Hidup memang terus berputar, banyak dari kita yang memutuskan untuk merubah kehidupan dengan cara merantau demi kehidupan yang lebih baik. Bukan suatu hal yang mudah bagi seseorang untuk memutuskan jauh dari keluarga bahkan orang tua. Butuh mental dan keberanian yang cukup untuk hidup mandiri tanpa di dampingi oleh orang terdekat.
Tujuan merantau biasanya tergantung kepentingan masing-masing, namun kebanyakan dari kita terpaksa harus merantau adalah karena tuntutan pekerjaan, atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini tentu semata dilakukan dengan harapan untuk mendapatkan pekerjaan atau ilmu demi bekal hidup yang lebih baik kedepannya.
Tak jarang dari sebagian perantau ketika telah lama hidup di tanah perantauannya ketika pulang ke tanah kelahiran akan merasa terkesan asing. Hal ini merupakan hal yang banyak dirasakan oleh segelitir orang khususnya anak rantau yang ketika pulang malah seperti bertamu, padahal itu adalah rumah nya sendiri.
Alhasil ketika di rumah kita hanya bisa menikmati suasana rumah dan berkumpul bersama keluarga saja. Berikut beberapa penyebabnya, simak ya.
1. Jarang Pulang Ke Tanah Kelahiran
Bagi sebagian orang pulang ke rumah saat merantau adalah hal yang sangat penting, namun terkadang bagi sebagian orang pula pulang ke rumah adalah salah satu hal yang masih berada di list berikutnya dari apa yang mereka anggap lebih penting. Terlebih bagi anak rantau yang memang merantau sangat jauh dari tanah kelahiran bisa mungkin di luar kabupaten/Kota, di luar pulau, bahkan di luar negeri.
Terkadang pulang bukan menjadi suatu prioritas utama dan intensitasnya cenderung tidak begitu sering. Karena apabila jauh hal yang perlu dipertimbangkan salah satunya adalah biaya. Biaya transportasi untuk pulang terlebih bagi yang tidak memiliki kendaraan pribadi biasanya memilih untuk menyempatkan pulan dalam kurun waktu tertentu saja. Tujuannya agar pengeluaran bisa lebih sedikit.
2. Tuntutan dari Pekerjaan atau Pendidikan
Alasan kedua ini sangat berkaitan dengan alasan pertama, biasanya ketika kita bekerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi kita perlu pandai dalam mengatur jadwal salah satunya agar menyempatkan untuk bisa pulang dari tanah perantauan.
Misalnya dalam pekerjaan, biasanya apabila pekerjaan kita sibuk akan sangat sulit rasanya menyisihkan waktu untuk pulang ke rumah apalagi dengan jarak yang lumayan jauh. Waktu sedikit hanya bisa kita manfaatkan untuk sekadar istirahat atau menghabiskan waktu di tanah perantauan. Bukan tidak ingin pulang, namun beban dalam pekerjaan cenderung sangat berbeda dengan orang yang tidak bekerja.
Begitupula apabula kita tengah merantau karena alasan pendidikan, sistem pendidikan yang cenderung ketat misalnya sekolah yang berbasis pesantren, atau sekolah tinggi kemiliteran akan sangat sulit untuk kita bisa pulang pergi sesuka hati. Sebab akan selalu ada aturan yang diterapkan yang tujuannya semata agar kita lebih disiplin.
3. Kurang Pergaulan dengan Teman di Tanah Kelahiran
Alasan ketiga sepertinya banyak dirasakan juga oleh kebanyakan anak rantau. Ketika kita memutuskan untuk merantau berarti disana kita sudah siap untuk jauh bukan hanya dari orang tua saja, namun juga siap jauh dan jarang bertemu dengan teman yang ada di tanah kelahiran. Lama tidak bertemu pada kahirnya akan terasa seperti asing ketika berjumpa lagi terlebih apabila sedari kecil kita kurang bergaul dengan mereka.
Tapi terkait teman ini biasanya tergantung pada pribadi masing-masing. Biasanya memang orang yang memiliki kepribadian yang leboh tertututp atau introvert akan sangat merasakan hal tersebut. Berbeda memang dengan orang yang dia memiliki kepribadian yang friendly sedari kecil dengan orang lain. Biasanya pengarusnya tidak terlalu besar, hanya saja mungkin rasa canggung akan muncul karena lama tidak bertemu dan bertegur sapa.
Itulah beberapa alasan mengapa biasanya kebanyakan anak rantau akan merasa seperti orang asing ketika pulang ke tanah kelahirannya. Namun yang terpenting adalah kita jangan pernah melupakan tanah kelahiran kita sendiri karena di sanalah kita dilahirkan dan dibimbing oleh kedua orang tua kita. Jadi untuk para perantau, sempatkanlah pulang walaupun sebentar selagi orang tua kita masih ada, karena mereka selalu menanti kepulangan kita.
Baca Juga
-
Kurikulum Merdeka: Tantangan Infrastruktur dan Kesiapan Guru di Era Prabowo
-
Tajam ke Bawah, Tumpul ke Atas: Menyoal Hukum dan Keadilan di Indonesia
-
Dari Jokowi ke Prabowo: Memerangi Korupsi Demi Indonesia yang Lebih Baik
-
Review Film Dead Boy Detectives: Kisah Hantu Remaja dan Misteri Supernatural
-
Review Serial My Lady Jane: Kisah Ratu 10 Hari yang Diolah Jadi Komedi
Artikel Terkait
-
Pekerjaan Romeo Ayah Nathan Tjoe-A-On, Parasnya Bikin Netizen Salfok
-
Pendidikan Najwa Shihab Vs Farhat Abbas, Sesama Sarjana Hukum Tapi Beda Kelas
-
Wapres Gibran ke Mendikdasmen: Zonasi Sekolah Harus Dihilangkan!
-
Tiko Anak Ibu Eny Tolak Pekerjaan Bergaji Besar, Alasannya Bikin Salut: Mental Orang Kaya
-
Pendidikan Nissa Sabyan, Diduga Diam-Diam Sudah Nikah dengan Ayus
Kolom
-
Regenerasi Terhambat: Dinasti Politik di Balik Layar Demokrasi
-
Tren Childfree di Indonesia Melonjak, Sejauh Mana Negara Hadir?
-
Trend Lagu Viral, Bagaimana Gen Z Memengaruhi Industri Musik Kian Populer?
-
Usai Kemenangan Telak di Pilpres AS, Apa yang Diharapkan Pendukung Donald Trump?
-
Standar Nikah Muda dan Mengapa Angka Perceraian Semakin Tinggi?
Terkini
-
Lolos Semifinal China Masters 2024, Jonatan Christie Dihadang Shi Yu Qi
-
Ulasan Novel Hotel Royal Costanza: Kisah Seorang Jurnalis yang Disandera
-
3 Cleanser Lokal Mengandung Chamomile, Cocok untuk Pemilik Kulit Sensitif
-
Usai Kualifikasi Piala Dunia, STY Langsung Dihadapkan Misi Juara AFF Cup?
-
Intip Keseruan Idola SM Entertainment di Teaser Program The Game Caterers 2