Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | inaya khoir
Ilustrasi pembelajaran bahasa (Pexels.com/Thirdman)

Di abad 21, komunikasi merupakan salah satu keterampilan dasar yang sangat penting untuk dikuasai demi menunjang kehidupan sehari-hari.

Keterampilan berkomunikasi mencakup kemampuan untuk menyampikan informasi, mengekspresikan ide, pendapat, dan gagasan, serta kemampuan untuk mendengarkan dengan baik. Komunikasi yang baik diperlukan untuk menjalin relasi yang baik pula di lingkungan sosial maupun lingkungan profesional.

Keterampilan berkomunikasi yang baik tidak lahir begitu saja. Perlu jam terbang dan latihan tiada henti untuk dapat memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik.

Oleh karena itu, penting bagi dunia pendidikan untuk memberikan bekal berkomunikasi bagi siswa agar para siswa terbiasa terlatih berkomunikasi dengan baik.

Salah satu cara untuk membekali dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi yang baik bagi siswa adalah melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa diajarkan setidaknya empat keterampilan berbahasa, yaitu membaca, mendengarkan, menulis, dan berbicara.

Apabila siswa dilatih sejak dini untuk menguasai keempat keterampilan berbahasa tersebut, bukan tidak mungkin siswa akan memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik.

Sebelum siswa dikenalkan pada keterampilan berkomunikasi yang baik melalui keterampilan berbahasa produktif, siswa lebih dahulu harus dibekali dasar yang kuat melalui keterampilan berbahasa reseptif, yaitu membaca dan menengarkan.

Sebelum menulis, siswa harus lebih dulu membaca. Sebelum berbicara, siswa harus lebih dulu mendengarkan.

Dengan demikian, keterampilan berbahasa reseptif, yaitu membaca dan mendengarkan, menjadi fondasi penting dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa.

Melalui keterampilan membaca, memungkinkan siswa untuk memperluas wawasan dan penguasaan kosakata mereka, serta memahami beragam perspektif dari tulisan-tulisan yang dibacanya. Hal ini akan memudahkan siswa agar terbiasa dalam menyusun argumen dan mengekspresikan ide-ide secara jelas dan terstruktur.

Sejalan dengan keterampilan membaca, keterampilan mendengarkan juga akan membantu siswa terbiasa dalam memahami konteks dan nuansa dalam berkomunikasi, sehingga para siswa juga akan terbiasa memberikan respons secara tepat.

Setelah siswa memiliki bekal yang kuat melalui penguasaan keterampilan berbahasa reseptif, peningkatan keterampilan berkomunikasi kemudian dapat diperkuat melalui keterampilan berbahasa produktif, yaitu menulis dan berbicara.  

Melalui pembiasaan menulis, siswa belajar untuk menyusun kalimat-kalimat secara runtut dan terstruktur. Hal ini akan membantu siswa berkomunikasi secara terstruktur dan runtut pula.

Dalam membiasakan siswa melalui keterampilan berbicara, hal ini akan membantu siswa untuk berlatih berkomunikasi secara lisan, berinteraksi dengan orang lain, dan menyampaikan ide-ide dengan nada yang sesuai dengan konteks.

Dengan penguasaan yang baik terhadap kedua keterampilan berbahasa produktif tersebut, siswa tidak hanya akan terampil dalam berkomunikasi, tetapi juga lebih percaya diri untuk berkomunikasi di beragam situasi, disertai dengan kepandaian dalam membaca konteks komunikasi.

Dengan demikian, mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peran penting dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi, terutama untuk para siswa.

Melalui peningkatan keterampilan berbahasa reseptif dan produktif, siswa dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi mereka dengan baik.

Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia harus terus didorong dan diperkuat agar siswa terbiasa berkomunikasi secara efektif.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

inaya khoir