Halo, teman-teman milenial Indonesia! Kamu mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah generasi sandwich. Generasi sandwich merujuk pada kita, para milenial yang merasakan tekanan dari dua arah, yaitu tanggung jawab terhadap orang tua dan tuntutan zaman yang serba cepat dan berubah.
Bagi sebagian orang, hal ini bisa menjadi sebuah beban, namun bagi yang lain, hal ini mungkin justru menjadi bagian dari budaya dan kehidupan yang khas bagi generasi kita.
Budaya yang Membentuk Generasi Sandwich
Sebagai generasi sandwich, kita sering kali merasa terjepit di antara tanggung jawab terhadap orang tua yang menua dan kebutuhan serta tuntutan zaman yang terus berkembang.
Tidak bisa dipungkiri, di Indonesia, ikatan keluarga itu segalanya. Ada pepatah “surga di bawah telapak kaki ibu”, yang membuat kita merasa wajib banget mengutamakan orang tua, bahkan kalau itu artinya mengorbankan kebutuhan kita sendiri. Belum lagi, ada ekspektasi sosial yang bikin kita merasa bersalah kalau tidak memenuhi tanggung jawab ini.
Tapi, tunggu dulu. Apa ini benar-benar budaya? Atau hanya kebiasaan yang tidak pernah kita pikirkan ulang? Karena kalau terus-terusan begini, generasi sandwich bakal jadi lingkaran setan yang tidak ada habisnya. Kita kelelahan mendukung orang tua dan anak, lalu anak-anak kita nanti bakal mengalami hal yang sama.
Generasi yang Terjepit di Era Modern
Di zaman sekarang, tekanan buat generasi sandwich semakin besar. Harga kebutuhan hidup terus meningkat, sementara gaji kadang tidak sebanding sama effort yang kita keluarkan.
Mau nabung buat masa depan rasanya susah, karena kebutuhan sehari-hari aja kadang udah bikin megap-megap.
Belum lagi, generasi kita hidup di era yang menuntut banyak hal. Karier harus sukses, keluarga harus harmonis, pendidikan anak harus nomor satu, plus ditambah ekspektasi keluarga yang tak ada habisnya. Apa kabar kesehatan mental?
Tuntutan Zaman atau Budaya?
Balik lagi ke pertanyaan awal, apakah generasi sandwich ini tuntutan zaman atau budaya? Mungkin jawabannya adalah kombinasi keduanya. Tapi, apa pun itu, kita tidak harus menerima keadaan ini sebagai takdir. Kita bisa, kok, mulai mengubah pola pikir dan cara hidup kita, sedikit demi sedikit.
Kamu juga harus mengerti, bahwa generasi sandwich itu bukan cuma soal memenuhi tanggung jawab. Tapi, juga soal menemukan keseimbangan antara memberi kepada orang lain dan menjaga diri sendiri.
Jadi, yuk, mulai pikirin lagi, apa yang sebenarnya penting buat kita dan keluarga kita. Jangan sampai kita kehilangan diri sendiri di tengah-tengah tumpukan tanggung jawab yang tidak ada habisnya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Drama FOMO Buku: Ketika Literasi Jadi Ajang Pamer dan Tekanan Sosial
-
Full Day School: Solusi Pendidikan atau Beban bagi Siswa?
-
Dari Rasa Ingin Tahu hingga Kecanduan: Apa Alasan Orang Memakai Narkoba?
-
Apa yang akan Terjadi dengan Kehidupan Manusia Jika Tidak Ada Ilmu Fisika?
-
Sistem Ranking di Sekolah: Memotivasi Atau Justru Merusak Mental Siswa?
Artikel Terkait
-
Hari Ini Suami Sandra Dewi Jalani Sidang Tuntutan Kasus Timah, Harvey Moies Bakal Dihukum Berapa Lama?
-
Reog Ponorogo Masuk Daftar UNESCO, Lindungi Budaya Indonesia dari Klaim Asing!
-
Dituntut Lakukan Mistreatment oleh KG VCHA, JYP Entertainment Buka Suara
-
Menuju Kota Global, DPRD DKI Jakarta Komitmen Pengembangan Budaya Betawi
-
Kasus Timah, Bos PT Stanindo Inti Perkasa Gunawan Dituntut 8 Tahun Penjara
Kolom
-
Merah Putih: One For All Animasi yang Bikin Netizen Geleng-Geleng
-
Gaya Hedonisme Generasi Z: Antara Santai dan Tantangan di Era Digital
-
OpenAI Bikin Sejarah Lagi: GPT-5 Tidak Hanya Cerdas, Tapi Juga Empatik?
-
Merah Putih One For All: Propaganda Politik Berkedok Animasi Anak?
-
Merah Putih One For All: Potensi Cerita vs Realita Visual yang Mengecewakan
Terkini
-
Uncle D Backyard: Destinasi Baru Piknik Estetik di Sudut Kota Bandung
-
Ulasan Novel The Red Letter: Surat Merah dan Rangkaian Pembunuhan Berantai
-
Serasa ke Bangkok Tanpa Naik Pesawat: Cerita dari Thai Festival 2025 di Jakarta
-
Kembali Satu Proyek, Kevin Hart dan John Cena Main Film The Leading Man
-
BRI Super League: Ong Kim Swee Puji Performa Persik Kediri di Laga Perdana