Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Elica Alvionita
Ilustrasi karya (Pexels/Bleu)

Kritik sastra mencapai kesempurnaan saat mencapai tahap evaluasi atau penilaian. Sebagai salah satu bentuk esai, kritik sastra melibatkan pertimbangan baik atau buruk suatu karya sastra, dengan alasan-alasan mengenai isi dan bentuknya. Untuk melakukan penilaian ini, kritikus menggunakan kriteria tertentu sebagai dasar acuan untuk menilai karya sastra. Kriteria ini menentukan apakah sebuah karya sastra bermutu atau tidak, baik atau buruk, tergantung pada pemahaman, pengetahuan, dan rasa dari sang kritikus.

Berbagai Pendekatan dalam Kritik Sastra dan Contohnya

1. Kritik Mimetik

Pendekatan mimetik menilai karya sastra berdasarkan kebenaran atau ketepatan penggambaran sesuai dengan realitas kehidupan. Kritikus dalam pendekatan ini selalu menghubungkan karya sastra dengan dunia nyata di luar teks. Teori ini, yang dipengaruhi oleh pandangan Aristoteles dan Plato, memandang sastra sebagai tiruan dari aspek-aspek alam dan kehidupan. Contohnya, dalam penelitian tentang "Analisis Mimetik Kumpulan Sajak Politik Revolusi Longkang Karya Muchid Albintani", pendekatan mimetik digunakan untuk melihat bagaimana karya tersebut mencerminkan kehidupan nyata dan konflik manusia.

2. Kritik Pragmatik

Kritik pragmatik berfokus pada pengaruh atau dampak karya sastra pada pembaca. Karya sastra dinilai berdasarkan manfaat atau efek yang ditimbulkannya pada pembaca. Contohnya, dalam penelitian "Kritik Sastra dengan Pendekatan Pragmatik pada Cerpen 'Malaikat Juga Tahu' Karya Dewi Lestari", nilai-nilai agama, sosial, pendidikan, moral, dan lainnya dianalisis untuk melihat bagaimana cerpen tersebut memberikan manfaat atau pengaruh pada pembacanya.

3. Kritik Ekspresif

Pendekatan ekspresif menilai karya sastra berdasarkan kemampuan pengarang menyampaikan intensi atau ekspresinya melalui bahasa. Kritikus ekspresif mencari fakta tentang watak dan pengalaman pengarang yang tercermin dalam karyanya. Misalnya, dalam penelitian "Pendekatan Ekspresif dan Objektif dalam Novel 'Mencari Perempuan yang Hilang'", tokoh "Aku" dalam novel tersebut dilihat sebagai representasi dari ekspresi dan rasa kemanusiaan pengarang.

4. Kritik Objektif

Kritik objektif menilai karya sastra sebagai entitas mandiri, terlepas dari pengarang, pembaca, atau konteks sekitarnya. Karya sastra dipandang sebagai kesatuan yang lengkap dengan bagian-bagian yang berjalinan erat. Kriteria dalam kritik objektif mencakup keseimbangan, kebaruan, keindahan, keterjalinan, dan keunikan. Contohnya, dalam penelitian "Kritik Sastra Objektif Terhadap Novel 'Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin' Karya Tere Liye", aspek estetika dan ekstraestetik dinilai berdasarkan kesatuan, keseimbangan, dan gagasan besar yang disajikan dalam novel tersebut.

Kritik Berdasarkan Kesejarahan Sastra dan Resepsi Sastra

Kritik resepsi sastra menilai karya berdasarkan tanggapan yang diterimanya sepanjang waktu. Menurut teori Jauss, apresiasi pembaca pertama terhadap karya akan dilanjutkan dan diperkaya oleh generasi berikutnya. Penelitian kritik resepsi dapat dilakukan secara sinkronik (dalam satu periode waktu tertentu) atau diakronik (sepanjang sejarah karya tersebut).

Dalam pendekatan sinkronik, misalnya, tanggapan terhadap karya seperti "Belenggu" oleh Armijn Pane dapat dianalisis berdasarkan perdebatan antara Sutan Takdir Alisyahbana dan Sanusi Pane pada masa sebelum perang. Sementara itu, pendekatan diakronik mengamati perubahan tanggapan terhadap karya sastra sepanjang sejarahnya. Contohnya, sajak-sajak Chairil Anwar yang awalnya ditolak oleh redaktur "Panji Poesaka" kemudian mendapatkan apresiasi positif dari H.B. Jassin dalam bukunya "Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45".

Dalam sejarah sastra, tanggapan terhadap karya sering kali tidak terdokumentasi dalam bentuk kritik formal, melainkan dalam adaptasi dan perubahan yang dilakukan oleh penyalin sesuai dengan harapan masyarakat. Hal serupa terjadi dalam kehidupan sastra modern, seperti upaya Mangunwidjaja dalam menerbitkan kembali karya sastra lama seperti "Roro Mendut" dan "Joko Tarub".

Berbagai pendekatan dalam kritik sastra menawarkan cara yang berbeda untuk memahami dan menilai karya sastra. Baik melalui pendekatan mimetik, pragmatik, ekspresif, objektif, atau berdasarkan kesejarahan dan resepsi, kritik sastra memainkan peran penting dalam menentukan nilai dan makna sebuah karya sastra. Pendekatan yang beragam ini mencerminkan kompleksitas dan kekayaan dunia sastra, memungkinkan kita untuk lebih menghargai dan memahami karya-karya sastra dari berbagai perspektif.

Elica Alvionita