Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Poster Film The Girl with the Needle (Katalog KlikFilm)

Ada film yang bikin penonton melompat karena terkejut, ada pula yang bikin nutup mata saking ngerinya. Sementara itu, Film The Girl with the Needle bermain di ranah yang berbeda. Lho, kok gitu?

Yoi, film ini menghantui bukan dengan penampakan, melainkan dengan rasa sepi yang menusuk, dan kesedihan yang membusuk pelan-pelan di sudut hati. Inilah drama sejarah dengan nuansa horor arthouse yang lahir dari tangan Sutradara Magnus von Horn. 

Diproduksi Nordisk Film, yang jadi kebanggaan Denmark di ajang Academy Awards 2025 dan berhasil menyabet nominasi bergengsi lho. Sebelumnya, Film The Girl with the Needle perdana tayang di Festival Film Cannes 2024, tepatnya tanggal 15 Mei 2024, dalam kompetisi utama Palme d’Or. Baru setelah itu filmnya beredar di bioskop Eropa (Denmark & Polandia) sekitar akhir 2024, dan kini sudah bisa diakses di KlikFilm.

Film ini dibintangi aktor dan aktris kece lho, di antaranya: 

  • Vic Carmen Sonne sebagai Karoline, perempuan muda yang terjebak dalam lingkaran keterbuangan
  • Trine Dyrholm sebagai Dagmar, figur keibuan yang menakutkan
  • Besir Zeciri sebagai Peter, suami yang hilang tanpa kabar
  • Joachim Fjelstrup sebagai Jørgen, pria yang ngasih harapan tapi nggak benar-benar berpihak
  • Dan masih banyak bintang pendukung lainnya 

Penasaran dengan kisahnya? Yuk, kepoin bareng!

Sinopsis Film The Girl with the Needle

Scene Film The Girl with the Needle (IMDb)

Di Kopenhagen, tahun 1919. Perang sudah berakhir, tapi kota ini belum benar-benar pulih. 

Ada bau asap pabrik bercampur dengan aroma selokan, jalan-jalan penuh lumpur, dan rumah-rumah sempit yang jarang tersentuh cahaya matahari. 

Di tengah keadaan itu, Karoline (Vic Carmen Sonne) diusir dari apartemen setelah 14 minggu menunggak sewa. Suaminya, Peter (Besir Zeciri), sudah setahun nggak ngasih kabar dari medan perang, seolah-olah lenyap begitu saja.

Kesepian membuat Karoline mendekat pada Jørgen (Joachim Fjelstrup), bos pabrik tempatnya bekerja. 

Hubungan mereka dimulai dengan manis, bahkan Karoline sempat membayangkan masa depan baru. Namun kebahagiaan itu singkat. Saat dia hamil dan berniat menikah, ibu Jørgen menolak keras. Sekali lagi, Karoline merasakan dinginnya punggung dunia yang membuangnya tanpa ampun.

Terdesak dan putus asa, Karoline mulai memikirkan cara mengakhiri segalanya. Bukan hanya hidupnya, tapi juga kehidupan yang sedang tumbuh di rahimnya. 

Karoline membawa jarum besar ke pemandian umum, siap melakukan hal yang nggak terbayangkan. Namun, di sana dia bertemu Dagmar (Trine Dyrholm), perempuan yang sekilas terlihat penuh perhatian. 

Dagmar menawarkan tempat tinggal dan bantuan, tapi di balik wajah ramah itu tersembunyi sejarah kelam. 

Betewe, sosok Dagmar terinspirasi dari Dagmar Overbye, pembunuh berantai yang diyakini sudah membunuh 25 anak antara tahun 1913–1920. 

Ish, gimana Nasik Karoline? Tontonlah tanpa banyak kena spoiler lagi!

Review Film The Girl with the Needle 

Caranya membuat kesepian jadi sesuatu yang hidup itu keren sih. Magnus von Horn, bersama sinematografer Micha Dymek, membingkai Karoline sendirian di tengah layar, dikelilingi kegelapan atau ruang sempit yang menekan. Pencahayaan minim dan sinematografi hitam-putih menciptakan suasana seperti berada di lorong lembap yang nggak berujung.

Sejak menit pertama, film ini kayak menggenggam leher penonton perlahan. Nggak ada teriakan, nggak ada musik keras. Hanya tatapan kosong, langkah pelan di lantai kayu, dan napas yang terasa berat. 

Serius deh, aku kayak ikut berjalan di belakang Karoline, menyaksikan dunianya yang kotor, nggak higienis, dan terkadang menjijikkan. Setiap sudut kota terasa dingin, bahkan sinar matahari pun seperti malas menembusnya.

Ketika Dagmar masuk ke hidup Karoline, suasana jadi lebih mencekam. Ada paradoks di sini. Kehangatan yang Dagmar tawarkan justru bikin diriku (penonton) resah. Aku tahu, cepat atau lambat, ada bahaya yang akan menyusul. 

Memang, film ini berjalan dengan tempo lambat, tapi setiap detiknya terasa dipikirkan dengan hati-hati. Sutradara Magnus von Horn nggak terburu-buru ngasih jawaban atau ledakan emosi. Dia membiarkan diriku mengendap di dalam rasa nggak nyaman, seperti duduk di ruangan yang pintunya terkunci rapat. 

Pada akhirnya, film ini bikin diriku berpikir lama setelah ending. Hanya saja, film ini memang semenarik itu. 

Skor: 3,5/5

Athar Farha