Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Aprilia Putri
Lomba 17 Agustus Berbau Seksual oleh Ibu-Ibu (X.com/@sopeya1213)

Momen perayaan kemerdekaan Indonesia ke-79 dirayakan dengan meriah dan penuh suka cita oleh seluruh rakyat Indonesia. Selain upacara pengibaran bendera di IKN yang menjadi perbincangan hangat. Antusias masyarakat juga diwujudkan dengan digelarnya perlombaan memeringati hari bersejarah bagi Indonesia tersebut.

Bertambahnya tahun, bertambah pula jenis-jenis lomba 17-an yang unik dan out of the box banget. Di tahun 2024, lomba-lomba kemerdekaan tidak hanya berupa lomba balap karung, lomba memasukkan paku ke dalam botol atau lomba makan kerupuk saja.

Tak sedikit lomba-lomba baru muncul mengundang gelak tawa para penonton seperti, lomba merias dengan mata tertutup, lomba tidur, lomba goyang kardus, dan masih banyak lagi.

Lomba 17-an memang serangkaian memeriahkan HUT RI dan bersifat menghibur. Namun, sangat disayangkan saat ini banyak bermunculan lomba-lomba yang tidak wajar dan mengarah ke hal-hal berbau seksual.

Contohnya, lomba memindahkan terong dari paha ke paha orang lain dan lomba makan pisang oleh ibu-ibu yang diarahkan di bagian intim. Tak hanya aneh dan menggelikan, bentuk perlombaan semacam ini juga tak pantas jadi konsumsi publik.

Masyarakat tidak menyadari bahwa bentuk-bentuk lomba berbau seksual seperti itu dapat membawa dampak buruk. Sungguh miris melihat peserta yang berpartisipasi adalah ibu-ibu dan perempuan muda.

Di sana mereka dijadikan tontonan dan objek seksual yang ditertawakan oleh penonton. Secara tidak sadar, candaan semacam itu merupakan bentuk menormalisasikan hal yang keliru dan merendahkan citra perempuan. 

Bagi sejumlah masyarakat mungkin menganggap lomba-lomba tersebut sebagai candaan semata. Padahal menodai apa yang diperjuangkan oleh para pahlawan wanita demi kemerdekaan Indonesia.

Cut Nyak Dien, Martha Christina Tiahahu, dan Raden Ajeng Kartini yang terkenal memperjuangkan emansipasi wanita pada jaman dulu. Menyedihkan melihat para perempuan Indonesia saat ini malah dengan antusiasnya mempertaruhkan kehormatan demi lomba 17-an yang tidak layak tersebut.

Bentuk perlombaan berbau seksual untuk memperingati kemerdekaan Indonesia seharusnya tidak boleh ada karena melanggar norma kesusilaan yang diterapkan dalam kehidupan.

Sebagai manusia yang memiliki akal dan pikiran sudah semestinya mampu memilah mana hal yang baik dan pantas dengan hal yang tidak pantas.

Mempertontonkan adegan tidak senonoh dalam perlombaan yang katanya untuk memperingati perjuangan pahlawan Indonesia rasanya kurang etis dilakukan. 

Sebenarnya turut memeriahkan kemerdekaan Indonesia dengan ikut lomba-lomba bukanlah hal yang salah. Namun alangkah lebih baik menggelar rangkaian lomba yang bermanfaat dan menghibur dibandingkan memperjualkan tontonan ambigu di depan publik.

Selain lebih nyaman dan aman dilihat oleh berbagai kalangan, hal terpenting adalah tidak mencederai harga diri perempuan Indonesia. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Aprilia Putri