi, tekstur, dan kontrasnya. Misalnya, penggunaan bayangan dan pencahayaan dramatis, itu menciptakan efek yang lebih menarik. Scene seperti ini dapat kamu lihat saat Hana meluapkan emosinya. 

Jujur saja, ini juga terasa kayak timeless gitu. Ini yang bikin Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film, tetap relevan dan memiliki daya tarik sampai kapan saja meskipun nantinya, telah berlalu bertahun-tahun sejak perilisan awal. Jika kamu belum nonton film ini, tontonlah karena film ini keren dan layak kamu tonton. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Athar Farha