Scroll untuk membaca artikel
Bimo Aria Fundrika | Ellyca S.
1 Kakak 7 Ponakan (Netflix)

1 Kakak 7 Ponakan menjadi salah satu film Indonesia yang menarik perhatian sejak rilis. Bukan sekadar drama keluarga, film ini menyentuh isu generasi sandwich, mereka yang terjepit antara merawat keluarga inti dan keluarga besar, dengan cara yang hangat sekaligus menguras emosi.

Film garapan ini hadir dalam genre slice of life. Ceritanya ringan, penuh adegan sehari-hari, namun sarat makna. Cocok untuk disaksikan saat waktu luang, apalagi jika kamu ingin menonton sesuatu yang terasa dekat dengan realita hidup.

Banyak penonton akan merasa terwakili. Perubahan mendadak dalam hidup, beban yang datang tanpa permisi, dan perjuangan untuk tetap bertahan, semuanya hadir lewat karakter yang sangat manusiawi.

Sinopsis Singkat

Kisah bermula dari Moko (Chicco Kurniawan), seorang arsitek muda yang bercita-cita melanjutkan studi S2. Hidupnya berubah drastis ketika kakaknya, Atmo Wiloto (Kiki Narendra), meninggal mendadak akibat serangan jantung. Di hari yang sama, Agnes (Maudy Koesnaedi), istri Atmo, juga meninggal setelah melahirkan bayi perempuan.

Sejak saat itu, Moko menjadi wali bagi tiga keponakannya: Woko (Fatih Unru), Nina (Freya JKT48), dan Ano (Ahmad Nadif), plus bayi yang baru lahir. Mimpi untuk studi lanjut pun harus ia kubur. Hubungannya dengan Maurin (Amanda Rawles) juga kandas karena kondisi yang tidak memungkinkan.

Belum selesai di situ, Moko mendapat “titipan” lagi. Nanang Maulana (Ence Bagus), mantan guru les pianonya, menitipkan putrinya, Gadis (Kawai Labiba),  untuk tinggal bersama. Moko, yang tidak memiliki pekerjaan tetap, kini harus menanggung hidup lima anak sekaligus.

People Pleaser dan Realita yang Menggigit

Moko digambarkan sebagai people pleaser: orang yang sulit berkata tidak. Ia cenderung selalu berusaha menyenangkan orang lain, meski harus mengorbankan dirinya. Banyak penonton akan mengangguk saat melihat karakter ini, rasa sungkan dan enggan menolak sering membuat kita terjebak.

Namun, film ini juga menunjukkan konsekuensinya. Kebaikan hati yang tak dibatasi bisa dimanfaatkan oleh orang yang tidak tahu diri.

Tidak semua orang bisa setegar Moko. Kehilangan keluarga, membesarkan lima anak, melepas cita-cita, dan merelakan hubungan asmara, semua terjadi dalam waktu singkat. Meski berat, ia memilih ikhlas.

Sikap legowo ini menjadi salah satu kekuatan terbesar film. Penonton tidak hanya diajak bersedih, tapi juga belajar menerima bahwa hidup kadang tidak berjalan sesuai rencana.

Di balik kesulitan, ada kemudahan

Di tengah kerumitan, Moko tidak sepenuhnya sendiri. Maurin, meski tak lagi menjadi kekasih, tetap hadir membantu. Ia mendukung Moko, baik dalam pekerjaan maupun mengurus anak-anak.

Anak-anak di rumah Moko pun menunjukkan kedewasaan yang luar biasa. Nina, Ano, Woko, dan Gadis berusaha meringankan beban sang kakak sekaligus “orang tua” mereka. Woko bahkan rela menunda kuliah demi membantu keluarga. Gadis, meski anak “titipan”, tahu diri untuk ikut berkontribusi dalam pekerjaan rumah.

Film ini mengingatkan bahwa meski hidup penuh tantangan, selalu ada orang-orang baik yang membantu kita bertahan.

1 Kakak 7 Ponakan adalah refleksi kehidupan banyak orang Indonesia. Kita mungkin tidak berada persis di posisi Moko, tapi pasti pernah menghadapi situasi yang memaksa kita berkorban demi orang lain.

Kisahnya menyentuh lewat penggambaran karakter yang realistis, Moko yang bertanggung jawab, Maurin yang setia dan tulus,  Anak-anak yang tabah meski kehilangan orang tua, mereka tidak sempurna. Mereka punya rasa lelah, marah, dan sedih. Tapi mereka juga punya hati yang besar.

Film ini layak ditonton oleh siapa saja. Ceritanya sederhana, tapi pesan moralnya kuat. Penonton akan diajak tertawa, menangis, sekaligus merenung.

Seperti hidup itu sendiri, 1 Kakak 7 Ponakan bukan hanya soal beban, tapi juga soal menemukan kekuatan di tengah keterbatasan. Dan itu yang membuatnya begitu relevan, karena pada akhirnya, kita semua sedang berjuang di cerita masing-masing.

Ellyca S.