Pernah nggak kamu merasa gagal dalam menjalani hidup saat ternyata apa yang dicita-citakan tidak tercapai? Atau mungkin merasa kecewa dengan keadaan yang tidak sesuai ekpektasi?
Jika iya, ada sebuah buku yang menurut saya cukup menarik dalam menjawab semua keresahan tersebut. Yakni buku berjudul 'Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya' karya dr. Andreas Kurniawan, SP. KJ.
Judul buku di atas memang terkesan unik. Ada beberapa hal yang bagi saya cukup relate tentang konsep self-healing tanpa terkesan menggurui. Di antaranya adalah cara memandang penyesalan, kekecewaan, hingga kiat untuk membangun harapan dalam hidup yang tidak ideal.
Setelah membaca buku ini, sebenarnya ada banyak hal yang saya garisbawahi. Tapi satu hal yang paling berkesan adalah anjuran buat nggak gampang overthinking dengan masa depan. Khususnya untuk hal-hal yang terkesan remeh.
Sebenarnya ini ajaran yang klise. Siapa sih yang ingin terus memenuhi pikirannya dengan hal-hal yang nggak penting. Kalau dibilang jangan gampang overthinking, emang ngomongnya mudah. Tapi praktiknya bisa susah sekali. Khususnya bagi mereka yang sudah terbiasa dan gampang mengkhawatirkan hal-hal yang sepele.
Di sini, dr. Andreas mengajak pembaca buat merenung tentang beberapa tahun yang akan datang dan membayangkan diri kita di masa depan. Mungkin 100 tahun yang akan datang ketika kita semua sudah meninggal.
Kalau nggak kepengin terlalu ekstrem, bayangkan tentang 50 tahun ke depan ketika tubuh dan pikiran kita udah lelah banget dengan hidup yang kita jalani. Pada saat itu, tentu saja yang tertinggal dari hidup ini hanyalah bagian-bagian yang berkesan.
Seseorang tentu akan merasa lega dengan pilihan-pilihan baik yang diambil saat masih muda dulu. Lalu sebaliknya, barangkali kita nggak bakal mengingat kesalahan dan ujian-ujian kecil yang pernah kita alami. Bahkan, bisa jadi kita bersyukur bisa melalui ujian itu dengan mudah.
Saya pribadi barangkali akan sangat menyesal ketika mengenang bahwa di masa muda dulu, saya amat sering terganggu dengan sesuatu yang sebenarnya nggak terlalu berdampak signifikan untuk masa depan. Entah itu omongan buruk orang, atau mungkin tindakan-tindakan yang kelihatannya terlalu bodoh untuk dilakukan.
Sebaliknya, saya bisa jadi akan sangat menyesal 50 tahun yang akan datang jika seandainya saya takut mencoba sesuatu yang benar-benar ingin saya lakukan dengan alasan takut gagal. Saya mungkin akan sangat menyesal jika mundur di tengah jalan saat melakukan hal yang saya sukai hanya karena tidak diapresiasi.
Lewat tokoh Lalin yang diceritakan dr. Andreas di buku ini, pembaca diajarkan tentang betapa berharganya hidup ini. Jika diberi kesempatan untuk hidup sekali lagi, awalnya Lalin ingin menjadi bunga matahari di kehidupan berikutnya. Bunga yang indah dan menarik perhatian orang lain. Sesuatu yang tidak Lalin dapatkan di kehidupan sekarang yang serba terbatas.
Tapi setelah melewati beberapa sesi konsultasi dengan psikiater, Lalin berubah pikiran. Alih-alih ingin jadi bunga matahari, dia ingin menjadi pohon semangka saja. Pohon yang tumbuh rendah, tapi berbuah besar dan manis. Memberi manfaat untuk orang lain.
Dalam kehidupan nyata, ada banyak orang yang seperti Lalin. Merasa tidak berdaya, putus harapan, dan tidak lagi punya gairah untuk menjalani hidup. Lewat buku ini, pembaca diingatkan kembali tentang betapa berharganya hidup yang singkat ini. Jangan sampai kita menjalaninya dengan penyesalan.
Buku ini cocok untuk siapa saja yang merasa tidak punya arah tentang hidup atau siapa pun yang pernah merasa gagal.
Jadi, bagi Sobat Yoursay yang sedang mencari bacaan yang menenangkan, buku ini bisa menjadi salah satu rekomendasi bacaan yang layak untuk disimak!
Baca Juga
-
Ulasan Buku Minderella, Kisah tentang Cinderella yang Suka Minder
-
Di Tengah Budaya Skimming saat Membaca, Masih Perlukah Menulis dengan Rasa?
-
Ulasan Buku 5 Dosa dalam Mengelola Keuangan: Hindari Ini Biar Nggak Boncos
-
Ulasan Buku Cantik itu Ejaannya Bukan Kurus: Kiat Pede Meski Bertubuh Gemuk
-
Cuan Lewat Hobi Menulis di Buku 'Gampang Cari Uang dengan Menulis Opini'
Artikel Terkait
-
Terlalu Baperan, Salah Siapa? Ini Cara Mengatasinya
-
Quarter Life Crisis: Suara Hati Generasi Muda dalam Badai Ketidakpastian
-
Dari Diary Rahasia ke Journaling Aesthetic: Evolusi Curhat Manusia
-
4 List Drama Korea yang Mirip Our Unwritten Seoul, Cocok untuk Self-Healing
-
Philosophy of Overthinking, Mengelola Overthinking Lewat Latihan Harian
Ulasan
-
Ulasan Novel Novella About Us: Akhir yang Indah pada Halaman Cerita
-
Ulasan Novel Nine Month Contract: Hubungan Kontrak yang Tumbuh Menjadi Cinta
-
Potret Rumitnya Keluarga dalam Film My Mother's Wedding
-
Novel Pasar Gubahan Kuntowijoyo: Menilik Kuasa di Dalam Pasar
-
SEVENTEEN Thanks: Rasa Terima Kasih Tulus untuk Semua Cinta Selama Ini
Terkini
-
BRI Super League: Kerim Palic Makin Termotivasi Bawa Madura United Bangkit
-
BRI Super League: Leo Navacchio Siap Ikuti Instruksi Pelatih Persik Kediri
-
Tampil Sangar, Alan Ritchson Siap Beraksi di Film Motor City
-
Hadapi Manilla Digger, Bojan Hodak Minta Persib Bandung Jaga Disiplin
-
Segera Tayang! Drama Tempest Bagikan Poster yang Mengundang Tanda Tanya