Les biasanya diikuti oleh siswa sepulang sekolah sebagai tambahan belajar. Selain terdapat lembaga bimbingan belajar yang tersebar di penjuru kota, guru juga bisa saja membuka bimbingan belajar untuk siswa di sekolahnya. Hal ini tentu memunculkan kontroversial dan prasangka, sebab guru yang membuka les khusus dan sebagian besar siswa berasal dari sekolah yang sama memiliki dua kemungkinan yaitu sebagai tambahan belajar atau sedang mencari uang.
Saya sering kali menemukan guru seperti ini dimulai dari duduk di bangku pendidikan sekolah dasar hingga menengah atas. Strategi licik yang digunakan pun sama, jika siswa yang mengikuti les dengan guru tersebut nilainya akan tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti les, walaupun sebenarnya tidak terlalu memahami materi pembelajaran.
Menurut pendapat saya, mungkin ini cara berterima kasih dari seorang guru yang cerdik kepada siswanya karena telah membayar biaya les. Selain itu, memberikan efek untuk tetap mengikuti les dengan guru tersebut agar nilai yang didapatkan juga besar. Transaksi yang dilakukan untuk biaya mengikuti les terus menerus dilakukan oleh orang tua dengan guru yang bersangkutan.
Secara tidak langsung, perilaku seperti itu akan membuat siswa yang mengikuti les merasa lebih sombong. Dikarenakan mereka seperti sudah mendapatkan materi sebelum pembelajaran sekolah dimulai dan kunci jawaban ulangan dari guru itu sendiri. Oleh karena itu, hal tersebut sudah dapat dikatakan diluar batas. Bagaimana bila ingin siswa berperilaku jujur dan bersaing secara sehat jika guru memiliki sifat licik seperti ini?
Saat itu, saya merasakannya sendiri ketika berada di bangku sekolah dasar tidak mengikuti les dengan guru terkait. Benar saja, nilai yang didapatkan merosot begitu jauh. Rasanya bingung sekali dengan teman-teman lain yang tidak aktif di kelas mendapatkan nilai yang besar. Akhirnya, nenek meminta untuk mengikuti les dan nilai kembali pulih.
Awalnya, saya menolak dan tidak ingin untuk mengikuti les tersebut, sebab mendapatkan ilmu dengan cara licik dan culas tidak akan membuahkan hasil yang berkah. Kemudian, saya menemukan kembali guru serupa dan sempat ditawarkan oleh orang tua untuk mengikuti les dengannya agar mendapatkan nilai yang bagus. Berulang kali menolak dan teguh terhadap pendirian saya yang tidak ingin melakukan hal seperti itu.
Saya bangga sekali kepada guru yang membuka les khusus di sekolahnya dengan tidak membeda-bedakan antara siswa yang les dengan yang tidak, rasanya berlinang air mata saya karena keikhlasan dan ketulusan seorang guru yang mengajarkan ilmunya kepada siswa sebagai upaya berbagi ilmu dan bukan karena ingin mencari cuan.
Adanya les atau bimbingan belajar digunakan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan seorang siswa dan meningkatkan konsentrasi belajar.
Ketika bertemu dengan guru yang berperilaku seperti itu, saya menyarankan untuk tidak mengikuti les dengan guru tersebut, karena sama saja mendukung perbuatan yang dilakukan. Percayalah dengan potensi yang dimiliki oleh diri sendiri dan buatlah strategi untuk menggapai mimpi dengan perilaku dan niat yang jujur.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Kecurangan Pelaksanaan TKA 2025: Cermin Buram Rapuhnya Nilai Integritas?
-
Menimbang Kesiapan TKA 2025: Dari Gangguan Server hingga Suara Siswa
-
Dana Masyarakat: Antara Transparansi Pemerintah dan Tanggung Jawab Warga
-
Evaluasi Program MBG: Transparansi, Kualitas, dan Keselamatan Anak
-
Ketika Whoosh Bikin Anggaran Bengkak, Kereta Konvensional Jadi Anak Tiri?
Artikel Terkait
-
Menteri Basuki Bilang Tinggal di IKN Bisa Bikin Panjang Umur, Begini Respons Guru Besar FKUI
-
Merinding! Guru Ini Nyanyikan Lagu Patriotik dengan Bahasa Isyarat, Netizen Ikut Terharu
-
Kasus Frienjob Mahasiswa ke Jerman: Guru Besar, Warek hingga Kabiro UNJA Resmi Tersangka
-
Panduan Cara Membuat Surat Izin Sekolah SMP yang Benar
-
Darurat Kekerasan Di Sekolah, Kemenko PMK Minta Setiap Pemda Bentuk Satgas
Kolom
-
Bangga! Omara Esteghlal muncul di 'Romantics Anonymous' Bareng Bintang Asia
-
Guru yang Menjadi Cermin: Keteladanan yang Membangun Karakter Siswa
-
Terjebak dalam Kritik Diri, Saat Pikiran Jadi Lawan Terberat
-
Takut Dinilai Buruk, Penjara Tak Terlihat di Era Media Sosial
-
Jebakan Flexing! Ketika Bahasa Ilmiah Cuma Jadi Aksesori Pamer Kepintaran
Terkini
-
Kalahkan Demon Slayer, Film Chainsaw Man Cetak Rekor di Rotten Tomatoes
-
Melalui Film No Other Choise, Park Chan-wook Menelanjangi Kapitalisme
-
Review Film Regretting You: Sebuah Kisah Pengkhianatan dan Cinta yang Rapuh
-
4 Lifting Cream dengan Kandungan Peptide, Bikin Wajah Kencang Tanpa Botox
-
Terinspirasi dari Karier sang Ibu, Ternyata Ini Cita-Cita Awal Yura Yunita!