Saat musim kampanye tiba, atmosfer berubah menjadi ajang pesta janji. Politikus berlomba-lomba menampilkan program yang katanya akan membawa perubahan besar. Dari pendidikan gratis, peningkatan ekonomi rakyat kecil, hingga infrastruktur kelas dunia—semuanya terasa begitu menggiurkan. Namun, ketika kursi kekuasaan sudah diraih, janji-janji tersebut perlahan menguap seperti embun di pagi hari. Pertanyaannya, mengapa masyarakat tetap mudah percaya meski sudah berkali-kali dikecewakan?
Salah satu alasan utama adalah pola komunikasi politik yang terlalu lihai membungkus retorika manis. Dengan bantuan konsultan, tim kampanye mampu membaca emosi masyarakat, menyajikan janji yang sesuai keinginan massa. Misalnya, saat perekonomian sedang lesu, tiba-tiba muncul kandidat yang menjanjikan lapangan kerja berlimpah tanpa menjelaskan langkah-langkah konkret untuk mencapainya. Akibatnya, masyarakat yang lelah dengan kondisi saat ini memilih untuk menggantungkan harapan pada janji tersebut, meski tahu bahwa itu terdengar terlalu indah untuk menjadi nyata.
Di sisi lain, rendahnya literasi politik masyarakat juga menjadi celah bagi para politikus untuk terus mengulang pola yang sama. Banyak pemilih tidak memahami bagaimana menonton realisasi janji-janji kampanye atau bahkan tidak tahu bahwa mereka punya hak untuk berkomentar. Dalam banyak kasus, janji kampanye dianggap sebagai “hiburan politik” yang tidak benar-benar akan diwujudkan, namun tetap dipercaya karena adanya alternatif lain.
Media sosial juga memiliki andil besar dalam perpanjangan siklus ini. Politikus sekarang bisa memanfaatkan platform seperti Instagram atau TikTok untuk menciptakan citra diri yang sempurna. Konten seperti blusukan di pasar, bertemu rakyat kecil, atau makan di warung kaki lima sering dianggap cukup sebagai bukti bahwa kandidat peduli pada rakyat. Padahal, tindakan-tindakan ini lebih sering bersifat kosmetik daripada substansial.
Namun, terkait hal ini tidak bisa sepenuhnya menyalahkan masyarakat. Dalam banyak kasus, harapan akan perubahan adalah satu-satunya yang mereka punya. Ketika hidup sehari-hari penuh dengan tantangan, janji kampanye, meski hanya sebatas ucapan, bisa menjadi hiburan psikologis. Ini semacam mekanisme penanggulangan kolektif, di mana rakyat mencoba meyakinkan diri mereka sendiri bahwa masa depan bisa lebih baik, meski sering terjadi sebaliknya.
Lalu, apa yang harus dilakukan agar pola ini tidak terus berulang? Salah satunya adalah memperkuat literasi politik masyarakat melalui pendidikan formal maupun nonformal. Pemilih harus belajar untuk mencapai titik kritis, menggali rekam jejak kandidat, dan tidak mudah percaya pada janji tanpa bukti konkrit. Selain itu, perlu adanya mekanisme pengawasan yang lebih tegas terhadap realisasi janji kampanye, misalnya melalui pelaporan yang transparan oleh lembaga independen.
Masyarakat juga harus sadar bahwa perubahan tidak hanya bisa digantungkan pada seorang pemimpin. Demokrasi adalah kerja kolektif; kita semua punya peran untuk memastikan bahwa janji tidak hanya berhenti pada kata-kata manis. Jika tidak, siklus harapan dan kekecewaan ini akan terus terulang, menjadikan kita korban yang sama di setiap pemilu.
BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE
Baca Juga
-
Belanja Cerdas dengan Cashback! Cara Belanja Hemat di Era Digital
-
Jurusan Kuliah Bukan Tongkat Sulap, Kenapa Harus Dibohongi?
-
Nilai Nomor Sekian! Yang Penting Tetap Waras dan Tugas Kelar, Setuju?
-
Transformasi Pola Komunikasi Keluarga dari Telepon Rumah ke Chat dan Video Call
-
Detak di Pergelangan! Bagaimana Smartwatch Merawat Jiwa Kita?
Artikel Terkait
Kolom
-
Book Buying Ban: Ujian Terbesar Bagi Pecinta Buku di Era Banjir Diskon
-
Antara Nyaman dan Kebiasaan: Saat Satisficer Bicara Soal Konsistensi Lidah
-
Parade Robot Polisi: Antara Janji Modernisasi dan Kritik Publik
-
Beban Kolektif Mahasiswa: Saat Tugas Kelompok Tak Lagi Ajarkan Kerja Sama
-
Antara Cinta dan Keharusan: Tekanan Perempuan dalam Memilih dan Mendidik
Terkini
-
Targetkan Semifinal, Ternyata Malaysia adalah Tim Besar Paling Tak Beruntung di Piala AFF U-23
-
BabyMonster Usung Energi yang Pedas dan Berapi-api di Lagu Baru 'Hot Sauce'
-
Sontek 4 Daily Outfit Minimalis ala IU, Biar Gaya Makin Modis Setiap Hari
-
Super Junior Siap Tunjukkan Sisi Keseksian Dewasa di Lagu Terbaru Say Less
-
Film House of Games Diremake, Gandeng Viola Davis Jadi Bintang Utama