Kritik sastra mencapai kesempurnaan saat mencapai tahap evaluasi atau penilaian. Sebagai salah satu bentuk esai, kritik sastra melibatkan pertimbangan baik atau buruk suatu karya sastra, dengan alasan-alasan mengenai isi dan bentuknya. Untuk melakukan penilaian ini, kritikus menggunakan kriteria tertentu sebagai dasar acuan untuk menilai karya sastra. Kriteria ini menentukan apakah sebuah karya sastra bermutu atau tidak, baik atau buruk, tergantung pada pemahaman, pengetahuan, dan rasa dari sang kritikus.
Berbagai Pendekatan dalam Kritik Sastra dan Contohnya
1. Kritik Mimetik
Pendekatan mimetik menilai karya sastra berdasarkan kebenaran atau ketepatan penggambaran sesuai dengan realitas kehidupan. Kritikus dalam pendekatan ini selalu menghubungkan karya sastra dengan dunia nyata di luar teks. Teori ini, yang dipengaruhi oleh pandangan Aristoteles dan Plato, memandang sastra sebagai tiruan dari aspek-aspek alam dan kehidupan. Contohnya, dalam penelitian tentang "Analisis Mimetik Kumpulan Sajak Politik Revolusi Longkang Karya Muchid Albintani", pendekatan mimetik digunakan untuk melihat bagaimana karya tersebut mencerminkan kehidupan nyata dan konflik manusia.
2. Kritik Pragmatik
Kritik pragmatik berfokus pada pengaruh atau dampak karya sastra pada pembaca. Karya sastra dinilai berdasarkan manfaat atau efek yang ditimbulkannya pada pembaca. Contohnya, dalam penelitian "Kritik Sastra dengan Pendekatan Pragmatik pada Cerpen 'Malaikat Juga Tahu' Karya Dewi Lestari", nilai-nilai agama, sosial, pendidikan, moral, dan lainnya dianalisis untuk melihat bagaimana cerpen tersebut memberikan manfaat atau pengaruh pada pembacanya.
3. Kritik Ekspresif
Pendekatan ekspresif menilai karya sastra berdasarkan kemampuan pengarang menyampaikan intensi atau ekspresinya melalui bahasa. Kritikus ekspresif mencari fakta tentang watak dan pengalaman pengarang yang tercermin dalam karyanya. Misalnya, dalam penelitian "Pendekatan Ekspresif dan Objektif dalam Novel 'Mencari Perempuan yang Hilang'", tokoh "Aku" dalam novel tersebut dilihat sebagai representasi dari ekspresi dan rasa kemanusiaan pengarang.
4. Kritik Objektif
Kritik objektif menilai karya sastra sebagai entitas mandiri, terlepas dari pengarang, pembaca, atau konteks sekitarnya. Karya sastra dipandang sebagai kesatuan yang lengkap dengan bagian-bagian yang berjalinan erat. Kriteria dalam kritik objektif mencakup keseimbangan, kebaruan, keindahan, keterjalinan, dan keunikan. Contohnya, dalam penelitian "Kritik Sastra Objektif Terhadap Novel 'Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin' Karya Tere Liye", aspek estetika dan ekstraestetik dinilai berdasarkan kesatuan, keseimbangan, dan gagasan besar yang disajikan dalam novel tersebut.
Kritik Berdasarkan Kesejarahan Sastra dan Resepsi Sastra
Kritik resepsi sastra menilai karya berdasarkan tanggapan yang diterimanya sepanjang waktu. Menurut teori Jauss, apresiasi pembaca pertama terhadap karya akan dilanjutkan dan diperkaya oleh generasi berikutnya. Penelitian kritik resepsi dapat dilakukan secara sinkronik (dalam satu periode waktu tertentu) atau diakronik (sepanjang sejarah karya tersebut).
Dalam pendekatan sinkronik, misalnya, tanggapan terhadap karya seperti "Belenggu" oleh Armijn Pane dapat dianalisis berdasarkan perdebatan antara Sutan Takdir Alisyahbana dan Sanusi Pane pada masa sebelum perang. Sementara itu, pendekatan diakronik mengamati perubahan tanggapan terhadap karya sastra sepanjang sejarahnya. Contohnya, sajak-sajak Chairil Anwar yang awalnya ditolak oleh redaktur "Panji Poesaka" kemudian mendapatkan apresiasi positif dari H.B. Jassin dalam bukunya "Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45".
Dalam sejarah sastra, tanggapan terhadap karya sering kali tidak terdokumentasi dalam bentuk kritik formal, melainkan dalam adaptasi dan perubahan yang dilakukan oleh penyalin sesuai dengan harapan masyarakat. Hal serupa terjadi dalam kehidupan sastra modern, seperti upaya Mangunwidjaja dalam menerbitkan kembali karya sastra lama seperti "Roro Mendut" dan "Joko Tarub".
Berbagai pendekatan dalam kritik sastra menawarkan cara yang berbeda untuk memahami dan menilai karya sastra. Baik melalui pendekatan mimetik, pragmatik, ekspresif, objektif, atau berdasarkan kesejarahan dan resepsi, kritik sastra memainkan peran penting dalam menentukan nilai dan makna sebuah karya sastra. Pendekatan yang beragam ini mencerminkan kompleksitas dan kekayaan dunia sastra, memungkinkan kita untuk lebih menghargai dan memahami karya-karya sastra dari berbagai perspektif.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Imabsi Gelar Kelas Karya Batrasia ke-6, Bahas Repetisi dalam Puisi
-
Ulasan Novel Buku-Buku Loak, Bernostalgia Melalui Sastra Lama
-
Lestarikan Sastra, SMA Negeri 1 Purwakarta Gelar 10 Lomba Bulan Bahasa
-
Puisi Menggema di FKIP Unila, Imabsi Gelar Kegiatan Sehari Berpuisi
-
Tumbuhkan Empati Sejak Dini, Peran Penting Sastra dalam Perkembangan Sosial Anak
Kolom
-
Polemik Bansos dan Kepentingan Politik: Ketika Bantuan Jadi Alat Kampanye
-
Regenerasi Terhambat: Dinasti Politik di Balik Layar Demokrasi
-
Tren Childfree di Indonesia Melonjak, Sejauh Mana Negara Hadir?
-
Trend Lagu Viral, Bagaimana Gen Z Memengaruhi Industri Musik Kian Populer?
-
Usai Kemenangan Telak di Pilpres AS, Apa yang Diharapkan Pendukung Donald Trump?
Terkini
-
Makna Perjuangan yang Tak Kenal Lelah di Lagu Baru Jin BTS 'Running Wild', Sudah Dengarkan?
-
Ulasan Buku 'Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, di Mana Saja', Bagikan Tips Jago Berkomunikasi
-
Puncak FFI 2024: Jatuh Cinta Seperti di Film-Film Sapu Bersih 7 Piala Citra
-
Ditanya soal Peluang Bela Timnas Indonesia, Ini Kata Miliano Jonathans
-
3 Rekomendasi Oil Serum Lokal Ampuh Meredakan Jerawat, Tertarik Mencoba?