KDRT orang tua pada anak yang sering dinormalisasi. Mungkin kita sudah tidak asing dengan orang tua yang sering kasar dan melakukan kekerasan pada anak, baik secara verbal, fisik, maupun psikis.
Bisa jadi juga kita adalah salah satu korban dari kekerasan yang dilakukan para orang tua. Namun sayangnya, meski tidak nyaman, tapi tindakan ini sering dianggap biasa dan bukan sesuatu yang salah.
Ketidakberdayaan anak saat masih di bawah umur membuat sebagian orang tua sering melakukan kekerasan dan bersikap kasar dengan dalih cinta, pendidikan, dan melakukan hal yang terbaik untuk anak.
Padahal yang terjadi adalah justru sebaliknya. Anak yang sering mengalami kekerasan dan cinta orang tua yang tidak tersampaikan dengan baik akan menyimpan banyak luka dan trauma. Buruknya, hal ini bisa melekat di jiwa mereka sehingga akan terus terbawa hingga dewasa.
Bahkan tak jarang luka ini akan terus diwariskan bagi generasi selanjutnya. Anak yang dibesarkan dengan kekerasan orang tua juga akan semakin sulit diatur saat sudah dewasa.
Hal ini karena mereka sudah tidak memiliki ketakutan pada apa pun. Sehingga mereka cenderung untuk lebih nekat. Padahal, keputusan mereka belum tentu benar dan meski sudah dewasa, mereka tetap butuh masukan dalam hal-hal tertentu.
Sehingga rantai kekerasan pada anak oleh orang tua ini harus diputus dan tidak bisa lagi dinormalisasi. Terlebih di era sekarang, semakin banyak orang yang melek pada kesehatan mental.
Sehingga penyembuhan luka batin karena KDRT oleh orang tua pada anak ini seharusnya berhenti di sini. Karena anak yang sehat secara fisik dan mental adalah aset berharga bagi suatu bangsa.
Jadi mulai sekarang, jangan mudah untuk melabeli anak dengan kata 'durhaka'. Namun sebaliknya, cobalah lebih banyak merenung lagi.
Apakah cintamu sebagai orang tua telah tersampaikan? Apakah anak menyimpan luka dan trauma karena orang tuanya sendiri? Apakah pendidikan yang diterapkan di rumah sudah benar?
Cobalah bicara dari hati ke hati. Karena jika anak menjawab 'tidak', berarti sikap anak yang sekarang seperti ini adalah wujud dari lukanya selama bertahun-tahun.
BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE
Tag
Baca Juga
-
Jangan Memulai Apa yang Tidak Bisa Kamu Selesaikan: Sentilan Bagi Si Penunda
-
Novel 'Mana Hijrah': Ujian Hijrah saat Cobaan Berat Datang dalam Hidup
-
Mama yang Berubah Jadi Peri di Mummy Fairy and Me 4: Keajaiban Putri Duyung
-
Doyoung NCT 'The Story': Ceria Hidup Layaknya Healing dan Pelukan Hangat
-
Lovelyz "November": Kamu sebagai Tujuan Hidup yang Tidak Pernah Berubah
Artikel Terkait
-
Anak Thom Haye Sakit: Mungkin Ada Sesuatu yang Salah
-
Anak Abah dan Ahoker Dukung Pramono-Rano, Ahok: Negara Lebih Penting dari Ras dan Agama
-
Jumlah Pemain Judi Online RI Tembus 8,8 Juta: 97 Ribu TNI/Polri, 80 Ribu Anak di Bawah Umur
-
Fuji Ajak Gala Sky Berbagi dengan Anak Yatim, Netizen Kagum pada Pola Asuh Keluarga Haji Faisal
-
Fitri Salhuteru Unggah Foto Bareng Anak yang Dihujat Gegara Konflik dengan Nikita Mirzani
Kolom
-
Indonesia ke Piala Dunia: Mimpi Besar yang Layak Diperjuangkan
-
Wapres Minta Sistem Zonasi Dihapuskan, Apa Tanggapan Masyarakat?
-
Ilusi Uang Cepat: Judi Online dan Realitas yang Menghancurkan
-
Dukungan Jokowi dalam Pilkada Jakarta: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
-
Polemik Bansos dan Kepentingan Politik: Ketika Bantuan Jadi Alat Kampanye
Terkini
-
Bangkit dari Keterpurukan Melalui Buku Tumbuh Walaupun Sudah Layu
-
The Grand Duke of the North, Bertemu dengan Duke Ganteng yang Overthinking!
-
5 Manfaat Penting Pijat bagi Kesehatan, Sudah Tahu?
-
Menyantap Pecel Lele Faza, Sambalnya Juara
-
Antara Kebencian dan Obsesi, Ulasan Novel Malice Karya Keigo Higashino