Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Dimas WPS
Ilustrasi bekerja (Pexels/Andrea Piacquadio)

Selalu ada stereotip yang mengatakan bahwa Gen-Z kesulitan menabung karena mereka terlalu sering membeli kopi mahal. Namun, isu ini lebih kompleks daripada sekadar gaya hidup ngopi. Lantas mengapa sebenarnya Gen Z sulit menabung

Tekanan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebaya atau peer conformity adalah salah satu alasan utama mengapa Gen Z cenderung konsumtif yang berujung ke sulitnya mereka untuk menabung.

Ada norma-norma tidak tertulis yang mendorong mereka untuk terus mengikuti tren, entah itu dalam bentuk pakaian, gadget, atau gaya hidup.

Takut ketinggalan (FOMO, fear of missing out) membuat mereka sering kali mengutamakan gaya hidup dibandingkan menabung.

Maka alih-alih menabung untuk masa depan, mereka lebih cenderung menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan saat ini, seperti pendidikan, liburan, atau membeli barang yang mendukung gaya hidup.

Perubahan gaya hidup dan kemajuan teknologi juga menjadi penggerak sifat konsumtif. Dengan kemudahan transaksi melalui e-wallet, misalnya, belanja menjadi jauh lebih cepat dan praktis. Namun, hal ini juga mempermudah perilaku impulsif.

Dengan hanya satu sentuhan, mereka dapat membeli barang tanpa harus berpikir panjang, yang sering kali berujung pada pengeluaran berlebihan. Gen Z yang terpapar media sosial dan iklan digital hampir setiap saat sering kali terjebak dalam pola konsumsi yang tidak terkendali.

Meskipun literasi keuangan memiliki dampak signifikan dalam mengurangi perilaku konsumtif, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman keuangan Gen Z masih belum optimal dalam praktiknya.

Menurut Ambarsari & Asandimitra dalam jurnalnya pada tahun 2023, meskipun banyak Gen Z memiliki pengetahuan finansial, perilaku konsumtif tetap tinggi karena kurangnya manajemen keuangan yang baik.

Cara mereka mengatur keuangan pribadi sering kali tidak matang, yang menyebabkan mereka lebih fokus pada kepuasan sesaat daripada perencanaan keuangan jangka panjang.

Misalnya, bonus atau pendapatan tambahan sering dianggap sebagai “uang bebas” yang bisa dihabiskan begitu saja. Selain itu, kendali diri juga menjadi faktor penting. Individu dengan pengendalian diri yang baik cenderung lebih mampu menahan godaan untuk berbelanja, terutama untuk kebutuhan yang tidak mendesak. 

Jadi gaya hidup sering beli kopi meskipun juga jadi contoh sifat konsumtif namun bukan sebagai penyebab utama Gen Z sulit menabung. Realitasnya, ada banyak faktor lain yang saling berkaitan.

Penting untuk meningkatkan literasi keuangan, belajar mengenai pengendalian diri, dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung perilaku menabung. Karena kemampuan untuk menabung tidak hanya soal angka, tetapi juga soal pola pikir dan prioritas.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Dimas WPS