Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Arif Yudistira
Pasukan marching band tampil saat acara kirab bendera Merah Putih dan naskah teks proklamasi menuju Ibu Kota Nusantara (IKN) di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Sabtu (10/8/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Indonesia akan memperingati hari kemerdekaan yang ke-79 pada 17 Agustus 2024. Perayaan kemerdekaan Indonesia tersebut akan diadakan di dua tempat yakni Istana Merdeka dan IKN.

Indonesia sudah sejak purba memiliki sumber daya alam dan juga sumber daya manusia yang kaya. Bentangan alam dari Sabang sampai Merauke, membuat banyak pelancong terpikat dan jatuh cinta kepada Indonesia. Sampai para penjajah pun turut tergiur dengan kekayaan alam Indonesia.

Lahirnya bangsa dan negara Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 telah menunjukkan betapa perjuangan mempertahankan tanah air Indonesia bukanlah perjuangan yang mudah. Selepas kemerdekaan Indonesia pun, kita masih dirongrong oleh kekuatan asing dan penjajah yang tidak ingin atau tidak rela Indonesia merdeka.

Kemerdekaan Sejati

Salah satu pejuang kemerdekaan RI, Sutan Sjahrir pernah mengatakan, “Kemerdekaan bukan hanya menyoal persatuan rakyat dan pelepasan belenggu kolonial. Kemerdekaan harus melekat dalam diri setiap rakyat. Masyarakat harus merdeka dari kesewenang-wenangan, dari kelaparan dan kesengsaraan.”

Secara de facto, Indonesia memang sudah merdeka, tetapi secara realitas, masih banyak rakyat Indonesia masih terbelenggu masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, kelaparan, dan keterbelakangan.

Pemerataan pembangunan harus dicapai tidak hanya dari aspek infrastruktur. Kemerdekaan harus merambah pada pemerataan kesejahteraan dan juga pemerataan pendidikan dan pemerataan ekonomi.

Rasanya miris ketika melihat daerah seperti Papua yang dihisap dan dieksploitasi tambang emasnya, sementara masyarakat sekitar Papua masih miskin dan belum Sejahtera.

Ironi

Perayaan HUT RI ke-79 menyisakan ironi mendalam. Di saat hari kemerdekaan RI akan dirayakan dengan upacara 17-an, masyarakat sekitar masih bingung dengan tempat tinggal, nasib tanah mereka yang turut menjadi kompleks IKN.

Bermacam konflik agraria para warga sekitar masih menjadi masalah di tengah perayaan HUT RI ke-79.  AMAN [Aliansi Masyarakat Adat Nusantara] terpaksa harus tersingkir oleh pembangunan IKN. Lahan yang dulu milik warga tiba-tiba bertuliskan “LAHAN MABES POLRI”.

Ironi kemerdekaan ini juga ditambah dengan perayaan kemerdekaan RI di IKN yang membengkak dananya. Pembengkakan itu timbul karena kebutuhan sewa mobil yang rencananya akan digunakan oleh tamu-tamu kenegaraan dari luar negeri.

Pembengkakan ini timbul karena penyewaan mobil Alphard yang diperkirakan akan mencapai 25 juta per hari. Sementara itu, ada sekitar 1.000 mobil sudah dipatok untuk mengantar tamu-tamu kenegaraan.

Rakyat kecil di sekitar Penajam tentu menjadi masyarakat yang terpukul. Selain tanah adatnya yang menjadi korban pembangunan IKN, mereka harus menyaksikan anggaran negara digunakan untuk kepentingan seremonial sesaat.

Inilah salah satu wajah ironi kemerdekaan yang nyata, kemerdekaan rakyat yang sejati harus mengalah demi pencitraan dan juga hasrat kekuasaan yang serakah dan tanpa pertimbangan.

Ada baiknya perayaan kemerdekaan di IKN tidak harus dipaksakan dengan kondisi yang megah dan mewah di tengah ketidakpastian masyarakat adat yang terdampak terhadap pembangunan IKN.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Arif Yudistira