Dalam dunia literasi populer Indonesia, kisah-kisah tentang sosok seorang ibu banyak mendominasi dan memang pantas. Tapi bagaimana dengan cinta seorang ayah?
Sayangnya masih sangat jarang. Sosok yang kadang terlihat keras, diam, atau terlalu tenang, justru menyimpan lautan kasih yang tak kalah dalamnya.
Buku The Cup of Coffee, I Love You Dad karya Indah Hanaco hadir sebagai karya yang menyuarakan cinta yang sunyi tapi tulus itu. Ya, cinta dari seorang ayah.
Buku ini adalah kumpulan kisah tentang hubungan antara ayah dan anak, sebuah tema yang jarang menjadi pusat perhatian dalam bacaan sehari-hari.
Melalui beragam cerita yang disampaikan, pembaca diajak mengenang kembali figur ayah dalam hidup mereka, baik yang masih hadir, maupun yang sudah berpulang.
Tak semua cerita dalam buku ini berakhir bahagia. Tapi justru dari situlah letak kekuatannya. Indah Hanaco tidak berusaha memoles cerita agar selalu manis.
Tak jarang ia menghadirkan kenyataan pahit bahwa cinta seorang ayah bisa saja penuh rintangan, luka, bahkan penyesalan.
Tapi cinta itu tetap ada, dan sering kali hadir dalam bentuk yang tidak kita sadari sebelumnya, dalam peluh yang tak pernah dikeluhkan, dalam diam yang menyimpan doa.
Penulis mengemas kisah-kisah ini dengan gaya yang sederhana namun penuh dengan emosi. Ia tidak bermain dengan diksi berlebihan, melainkan memilih menyampaikan pesan lewat bahasa hati.
Inilah yang akan membuat pembaca merasa dekat dengan buku ini, seolah membaca pengalaman sendiri, atau milik seseorang yang pernah hadir dalam hidup mereka.
Buku ini juga menjadi pengingat bahwa cinta ayah tak kalah besarnya dengan cinta ibu. Hanya saja, cinta itu tidak selalu ditunjukkan lewat pelukan atau kata manis.
Ia hadir dalam bentuk tanggung jawab, kerja keras, dan pengorbanan yang tak terlihat. Meski cara penyampaian kasih sayang ayah berbeda dengan ibu, tapi tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil, semua punya caranya masing-masing.
Indah Hanaco berhasil membalik pandangan yang sering terjadi bahwa ayah adalah tokoh pendamping. Lewat buku ini, ayah menjadi tokoh utama. Sosok yang patut dirayakan, dipeluk, dan sering kali dimaafkan.
Respons pembaca di Goodreads pun cukup positif, dengan rating sekitar 3,8. Artinya banyak yang merasa buku ini seperti selimut hangat di malam-malam rindu.
Tidak menggurui, tidak menuntut pembaca untuk paham sepenuhnya, tapi perlahan membisikkan kebaikan dan rasa terima kasih yang sering tak terucap kepada seorang ayah.
Cocok dibaca oleh siapa saja yang ingin kembali merefleksikan relasi mereka dengan ayah. Terutama bagi mereka yang menyimpan rindu, menyimpan kata maaf yang belum sempat dikatakan, atau sekadar ingin mengingat kembali momen kecil yang dulu terasa biasa, tapi kini sangat berarti.
Buku The Cup of Coffee, I Love You Dad cocok dibaca sebagai persembahan tulus untuk sosok ayah yang sering kali kita lupa rayakan.
Buku ini mengajarkan kita untuk menghargai cinta dari sosok seorang ayah yang diam-diam bekerja setiap hari. Cinta yang tidak memaksa untuk dipuji, tapi selalu hadir ketika dibutuhkan.
Bacalah buku ini dengan hati yang tenang, secangkir kopi di tangan, dan biarkan kenangan mengalir. Mungkin di sana, kamu akan bertemu kembali dengan sosok ayah.
Ayah yang bukan hanya sebagai orang tua, tapi sebagai manusia yang juga pernah muda, juga pernah gagal, tapi tetap mencintaimu dengan caranya sendiri.
Baca Juga
-
Bibliosmia: Mencium Aroma Buku adalah Ritual Bagi Pencinta Literasi
-
Review Buku Nanti Juga Sembuh Sendiri: Ketika Buku Bisa Menjadi Teman Baik
-
Reading Slump: Saat Buku Favorit Tak Lagi Menggugah Selera Baca
-
Book Buying Ban: Ujian Terbesar Bagi Pecinta Buku di Era Banjir Diskon
-
Membaca Buku Nonfiksi Tak Harus Habis: Pilih yang Relate, Ambil yang Perlu
Artikel Terkait
-
Reading Tracker dan Obsesi Kuantitas: Apa Kabarnya Kenikmatan Membaca?
-
Mengurai Luka Batin Lewat Buku I Want to Die but I Want to Eat Tteokbokki 2
-
Bibliosmia: Mencium Aroma Buku adalah Ritual Bagi Pencinta Literasi
-
Saat Naik Gunung Tak Semudah FYP TikTok dalam Novel Sweet Edelweiss
-
Novel Kedai Bunga Kopi: Kisah Inspiratif Perempuan dan Aroma Perjuangan
Ulasan
-
Memaknai Lagu Mirrors oleh Justin Timberlake: Cinta yang Merefleksikan Jiwa
-
Review Film Posesif, Cinta yang Membelenggu di Balik Janji Manis
-
Mengurai Luka Batin Lewat Buku I Want to Die but I Want to Eat Tteokbokki 2
-
Review Film F1: Aksi Balap Mendebarkan dengan Atmosfer Autentik Khas Formula 1
-
Ulasan Novel Kuda: Jejak Sejarah di Balik Kejayaan sang Empu Pembuat Keris
Terkini
-
Baru Satu Season, Produksi Serial Pulse dan The Residence Resmi Dihentikan
-
Reading Tracker dan Obsesi Kuantitas: Apa Kabarnya Kenikmatan Membaca?
-
Resmi Comeback, Luca Marini Akan Jalani Tes Privat di Sirkuit BRNO
-
Hebohkan Penggemar, G-Dragon Ternyata Lebih Tua dari Ibu Yeon Hearts2Hearts
-
POW Belajar Tunjukkan Sisi Lembut untuk Sosok Spesial di Lagu Being Tender