Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Luthfiyatul Muniroh
Ilustrasi orang miskin (pexels.com/YogendraSingh)

Demokrasi adalah sistem yang menjanjikan kesetaraan dan suara bagi seluruh warga negara, namun dalam kehidupan nyata hal tersebut terkesan ironis.

Di tengah gejolak politik, masyarakat miskin seakan dilupakan dan dibungkam dalam kebisingan. Suara mereka diredam dan keinginan mereka diabaikan, seolah tidak relevan lagi dengan peta politik yang didominasi kekuasaan dan uang.

Mengapa masyarakat miskin tidak mempunyai suara dalam politik? Jawabannya terletak pada sistem politik yang berpihak pada masyarakat kaya.

Politik telah menjadi arena perebutan modal, uang menjadi alat utama untuk meraih kekuasaan. Partai politik yang seharusnya menjadi wadah pemenuhan keinginan masyarakat, justru terjebak dalam lingkaran setan kebijakan moneter.

Mereka lebih fokus pada kepentingan donor kaya dibandingkan kepentingan masyarakat miskin. Selain itu, budaya politik yang pragmatis dan individualistis juga memperburuk keadaan.

Masyarakat cenderung apatis terhadap politik dan menganggapnya sebagai persoalan elite yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan sehari-hari.

Kurangnya rasa percaya diri dan kesadaran politik membuat masyarakat miskin enggan menyerah dan berpartisipasi dalam proses politik. Hal ini menjebak masyarakat miskin dalam lingkaran setan kemiskinan.

Suara mereka tidak didengarkan, tuntutan mereka tidak dipenuhi, dan mereka terus dikucilkan dari pembangunan arus utama. Namun bukan berarti semua harapan hilang. Masih ada secercah cahaya di kegelapan.

Pertama, kita harus mereformasi sistem politik kita agar lebih adil dan demokratis. Pendanaan politik perlu ditingkatkan agar partai politik tidak lagi bergantung pada pendanaan korporasi.

Kedua, kita perlu membangun budaya politik yang partisipatif dan inklusif. Masyarakat harus didorong untuk berpartisipasi aktif dalam politik, termasuk melalui pemilu, organisasi masyarakat, dan gerakan sosial.

Ketiga, upaya harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri masyarakat miskin. Mereka harus diberikan akses terhadap pendidikan kewarganegaraan untuk memahami hak dan tanggung jawab mereka sebagai warga negara.

Membangun demokrasi sejati memerlukan peran aktif seluruh partai politik. Baik masyarakat miskin maupun kaya harus mempunyai suara yang sama kuatnya dalam menentukan arah negara.

Sistem politik harus direformasi menjadi lebih adil dan demokratis. Pendanaan politik perlu ditingkatkan agar partai politik tidak lagi bergantung pada pendanaan korporasi.

Masyarakat juga perlu didorong untuk berpartisipasi aktif dalam politik, termasuk melalui pemilu, organisasi masyarakat, dan gerakan sosial.

Semoga bersama-sama kita bisa membangun sistem politik yang adil dan demokratis, suara masyarakat miskin tidak lagi ditindas dan keinginan mereka tidak lagi diabaikan.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Luthfiyatul Muniroh